Kerangka Konsep 34 Latar Belakang

xiv DAFTAR GAMBAR, SKEMA DAN TABEL Halaman Gambar 2.1 Rentang respon Cemas 15 Skema 2.4 Kerangka Teori 33 Skema

3.1 Kerangka Konsep 34

Tabel 4.1 Definisi Operasional 36 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 52 Tabel 5.2 Distribusi Persentase Tingkat Kecemasan Responden Sebelum dan Setelah Intervensi Wudhu 52 Tabel 5.3 Distribusi Rata-rata Skor Kecemasan Responden Sebelum dan Setelah dilakukan Intervensi Wudhu 53 Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas Skor Kecemasan Responden Sebelum dan Setelah Intervensi Wudhu 54 Tabel 5.4 Analisa Pengaruh Wudhu Terhadap Kecemasan saat Menghadapi Ujian Pada Mahasiswi Keperawatan 55 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Dokumen Perizinan Lampiran 2. Penjelasan Penelitian Lampiran 3. Kuesioner Penelitian Lampiran 4. Hasil studi pendahuluan Lampiran 5. Satuan Acara dan Modul Peatihan Wudhu Lampiran 6. Rekapitulasi Statistik Responden Lampiran 7. Analisa Uji Univariat Lampiran 8. Analisa Uji Bivariat 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh keadaan dan situasi Videbeck, 2008. Cemas didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang tidak menyenangkan dan meningkatnya kewaspadaan terhadap bahaya yang akan datang DiTomasso dan Gosch, 2002 dalam Stein et al., 2009. Cemas dapat mempengaruhi seseorang dalam tiga hal; 1 perubahan fisik menunjukkan perubahan pada frekuensi jantung, mual, muntah, ketegangan otot, berkeringat, dan nafas pendek; 2 perubahan mental, khawatir, gelisah, bingung, dan penurunan tingkat konsentrasi; 3 perubahan perilaku seperti menjauhi benda, tempat atau situasi tertentu Hyman dan Pedrick, 2011. Cemas dapat dilihat dalam berbagai tingkatan yaitu rentang ringan, sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu Videbeck, 2008. Kecemasan tingkat tinggi dapat mengganggu ingatan, bahasa, organisasi, dan kontrol keinginan Begley,1995 dalam Meltzer, 2010. Kecemasan merupakan bagian dari tiap pribadi manusia terutama jika individu dihadapkan pada situasi yang tidak jelas dan tidak menentu, sehingga kecemasan juga dapat meningkatkan kesiapan diri seseorang dalam menghadapi suatu tantangan atau suatu ancaman stressor Satiadarma, 2001, dalam Zulkarnain, 2009. Banyak pekerjaan, tantangan dan tuntutan yang harus dijalankan oleh mahasiswa disetiap harinya. Tantangan dan tuntutan tersebut antara lain pembuatan bermacam tugas, laporan, makalah maupun ujian yang merupakan salah satu bentuk evaluasi bagi mahasiswa yang dilakukan secara rutin. Tantangan tersebut dapat menimbulkan stressor pada mahasiswa Zulkarnain dan Ferry, 2009. Stressor yang didapatkan siswa menyebabkan kecemasan yang kemudian akan mengganggu kegiatan akademik siswa dengan menurunkan kemampuan koping Moscaritolo, 2009. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa seting klinik merupakan salah satu sumber peningkatan kecemasan pada siswa Ward, 2008. Kecemasan merupakan penyebab umum dari buruknya penampilan akademik siswa keperawatan saat melakukan ujian Afolayan et al, 2013. Dalam sebuah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa kecemasan yang dialami siswa menimbulkan adanya penurunan motivasi belajar dan menjadikan siswa hanya berorientasi pada nilai ujian, bukan pada kemampuan belajar mereka Mellincavage, 2008. Siswa yang mempunyai kecemasan tinggi cenderung mendapat skor yang lebih rendah dari pada skor siswa yang kurang cemas Djiwandono, 2002 dalam Vavianti, 2011. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang kecemasan dan keberhasilan belajar dilakukan Julie Floyd 2010 berjudul “Depression, anxiety and stress among nursing student and relationship to GPA”. Dari penelitian tersebut didapat hasil bahwa siswa yang memiliki indeks prestasi rendah cenderung mengalami kecemasan lebih berat. Berdasarkan hasil penelitian Abdillah 2014 yang dilakukan pada 50 mahasiswa keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebutkan bahwa mahasiwa mengalami kecemasan saat menghadapi ujian praktikum dengan berbagai tingkat kecemasan yaitu 4 mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 55 pada kecemasan ringan, 38 kecemasan sedang dan 8 pada kecemasan berat. Salah satu faktor resiko yang memungkinkan seseorang untuk beradaptasi dengan baik ataupun maladaptif terhadap stressor adalah jenis kelamin. Berbagai penelitian Berdasarkan hasil penelitian Zulkarnain dan Ferry, 2009; Navianti, 2011; dan Boky dkk, 2013 pada subjek yang mengalami kecemasan baik ringan atau sedang, diketahui subjek yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak mengalami kecemasan dibandingkan dengan subjek dengan jenis kelamin laki-laki. Hal tersebut terjadi karena perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan cemasnya. Perbedaan ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor kognitif Gunadi, 2004, dalam Zulkarnain dan Novliadi, 2009. Hidroterapi adalah sebuah teknik yang menggunakan air sebagai media untuk menghilangkan mengobati penyakit Stevenson, 2007. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa Hidroterapi memiliki efek relaksasi bagi tubuh, sehingga mampu merangsang pengeluaran hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon adrenalin. Dengan demikian, seseorang yang menjalani treatment ini akan merasa tenang, relaks dan tidak ada beban Pranata dan Yuwanto, 2014. Ion-ion negatif yang timbul karena butiran- butiran air yang dapat meredam rasa sakit, menetralkan racun serta membantu menyerap dan memanfaatkan oksigen. Gisymar, 2010 dalam Pranata dan Yuwanto, 2014. Sementara itu adanya ion negative tersebut dalam aliran darah akan mempercepat pengiriman oksigen ke dalam sel dan jaringan sehingga dapat menurunkan respiration rate dan suhu perifer yang merupakan gejala dari gangguan cemas Prato dan Yucha, 2013. Wudhu termasuk psikoterapi islami dengan menggunakan media air Muslimah, 2014. Sejak zaman dahulu manusia sebetulnya sudah mengetahui khasiat air walaupun belum didukung penelitian. Dalam sejarahnya, air juga pernah digunakan oleh Rasulullah saw untuk pengobatan. Saat itu Rasulullah saw berdo`a dan memercikan ke tubuh orang yang sakit Bentanie, 2010. Tehnik psiko terapi Islam menggunakan media air hidroterapi ini sangatlah mudah yaitu seseorang harus mengalirkan air suci ke bagian tubuh tertentu dan mengenai rambut dan kulit Muslimah, 2014. Kata wudhu berasial dari kata wadha yang artinya kebersihan, dan dalam terminologie hukum Islam, hal ini berarti membersihkan beberapa bagian tubuh, sebelum mendirikan Sernbahyang Abdullah, 2010. Berwudhu merupakan hal yang diperintahkan Allah kepada manusia. Allah berfirman dalam surat Al-Maidah: 6 sebagai berikut yang artinya: “Hai Orang-orang beriman Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua- mata kaki” QS. Al-Maidah:6. Rasululah barkata melalui hadistnya “Dari Abu Huraira r.a. Bahwa Rasulullah bersabda: “Maukah saya tunjukkan kepadamu hal-hal dengan nama Allah menghapuskan dosa- dosamu serta mengangkat derajatmu?” “Mau ya Rasulullah”, ujar mereka. “Meyempurnakan wudhu menghadapi segala kesusahan, dan sering melangkah menuju masjid, serta menunggu shalat demi shalat. Nah itulah dia perjuangan. Perjuangan sekali lagi perjuangan” H.R. Malik, Muslim, Turmudzi dan Nasa`i. Wudhu juga sebagai salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus Mahasa Suci. Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak akan ada masalah apapapun yang membuat diri ini risau dan cemas Bentanie, 2010. Manfaat wudhu yang berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang antara lain menjaga kebersihan diri. Kesehatan itu erat kaitanya dengan kebersihan. Seseorang yang senantiasa menjaga kebersihan diri-Nya, Insya Allah kesehatannya juga terpelihara. Bagian-bagian tubuh yang dibasuh saat wudhu merupakan titik penting untuk peremajaan tubuh. Media yang digunakan untuk berwudhu adalah air. Air bersifat membersihkan, menyejukkan dan syifa` terapis. Air dalam kaitannya dengan kesehatan sangat banyak sekali manfaatnya baik sebagai media pengobatan Hasanudin, 2007. Dengan berwudhu, psikis kita yang semula bergejolak dan tidak stabil akan menjadi tentram kembali sehingga dapat berpikir tenang dan jernih. Bantanie, 2010 dalam Muslimah, 2014. Ketika seseorang berwudhu maka secara langsung akan merangsang dan mengekfektifkan system kerja saraf. Rangsangan tadi akan mempunyai dampak positif pada kinerja syaraf pusat yang berada di otak. Hal inilah yang membuat sesorang ketika sehabis berwudhu tubuh akan merasa segar dan dapat mengurangi ketegangan jiwa, stress, rasa khawatir, marah dan penyakit kejiwaan lain. Kenyataan inilah yang kemudian membenarkan hadits Rasulullah saw yang menganjurkan umatnya untuk segera berwudhu ketika depresi Gisymar, 2010 dalam Muslimah, 2014. Sebagai dasar untuk menyusun konsep dan desain penelitian ini, Peneliti juga melakukan studi pendahuluan untuk dijadikan sebagai acuan dalam menyusun tinjauan pustaka, kerangka, dan metode suatu penelitian Gau, 2007. Dalam hal ini, peneliti melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui mata kuliah yang dianggap paling mencemaskan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 60 mahasiswa dibagi secara proporsional pada masing-masing semester menunjukan bahwa ujian praktikum pada mata Keperawatan Medikal Bedah dapat menimbulkan kecemasan tertinggi dari pada mata kuliah lain. Untuk Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah berada disemester empat maka yang akan menjadi sampel penelitian ini adalah mahasiswi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah angkatan tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Saat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 50 110

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengaruh Zikir Terhadap Skor Kecemasan Mahasiswa Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi Ujian Skill-lab

0 30 140

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010

0 5 55

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6 37 83

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0