Wudhu BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

2.2. Wudhu

2.2.1. Definisi

Wudhu, secara bahasa berasal dari kata al-wadha`ah, yang berarti bersih, cerah, dan indah. Sedangkan menurut istilah syarak, wudhu adalah menyengaja membasuh dan mengusap bagian tubuh yang menjadi anggota wudhu yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadas kecil sebagai syarat untuk melaksanakan shalat. Syari`at wudhu diwajibkan setelah Rasulullah saw, melakukan Isra Mi`raj pada 27 Rajab tahun 11 kenabian. Dasar kewajiban berwudhu sebelum melakukan shalat diterangkan dalam surat Al-Maidah ayat 6 yang artinya “Hai Orang-orang beriman Jika kamu hendak berdiri melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, lalu sapulah kepalamu dan basuh kakimu hingga dua- mata kaki”. Allah menyukai orang-orang yang menyucikan diri. Mendekat kepada Allah berarti mendekat kepada Dzat Yang Maha Suci. Karena, Allah adalah pemilik nama Al-Quddus Maha Suci. Maka sepatutnya untuk menyucikan diri. Jika kita sudah dekat dengan Allah, maka hidup ini akan berjalan indah, damai, berkah dan bahagia. Tidak aka nada masalah apapun yang membuat diri ini risau dan cemas. Karena merasa yakin Allah SWT senantiasa bersama kita. Olehkarena itu penting sekali untuk mendekatkan dir kepada Allah Bantanie, 2010.

2.2.2. Jenis Air untuk Berwudhu

Wudhu yang dilakukan dengan benar dapat menyucikan diri, yang tidak sekedar mencuci anggota badan, namun ada empat tahap yang dapat diperoleh: a. Membersihkan jasmani dari hadas b. Membersihkan anggota badan dari kejahatan dan perbuatan dosa c. Membersihkan hati dari akhlak yang tercela d. Membersihkan batin dari selain Allah Swt. Sedemikian pentingnya wudhu bagi kehidupan kaum muslim, sehingga air yang digunakanpun tidak boleh sembarangan air. Air yang boleh digunakan untuk berwudhu, haruslah air yang termasuk kategori air suci yang mensucikan. Secara ringkas air yang sah untuk bersuci ada dua macam, yaitu air turun dari langit dan air keluar dari perut bumi. Namun secara lebuh luas ada tujuh macam air yang sah untuk bersuci yaitu: air hujan, air embun, air laut, air sungai, air sumber mata air, air sumur, dan air es Kardjono, 2009.

2.2.3. Rukun Wudhu

RukunFardhu adalah sesuatu yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya dan berdoasa bagi orang yang meninggalkannya. Dalam berwudhu, apabila rukunnya ditinggalkan maka wudhunya tidak sah atau batal Hasanudin, 2007. Menurut Bantanie, 2010 dalam bukunya yang berjudul “Dahsyatnya Terapi Wudhu” menyatakan Rukun wudhu ada enam yaitu sebagai berikut: a. Berniat mengerjakan wudhu Dalam ilmu fiqih, niat didefinisikan, “Qashu syai muqtarinan bi fi`lihi.” Menyengaja melakukan suatu pekerjaan bersamaan dengan pekerjaan tersebut. Karena itu, seseorang yang akan menunaikan wudhu, kemudian berjalan menuju tempat wudhu, hal ini belum dinamakan niat, tetap baru azam. Karena niat dalam wudhu harus dilakukan bersamaan dengan membasuh wajah yang pertama. Niat ini;ah yang membedakan aktivitas biasa dengan aktivitas ibadah. Lafaz niat berwudhu, “Nawaiytu al-wudhu`a lirof`ial-adasi al-asghori fardhon lillahi ta`ala .” Artinya, “Aku niat brwudhu untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah swt.” b. Membasuh muka atau wajah Perintah mambasuh ghosala dalam wudhu mempunyai arti mengalirkan atau mengenakan air ke seluruh anggota wudhu. Dan wajah merupakan salah satu anggota wudhu yang wajib dibasuh keseluruhannya. Adapun yang dimaksud dengan wajah adalah dari ujung tempat tumbuhnya rambut kepala sampai keujung dagu dan diantara kedua telinga. Jika perlu lakukan pijatan ringan di sekitar kulit wajah agar mendapatkan hasil yang baik. c. Membasuh tangan sampai siku Adapun bagian tangan yang wajib ujung jari sampai ke siku. Saat membasuh tangan, disertai menggosok-gosok bagian lengan. d. Mengusap Kepala Mengusap kepala sekaligus dengan telinga dalam wudhu didsarkan hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah SAW bersabda “Telinga termasuk dari kepala”. e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki Ulama mewajibkan membasuh kaki beserta mata kakinya dalam wudhu, tidak cukup hanya dengan menyapu saja. f. Tertib Rukun wudhu yang terakhir dalah tertib. Artinya, mengerjakan wudhu sesuai dengan urut-urutannya. Sebuah Hadis menerangkan, “Rasulullah saw, melihat seseorang sedang shalat, sementara di bagian atas kakinya terdapat bagian yang belum terbasuh air wudhu sebesar dirham. Maka, Rasulullah saw, memerintahkan orang itu untuk mengulangi wudhu dan shalatnya.

2.2.4. Tata cara berwudhu Sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah

dalam Putusan Majelis Tarjih Muhammadiyah Tahun 2003 1. Membaca Bismillahirrahmanirrahim 2. Mengikhlaskan niatnya karena Allah SWT 3. Basuhlah telapak tanganmu tiga kali 4. Hisaplah air dari telapak tangan sebelah dan berkumurlah tiga kali 5. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap kedua sudut mata dan lebihkanlah membasuhnya. 6. Basuhlah kedua tangan beserta dua siku dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari mulai dengan sebelah kanan 7. Mengusap ubun-ubun kepala dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala hingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan, 8. Kemudian usaplah kedua telingamu sebelah luarnya dengan dua ibujari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk. 9. Basuh kedua kakimu beserta kedua mata kaki, dengan digosok tiga kali dan selah-selah jari kaki. Mulailah dari yang kanan dan sempurnakan dengan membasuhkedua kaki itu. 10. Kemudian ucapkan “Ashadualla-ila-ha illalla-h wahdahu-la- syari- kalah, wa asyahadu anna Muhammadan `abduhu-wa rasuluh.

2.2.5. Manfaat Wudhu

Ajaran Islam telah melakukan proteksi melalui ritual wudhu setiap waktu, yaitu minimal setiap akan menjalankan ibadah shalat. Air wudhu kita menjadi pembersih yang baik setiap saat. Tuntunan ini sesuai dengan ilmu kesehatan. Allah Swt. Berfirman dalam Surah At Taubah ayat 108 artinya “…Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin bersihkan diri. Allah menyukai orang-orang y ang bersih”. Air wudhu yang meresap masuk ke dalam tubuh kita akan mempengaruhi dan memperbaiki air-air tubuh termasuk air dalam otak kita yang sempat menjadi keruh karena aktivitas kita sehari-hari Kardjono, 2009. Hal ini pula akan memberikan efek sejuk secara langsung pada kepala kita yang akan terus mengalirkan rasa sejuk sampai pada pikiran kita, sehingga pikiran bisa menjadi tenang. Dengan pikiran tenang, kita lebih mampu untuk mengonsentrasikan pikiran kita. Air wudhu yang sifatnya mendinginkan ujung-ujung saraf tangan dan jari-jari kaki memiliki pengaruh untuk memantapkan konsentrasi pikiran. Selain itu, ditinjau dari ilmu Akupuntur, pada anggota tubuh yang terkena basuhan wudhu terdapat ratusan titik akupuntur yang bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, atau pijatan ketika melakukan wudhu. Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui jaringan menuju sel, organ, dan system organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya system saraf dan hormon bekerja untuk menciptakan homeostasis keseimbangan dalam tubuh Bantanie, 2010. Dengan berwudhu, psikis kita yang semula bergejolak dan tidak stabil akan menjadi tentram kembali sehingga dapat berpikir tenang dan jernih. Bantanie, 2010 dalam Muslimah, 2014.

2.3. Penelitian terkait

Dokumen yang terkait

Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Saat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4 50 110

Korelasi kemampuan akademik mahasiswa terhadap penyelesaian studi di program studi pendidikan fisika

0 6 65

Pengaruh Zikir Terhadap Skor Kecemasan Mahasiswa Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi Ujian Skill-lab

0 30 140

Pengetahuan, sikap, dan perilaku mahasiswa program studi pendidikan dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan cepat saji ( fast food) tahun 2009

0 21 71

Pustakawan akademik dan feasilibitas pengembangan insitutional repository (studi kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 16 14

Pustakawan Akademik dan Feasilibitas Pengembangan Insitutional Repository (Studi Kasus di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

0 11 17

Pemetaan Kajian Tafsir Al-Qur’an pada Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Sitiran Pengarang yang Disitir Disertasi Mahasiswa Tahun 2005-2010

0 5 55

Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Keperawatan saat menghadapi Ujian Skill lab di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6 37 83

Perilaku pencarian informasi dosen jurusuan komunikasi fakultas ilmu dakwah ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah

0 12 0

Pengaruh self-regulated learning dan dukungan sosial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

0 21 0