metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra dengan pertimbangan bahwa di antara karya tulis, yang paling dekat dengan agama adalah karya sastra.
Pada tahap tertentu eks agama sama dengan karya sastra. Perbedaanya, agama merupakan kebenaran keyakinan, sastra merupakan kebenaran imajinasi. Agama
dan sastra adalah bahasa, baik lisan maupun tulisan. Asal mula agama adalah firman Tuhan, asal mula sastra adalah kata-kata pengarang.
16
Hermeneutika merupakan studi tentang prinsip-prinsip metodologis interpetasi dan eksplanasi. Tugas interpretasi dan makna pemahaman berbeda
lebih elusif, lebih historis dalam kaitannya dengan karya, dibandingkan dengan sebuah “obyek”. Sebuah “karya” selalu ditandai dengan sentuhan manusia; kata
itu mengasumsikan hal ini, karena karya selalu berarti karya manusia Tuhan. “Objek”, pada sisi yang lain, dapat menjadi karya atau ia bisa menjadi objek
natural. Untuk menggunakan kata “objek” yang berkaitan dengan sebuah karya mengaburkan perbedaan penting, karena seseorang melihat karya tidak sebagai
objek tetapi sebagai karya. Penelitian sastra harus mencari sebuah “metode” atau “teori” yang secara khusus tepat sebagai uraian kesan manusia terhadap karya,
“makna” itu sendiri.
17
4. Penerjemahan Puisi
Penerjemahan bukanlah semata-mata untuk mengalihkan suatu bahasa ke dalam bahasa lain akan tetapi terjemah merupakan salah satu kegiatan dalam
menyampaikan pesan suatu teks bahasa yang kita terjemahkan ke dalam bahasa
16
Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S. U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 47.
17
Richard E. Palmer, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, h. 7-8.
yang lain. Dalam penerjemahan selama ini banyak didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda-beda. Menurut
Nida dan Taber mengemukakan bahwa penerjemah adalah “consist in
reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secundly in terms of style” suatu
upaya mengungkapkan kembali pesan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain.
18
Artinya dalam menerjemahkan suatu bahasa penerjemah harus menyampaikan pesan yang terkandung dalam suatu ungkapan atau teks yang mereka terjemahkan
karena dalam terjemhan suatu teks terjemahan dapat dikatakan baik jika seorang pembaca dapat mengerti pesan teks tersebut. Menerjemahkan itu mengalihkan
makna yang terdapat dalam teks terjemahan menurut Moh. Mansyur dan Kustiawan “terjemah adalah mengalihkan makna teks wacana dari bahasa asal
bahasa sumber ke dalam bahasa sas aran”.
19
Penerjemahan puisi, menurut Casagrande yang dikutip oleh Frans Sayogie bahwa merupakan penerjemahan estetis puitis yang bertujuan mengalihkan pesan
serta bentuk estetis puitis yang ada di dalam bahasa sumber kepadanannya di dalam bahasa sasaran. Di dalam penerjemahan jenis ini pengalihan isi pesan dan
bentuk sama-sama penting. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan bahwa di dalam penerjemahan puisi ada tuntutan ganda: pengalihan isi harus baik dan pengalihan
bentuk pun harus baik.
20
18
Frans Sayogie, Penerjemah Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta : Lembaga Penelitiian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, h. 7.
19
Drs. Moh. Mansyur dan Kustiwan, S.Ag, Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia Indonesia-arab Jakarta : PT. Moyo Segoro Agung Jakarta, 2002, h. 20.
20
Frans Sayogie, Penerjemah Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta : Lembaga Penelitiian UIN Syarif Hidayatullah, 2008, h. 201.
Didalam penerjemahan puisi penerjemah mempunyai tuntutan ganda, berarti dalam hal ini penerjemah menghadapi banyak permasalahan, yaitu menjaga agar
isi atau pesan yang terdapat puisi tidak hilang dan juga penerjemah harus mempertahankan nilai keindahan puisi tersebut, termasuk mempertahankan
pencitraan serta ‘musik” puisi asli itu. Yang lebih sukar adalah kata-kata di dalam puisi tidaklah dipilih oleh penyair berdasarkan pertimbangan makna semata-
mata, akan tetapi juga harus berdasarkan pertimbangan irama dan rima. Lebih- lebih lagi, di dalam puisi banyak memakai gaya bahasa yang mengandung makna
tidak hakiki seperti halnya majas untukmenciptakan gaambaran serta emosi yang mendukung, bahkan memperdalam serta memperluas makna yang diungkapkan
oleh puisi, sehingga terciptalah makna permukaan dan satu atau lebih dari satu makna yang lebih dalam. Mengharapkan mengalihkan unsur-unsur puisi dan
sekaligus mempertahankan makna permukaan serta mana-makna yang lebih adalah pekerjaan yang sulit
21
. dengan berkembangnya aktivitas terjemah munculah kamus-kamus yang
membantu seorang terjemah dalam mencari kosa kata yang tepat di saat menerjemahkan. Memilih makna yang tepat dalam menerjemahkan menunjukan
penguasaan penerjemah terhadap teks, jiwanya dan mengetahui maksud kalimat perkalimatnya. Lain dari itu, kata-kata terjemahan dalam pilihan haurs muncul
dari rasa yang ditimbulkan dari rasa keindahan kata, dan enak dibaca masyarakat umum, di samping kata-kata yang di pilih harus mudah dan dimengerti oleh
banyak orang dan banyak digunakan secara luas.
22
21
Sayogie, Penerjemah Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, h. 201-202
22
Prof. Dr. Achmad Satori Ismail, Problematika Terjemah Arab-Indonesia Jakarta : Adabia Press, 2011, h. 14.
5. Kompleksitas Penerjemahan Gaya Bahasa
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam penerjemahan puisi tuntut bagi seorang penerjemah agar dapat, mengalihkan isi dan juga
mengalihkan bentuk teks, keduanya harus baik. Dari tuntutan ganda tersebut berarti penerjemah menghadapi banyak permasalahan, yaitu menjaga isi atau
pesan puisi karya asli tidak berubah dan harus mempertahankan keindahan puisi itu, termasuk mempertahankan pencitraan puisi asli itu.
Dalam hal ini Kompleksitas stilistik juga merupakan salah satu faktor penyebab sulitnya penerjemahan itu dilakukan. Teks sastra, seperti puisi, prosa,
dan drama diungkapkan dengan gaya yang berbeda dari gaya teks ilmiah seperti makalah atau laporan penelitian. Karena budaya bahasa sumber dan budaya
bahasa sasaran berbeda satu sama lain gaya bahasa yang digunakan oleh kedua bahasa itu tentu saja berbeda.
23
6. Hakikat Puisi Syi’ir
Kata puisi itu berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Akan tetapi, arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang
lingkupnya menjadi “hasil seni satra, yang kata-katanya disusun menurut syarat- syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata-kata
kiasan.”
24
23
Drs. M. Rudolf Nababan, M. Ed. Teori Menerjemah Bahasa Inggris Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008., h.59.
24
Prof. Dr. Hendri Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar Sastra Bandung : Angkasa, 2009, h. 3.