Sumber Data Metode Penyediaan data
Kata ‘buku’
menjadi kata yang dirujuk sebagai nomina atau dalam bahasa Arab disebut
, dalam terjemahan tersebut kata buku digunakan bukan pada tempatnya. Dengan demikian, kata buku dikategorikan sebagai kata yang
majazi yaitu kata yang bermakna tidak hakiki.
Kata ‘manusia’.
4
yang tidak dimunculkan dalam kalimat tersebut mempunyai hubungan atau
‘alaqah dengan kata yang sama-sama
memberikan ide ataupun pengetahuan. Kata
‘Berfikir’ menjadi qarinah karena kata ini dihubungkan kepada
‘alaqah yaitu manusia menjadikan kata tersebut menghalangi suatu kata lain dari arti sebenarnya. Buku di situ mengartikan bahwa dapat memberikan pengetahuan
dari catatan-catatan dan ide dalam buku. Oleh karenanya kata berpikir menjadi indikasi atau qarinah dalam kalimat tersebut.
No Bsu
Bsa
2 Buku menghirup udara
Dari terjemahan di atas terlihat bahwa penerjemah masih menggunakan metode setia, teks terjemahan yang masih mengikuti struktur teks aslinya. Dalam hal ini
penerjemah tetap ingin mempertahankan maksud yang terdapat pada TSu. Sama halnya pada puisi sebelumnya puisi ini juga menggunakan majas yang
sama yaitu majas personifikasi kata buku digambarkan oleh penyair seperti manusia kata verba menghirup yang berperan sebagai predikat untuk kata buku
merupakan indikasi berupa sifat kata kerja yang diberikan kepada manusia dan kata
“buku” merupakan nomina kata benda tak bernyawa, namun kata “buku”
4
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984, h. 47.
digambarkan seolah-olah bernyawa. Taufik Ismail masih menggambarkan “buku”
seolah-olah seperti manusia dapat bernafas dan menghirup udara. Kata udara menjadi objek dari kalimat tersebut karena udara memiliki banyak fungsi dan
memberikan manfaat bagi manusia, udara segar di situ digambarkan oleh penyair sebagai manfaat yang terdapat dalam catatan-catatan pengetahuan.
Selanjutnya dalam kalimat terjemahannya kata ‘buku’
digunakan bukan pada tempatnya dan kata
‘manusia’
,
5
yang berperan sebagai ‘alaqah yang
tidak disebutkan di dalam kalimat tersebut, dan yang menjadi indikasi terhadap keduanya.
K ata ‘menghirup’
yang berperan sebagai fi’il bagi kata
dan juga berperan sebagai qarinah, kata ini dihubung
kan kepada ‘alaqah yaitu manusia.
,
dan yang menjadi indikasi terhadap kata yang muncul secara implisit.
kalimat tersebut menggambarkan buku itu seperti hidup, didalamnya terdapat banyak ilmu yang dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
No Bsu
Bsa
3 Buku berkembang di depan kita,
Bercakap-cakap secara akrab Jika dilihat dalam teks terjemahan di atas, teks terjemahan terjadi perubahan
pola dasar kalimat, dalam teks sumber memakai awalan nomina yang urutannya nomina + verba N+V, kemudian terjadi pergeseran gramatikal beradaptasi dalam
teks sasaran menjadi V+N, hal ini mengindikasikan bahwa penerjemah menggunakan metode adaptasi metode ini, seorang penerjemah biasanya tidak
terlalu memperhatikan apakah terjemahannya dapat dipahami dengan baik oleh si
5
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984, h. 47.
penutur Bsa. atau tidak. Karenanya, metode ini dianggap sebagai metode yang paling bebas dan paling dekat dengan Tsa. Namun demikian, penerjemah tidak
mengorbankan hal-hal penting dalam Tsu, seperti tema, karakter, atau alur. Metode ini sangat cocok dalam menerjemah puisi karena dalam metode ini
terjadinya peralihan budaya Tsu Teks Sumber ke dalam budaya Tsa Teks Sasaran. Sehingga dapat penyesuaian struktur kebahasaan.
Data no. 3 menggambarkan suasana interaksi antara pembaca dan buku, sehingga pembaca seperti terbawa suasana dalam peracakapan dengan teman
karib. Pada data no. 3
“Buku” digambarkan oleh penyair itu seperti halnya manusia yang dapat di ajak bicara antara satu sama lain, oleh karenanya kata bercakap-
cakap di situ merupakan indikasi terhadap manusia yang tidak disebutkan. vehicle manusia muncul karena ada penggambaran dari sifatnya tersebut. Penggambaran
manusia terhadap buku yang seolah mempunyai sifat yang sama. Kata
‘Buku’ merupakan kata yang majazi karena digunakan bukan
pada tempatnya, kemudian kata dihubungkan kepada ‘teman’
Kata buku yang berperan sebagai qarinah dan kata
berperan sebagai ‘alaqah
pembanding dari kata “Buku”. Namun kata teman di situ tidak dimunculkan dalam kalimat tersebut. Kata tersebut muncul karena, adanya indikasi dari kata
bercakap-cakap karena sebenarnya buku tidak dapat bicara dan juga biasanya lawan bicara itu adalah seorang teman.
No Bsu
Bsa
4 Buku adalah teman paling pendiam
Dalam data no. 4 teks terjemahan di atas menggunakan jumlah ismiyah atau kalimat yang di dahului dengan kata benda nomina jika di tinjau dari setiap
pemilihan kata yang digunakan oleh penerjemah menunjukan terjemahan tersebut masih mengadaptasikan teks sasaran karenanya teks terjemahan masih
menggunakan struktur kalimat yang sama dan apa adanya. Dalam hal ini penerjemah masih setia pada kalimat Tsu. Metode terjemahan yang penerjemah
gunakan metode setia. Membandingkan kata buku dengan kata teman, menggambarkan buku seperti
halnya dengan manusia. Memberikan penginsanan terhadap kata benda buku dengan menyamakan antara kedua kata tersebut. Kata buku berperan sebagai tenor
untuk kata teman yang berperan sebagai vechile kalimat tersebut menggambarkan seolah buku adalah seorang yang dapat diajak bekerja sama dan diajak bercakap-
cakap seperti halnya teman. Buku :
ا
Teman :
: Kata
‘buku’ merupakan musyabbah dari
kata ‘teman’ yang
berperan sebagai musyabbah bih membandingkan dengan kata sebelumnya. Kalimat tersebut merupakan termasuk dalam kategori tasybîh menyamakan dua
kata yang mempunyai kesamaan, perbandingan kedua kata tersebut menjelaskan bahwa buku dapat berperan seperti halnya teman yang dapat mendampingi
manusia kemanapun data no. 4 ini mempunyai hubungan dengan data no. 3 yang menggambarkan suasana interaksi percakapan antara seorang pembaca dan buku.
6
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1984, h.
202.
Dalam terjemahan ini tidak terdapat adat tasybîh dan tidak adanya wajh al- syibh -nya maka dari sudut pandang itu kalimat tersebut termasuk dalam kategori
tasybîh baligh.
No Bsu
Bsa
5 Membaca
buku bagus
seperti bercakap-cakap dengan orang-orang
hebat dari abad-abad terdahulu Jika ditinjau data no. 5 menunjukan terjadinya perubahan kalimat dalam teks
asli menggunakan awalan kata kerja membaca sedangkan penerjemah merubah kata kerja di situ menjadi nomina atau dalam bahasa Arab dikenal sebagai ism
karena bukanlah kata kerja melainkan ism mashdar dari kata
‘
’
membaca. Namun jika dilihat dari terjemahan tersebut pemilihan kata yang digunakan
penerjemah dalam terjemahan di atas masih memproduksi makna kontekstual, sehingga teks terjemah tersebut masih terkesan mengikuti teks asli. Dari sudut
pandang tersebut penerjemah menggunakan metode setia. Data no. 5 membandingkan
“buku” dengan orang-orang hebat, kalimat tersebut menggambarkan keistimewaan buku. Karena orang hebat memiliki
kelebihan dari orang biasa pada umumnya. Dalam hal ini orang hebat di situ digambarkan sebagai orang yang berilmu karena berdasakan hubungan kesamaan
yang terdapat pada buku yaitu banyaknya ilmu pengetahuan dan buku juga dapat menyampaikan ilmu pengetahuan.
Buku
:
Orang-orang :
Kalimat tersebut merupakan kategori dari kalimat tasybîh menyamakan
“ ”
dengan
“ ”
dengan adat tasybîh huruf
“ ”
, dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa buku itu seperti halnya orang-orang hebat yang
dapat memberikan ide-ide, melalui bacaan yang terdapat pada bukulah manusia mendapatkan berbagai ide.
Dalam terjemahan ini terdapat adat tasybîh maka dari sudut pandang tersebut termasuk dalam kategori tasybîh mursal, sedangkan menurut sudut pandang tidak
adanya wajh al-syibh -nya maka termasuk dalam kategori tasybîh mujmal, maka dari keterangan keduanya, kalimat tersebut termasuk dalam kategori taysbih
mursal mujmal
No Bsu
Bsa
6
Kehidupan menggoyang
dan menggoncang manusia. Buku sastra
menstabil dan mengukuhkan kita Data no. 6 menggambarkan yang dapat bergerak hal itu digambarkan dalam
kata kerja “menggoyang” dan “menggoncang” pengarang menggambarkan situasi kehidupan manusia yang selalu berubah-ubah adanya masalah yang kadang
merubah manusia menjadi lemah, dan adapula manusia yang kuat dalam menghadapi masalah tersebut. dan bagi pengarang yang dapat menjadikannya
lebih kuat dalam menghadapi segala masalah dalam kehidupan ini ialah dengan buku sastra karena melalui buku sastra dapat menuangkan perasaan emosional
yang ada dalam dirinya dan menurut pengarang buku sastra dapat mempengaruhi
manusia dalam rasa, bahkan juga dalam pikirannya buku sastra dapat mengajak para pembaca pada hal-hal yang baik.
Kehidupan
:
Manusia : Kata kehidupan diterjemahkan dengan kata
dan struktur kalimat yang digunakanpun masih sama masih didahului dengan nomina sehingga Data no. 6
menunjukan penerjemah menggunakan metode setia karena struktur kalimat yang sama dalam setiap pemilihan kata yang digunakan penerjemah masih beradaptasi
pada teks asli dan apa adanya. Selanjutnya kata
‘kehidupan’ digunakan bukan pada tempatnya
karenanya kata tersebut merupakan majazi kata itu menunjuk pada kata “
”
yang merupakan ‘alaqah-nya, kata manusia muncul berdasarkan verba
‘menggoyang’ yang merupakan penanda dari persamaan keduanya kata
kerja tersebut tidak dapat disandingkan dengan kata kehidupan. Karena penyebutan sifat itulah maka penyebutan vehicle tidak diperlukan lagi dan
langsung menyebut sifat yang biasa dimiliki oleh vehicle manusia sifat yang disebutkan itu berupa kata kerja yang tidak dapat disandingkan dengan
musyabbah-nya, qarinah dari kedua kata tersebut.
No Bsu
Bsa
7
Buku adalah pengusung peradaban
7
A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, h. 316.
Data no. 7 menggambarkan bahwa peradaban manusia dapat dirubah oleh “Buku”, kemajuan, kecerdasan, serta kebudayaan dapat manusia peroleh dari.
D ata no. 7 ini juga menggambarkan bagaimana peranan penting “Buku”.
Kata pengusung predikat berupa kata kerja yang menjadi penanda, bagi sifat dari vehicle manusia yang tidak dimunculkan dalam kalimat tersebut buku
adalah benda mati yang tidak dapat disandingkan oleh kata kerja pengusung yang digunakan untuk manusia oleh karenanya dalam kalimat tersebut mengartikan
kata yang bukan sebenarnya agar menggugah nilai rasa estetika di dalamnya. kata pengusung di situ artinya membawa, secara tak langsung Taufik Ismail
menggambarkan buku yang dapat membawa manusia kepada peradaban melalui bacaan, dan pengetahuan yang terdapat pada buku.
Data no. 7 juga dapat dilihat dari setiap terjemahan pemilihan kata yang digunakan oleh penerjemah masih sama dengan yang terdapat pada Bsu
mengartikan metode yang penerjemah gunakan adalah metode setia. Selanjutnya kata
“ ”
yang digmerupakan kata yang majazi karena digunakan bukan digunakan dalam teks terjemahan berperan sebagai
‘alaqah pembanding dari kata manusia disitu tidak dimunculkan. Kata tersebut muncul karena, adanya
indikasipenanda dari kata pengusung atau dalam gaya bahasa Arab
dikenal sebagai qarinah , kata tersebut menandai kata “manusia” secara tidak
langsung.