Penerjemahan Puisi Penerjemahan sebagai penafsiran studi akurasi dan gaya bahasa puisi taufik ismail "debu di atas debu"

Puisi dikalangan masyarakat Arab dikenal dengan syi’ir, Menurut Ahmad Asy- syayib seperti yang telah dikutip oleh Sukron Kamil bahwa, Syi’ir atau puisi arab adalah ucapan atau tulisan yang memiliki wazan atau bahr mengikuti prosodi atau ritme gaya lama dan qafiyah rima akhir atau kesesuaian akhir baris serta unsur ekspresi rasa dan imajinasi yang harus lebih dominan dibanding prosa. 25 T radisi bersyi’ir ini dikalangan bangsa Arab, telah ada jauh sebelum agama Islam lahir, syi ’ir tertua diperkirakan berasal dari zaman jahiliyah, zaman sebelum Islam datang ke bangsa Arab, syi’ir pada zaman itu disebut dengan istilah syi’ir jahili. Syi’ir pada zaman jahiliyah menempati posisi penting di kalangan masyarakat Arab. Untuk itu penyair memperoleh penghormatan dari masyarakat lebih dari seorang orator. Pada masa itu biasanya syi’ir dibacakan di tengah khalayak, padda tempat- tempat tertentu seperti pasar. Pasar syi’ir yang paling terkenal saat itu adalah suk ‘ukkazah. Syi’ir yang paling bagus, mendapatkan penghargaan dengan diga ntung di atas ka’bah, dan mendapat gelar al-mu’allaqat. 26 Bagi orang Arab, kata syi’ir mempunyai arti tersendiri sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan kebiasaan mereka dalam pandangan mereka, syi’ir berarti pengetahuan atau kepandaian ilmfathanah, dan penyair itu sendiri disebut dengan Al-fathin cerdik pandai. Pendapat ini ada kemiripan dengan penegertian poet dalam bahasa Yunani, yang berarti membuat, mencipta dalam bahasa Inggris, padanan kata poetry erat berhubungan dengan kata poet dan poem. Poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepda dewa-dewa. Dia adalah orang yang 25 Prof. Dr. Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik Modern Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2009, h. 10. 26 Cahya Buana, MA Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama Dalam Syair- syair Hamzah Fansuri Kajian Sastra Banding Yogyakarta : Mocopatbook, 2008, h. 51. berpengelihatan tajam, orang suci, sekaligus seorang filosof, negarawan, guru, dan orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi. 27 Sejalan dengan perkembangan bahasa persatuan, kesusastraan juga mengarah ke perkembangan sastra nasional natinal literature. Kebanggan akan hasil karya bangsa sendiri dengan mempergunakan bahasa nasionalnya, turut menimbulkan dorongan kepada para penulis untuk menciptakan karya-karya sastra. Akibatnya bahasa latin lama kelamaan kehilangan daya pengaruhnya. 28 Kehidupan sehari-hari kaya dengan berbagai ekspresi puitis yang tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan berpuisi atau bersastra. Apabila kita menggunakan ungkapan “mata keranjang” untuk menyebut seserang yang mudah terpikat pada perempuan-perempuan yang dilihatnya, sesungguhnya kita sedang menggunakan ekspresi puitis. Demikian pula, apabila kita menggunakan ungkapan “lintah darat” kepada seseorang yang suka meminjamkan uang dengan bunga mencekik, ekspresi tersebut bersifat puitis. “mata keranjang” dan “lintah daratat” adalah sebuah gaya bahasa yang menggunakan sebuah ungkapan untuk menyatakan suatu yang lain. Tujuannya untuk memperjelas maksud yang hendak disampaikan.

7. Metode Puisi

Dalam puisi kita haruslah memperhatikan beberapa aspek karena pada umumnya seorang penyair mengatakan lebih banyak daripada yang terkandung dalam kata-kata ataupun kombinasi kata-kata sanjak mereka. Dengan kata lain kata-kata yang sedikit mungkin ingin melukiskan atau memenuhi maksud yang 27 Ahmad Muzakki Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan, Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2006, h. 41. 28 Ibid., h. 4. telah kita utarakan itu maka mau tak mau diperlukan suatu metode yang baik beserta sarana-sarana yang diperlukan untuk itu. 29 Hal yang terpenting di anataranya adalah :

a. Diksi

Diksi berarti pilihan kata. Apabila dipandang sepintas lalu maka kata- kata yang dipergunakan dalam puisi pada umumnya sama saja dengan kata- kata yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara kelamiahan kata-kata yang dipergunakan dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili makna yang sama; bahkan bunyi ucapan pun tidak ada perbedaan. Walaupun demikian haruslah kita sadari bahwa penampatan dan penggunaan dalam puisi dilakukakan secara hati-hati, teliti, serta lebih tepat. Kata yang digaunakan dalam puisi atau sajak semuanya mengandung makna denotatif, akan tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotasi atau nilai makna inilah yang memberikan ciri dan efek keindahan dalam puisi tersebut. Uraian- uraian ilmiah biasanya lebih mementingkan makna denotasi. Itulah sebabnya maka sering orang mengatakan bahwa bahasa ilmiah bersifat denotatif. Sedang bahasa sastra bersifat konotatif. 30

b. Imaji

Dalam metode ini, penyair menyuguhkan pengalaman batin yang pernah dialaminya kepada para penikmat karyanya. Salah satu usaha untuk memenuhi keinginan tersebut ialah dengan pemilihan dan penggunaan kata yang tepat dalam karya mereka. Pilihan serta penggunaan yang tepat itu dapat 29 Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan Prinsip-prinsip Dasar Sastra Bandung : Angkasa, 2009, h. 28. 30 Tarigan Prinsip-prinsip Dasar Sastra Bandung : Angkasa, 2009, h. 29. memperjelas dan memperkuat imajinasi pikiran manusia; dan energi tersebut dapat pula mendorong imajinasi untuk menjelmakan gambaran yang nyata. Segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif inilah yang biasa dikenal dengan istilah imagery atau imaji. 31

c. Kata Nyata

salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para penikmat suatu sajak adalah dengan mempergunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang konkret, yang dapat menyarankan suatu pengertian menyeluruh. Semakin tepat seorang penyair menempatkan kata-kata yang penuh asosiasi dalam karyanya makan semakin baik pula dia menjelmakan imaji, sehingga para penikmat menganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan, pendeknya mengalami segala sesuatu yang dialami oleh sang penyair. Apabilah upaya tersebut berhasil maka benarlah bahwa “what one recieves from a poem is an experience” dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kata nyata adalah kata yang konkret dan khusus bukanlah kata yang abstrak dan bersifat umum. 32

d. Majas

Cara lain yang sering dipergunakan oleh para penyair untuk membangkitkan imajinasi itu adalah dengan memanfaatkan majas atau figurative language, yang merupakan bahasa kias atau gaya bahasa. Setiap orang tentu ingin mengeluarkan pikiran dan pendapat dengan sejelas mungkin kepada orang lain. Kadang-kadang dengan kata-kata belumlah begitu jelas 31 Henry Guntur Tarigan Prinsip-prinsip Dasar Sastra Bandung : Angkasa, 2009., h. 30. 32 Tarigan Prinsip-prinsip Dasar Sastra Bandung : Angkasa, 2009., h. 32.