4
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Tomat
Tomat Lycopersicom esculantum Mill berasal dari Amerika Latin khususnya Peru, Kepulauan Galapagos, dan Mexico Jones 2008. Semua varietas
tomat yang berada di Eropa dan Asia dibawa oleh bangsa Spanyol dan Portugis pada abad ke-16 Villareal 1979. Awalnya buah tomat dianggap beracun, namun
pada abad ke-18 sudah mulai dimakan Jones 2008. Tanaman tomat termasuk tanaman diploid dan memiliki jumlah kromosom dasar x = 12. Jumlah kromosom
normal tomat adalah 2n = 2x = 24. Tanaman tomat tergolong famili Solanaceae dan genus Lycopersicon. Spesies yang tergolong dalam sub genus Lycopersicon
adalah L. esculentum, L. pimpinelifolium, L. cheesmaniae dan L. galapagense., namun spesies L. esculentum yang sering dibudidayakan.
Tanaman tomat memiliki beberapa organ yaitu akar, batang, daun, bunga, dan buah. Tomat memiliki akar tunggang, tumbuh baik secara horizontal maupun
vertikal. Batangnya berbentuk bulat dan lunak saat muda, setelah tua berbentuk persegi empat dan keras, serta bercabang banyak. Tanaman tomat berdaun
majemuk ganjil dengan jumlah 5 hingga 7 helai Harjadi 1989. Satu hingga dua daun yang berukuran kecil biasanya tumbuh di antara daun yang berukuran besar.
Bagian tepi daun bergerigi dan membentuk celah menyirip agak melengkung ke dalam Jaya 1997.
Bunga tomat merupakan bunga sempurna karena benang sari dan putik terletak pada bunga yang sama. Diameter bunga berkisar 2 cm, memiliki mahkota
bunga berbentuk bintang berwarna kuning dan kepala sari berwarna kuning menyatu membentuk tabung. Bentuk, ukuran, warna, kekerasan, dan rasa buah
tomat bervariasi tergantung jenisnya. Buah tomat adalah buni beri berdaging, permukannya gak berbulu ketika masih muda, namun halus ketika matang. Buah
biasanya mengaandung banyak biji yang berbentuk pipih dan berwarna krem muda hingga coklat. Biji biasanya memiliki panjang 2 sampai 3 mm Rubatzky
Yamaguchi 1977.
Tanaman tomat memerlukan suhu optimum 20
o
C sampai 28
o
C. Tanaman ini menghendaki suhu siang panas dan suhu malam dingin untuk pembungaan
yang terbaik, sehingga tomat di Indonesia banyak ditanam di dataran tinggi Harjadi 1989. Perbedaan harian yang besar antara suhu siang dan malam
cenderung meningkatkan pembungaan, pertumbuhan, dan kualitas buah Rubatzky Yamaguchi 1977.
Suhu yang rendah akan menghambat penyerapan unsur hara dan dalam pertumbuhannya tanaman tidak memberikan tanggapan terhadap unsur hara
nitrogen dan kalium. Sementara itu, suhu yang tinggi akan menyebabkan bunga rontok Hidayat 1997. Cahaya untuk tanaman tomat sebaiknya moderat dan
cahaya yang terlalu terik meningkatkan transpirasi sehingga memperbanyak gugur bunga dan buah Harjadi 1989.
5
2.2 Persilangan Dialel
Persilangan diallel merupakan persilangan yang masing-masing genotipe mempunyai kesempatan untuk disilangkan dalam semua kombinasi. Rancangan
persilangan ini meliputi semua atau sebagian persilangan single cross yang mungkin, resiprokalnya dan selfing-nya. Persilangan dialel dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengevaluasi dan menyeleksi tetua yang menghasilkan keturunan terbaik. Penggunaan model analisis dialel ini harus memenuhi beberapa asumsi,
yaitu 1 segregasi diploid, 2 tidak ada perbedaan antara persilangan resiprokalnya, 3 tidak ada interaksi antara gen-gen yang tidak satu alel, 4 tidak
ada multialelisme, 5 tetua homozigot dan 6 gen-gen menyebar secara bebas diantara tetua Singh dan Chaudhary 1979; Roy 2000. Keuntungan dari teknik
silang dialel adalah 1 secara eksperimental merupakan pendekatan sistematik, 2 secara analitik merupakan evaluasi genetik menyeluruh yang berguna dalam
mengidentifikasi persilangan bagi potensi seleksi yang terbaik pada awal generasi. Menurut Hayman 1954 di dalam analisis silang dialel, pendugaan parameter
genetik sudah dapat dilakukan pada F
1
, tanpa harus membentuk populasi F
2
, BCP
1
ataupun BCP
2
, seperti pada teknik pendugaan parameter genetik lainnya. Analisis dialel dapat dilakukan berdasarkan dua pendekatan yaitu Hayman
dan Griffing.
Pendekatan pertama
memberikan informasi
tentang parameter-parameter genetik tetua-tetua yang digunakan dalam persilangan,
sedangkan pendekatan yang kedua memberikan informasi tentang daya gabung tetua-tetua dan hasil persilangannya. Analisis dialel juga memberikan informasi
kendali genetik pada sifat kuantitatif, daya gabung umum DGU dan khusus DGK dari hibrida, heritabilitas dan heterosis Kallo 1988.
Menurut Grifing 1956 ada empat kemungkinan silang dialel berdasarkan pendekatan Griffing, yaitu 1 silang tunggal dengan resiprokal dan selfing
Metode I; 2 silang tunggal dengan selfing tanpa resiprokal Metode II; 3 silang tunggal dengan resiprokal Metode III dan; 4 silang tunggal tanpa
resiprokal dan tanpa selfing Metode IV. Baihaki 2010 juga menyatakan bahwa analisis silang dialel diperlukan untuk menduga efek aditif dan dominan dari suatu
populasi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menduga ragam genetik dan heritabilitas serta daya gabung masing-masing tetua.
Daya gabung merupakan ukuran kemampuan suatu tetua bila disilangkan dengan galur lain yang akan menghasilkan hibrida dengan penampilan superior
Allard 1960. Daya gabung terdiri atas daya gabung umum dan daya gabung khusus. Daya gabung umum dapat diartikan sebagai ukuran penampilan rata-rata
tetua itu. Daya gabung khusus merupakan kemampuan suatu kombinasi persilangan untuk menunjukkan penampilan keturunan Poespodarsono 1988.
Informasi tentang daya gabung berguna dalam menyeleksi genotipe yang sesuai untuk persilangan dan juga menjelaskan besarnya aksi gen. DGU
menggambarkan aksi gen aditif sedangkan DGK aksi gen non-aditif dominan atau epistasis. DGU tinggi menunjukkan tetuagalur yang bersangkutan
mempunyai kemampuan bergabung dengan baik, sedangkan nilai DGU yang rendah menunjukkan bahwa tetua tersebut mempunyai kemampuan bergabung
yang kurang baik dibandingkan yang lain. DGK merupakan gambaran suatu kombinasi persilangan yang memiliki penampilan terbaik dibandingkan rata-rata
persilangan Sprague dan Tatum 1942.