Koperasi di Lingkungan Pesantren

b. Kelayakan Koperasi Pondok Pesantren Seiring dengan perkembangan zaman serta pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pondok pesantren juga terus berbenah diri dan meningkatkan kualitas pendidikannya, baik dalam materikurikulumnya, maupun metode pembelajarannya. Pendidikan keterampilan juga dapat perhatian diberbagai pesantren, guna membekali para santri untuk kehidupan masa depan. Pendidikan keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan potensi lingkungan pesantren, seperti keterampilan bidang peternakan, pertanian, perkebunan, dan perdagangan. Untuk melatih para santri dalam kewirausahaan, pada umumnya pondok pesantren telah mamiliki koperasi pondok pesantren Kopontren yang dikelola oleh para santri senior. Beberapa pesantren telah mampu memiliki koperasi yang cukup maju bahkan mampu mengembangkan ekonomi masyarakat sekitarnya. 17 Pada umumnya, kemandirian dan kegiatan kewirausahaan pesantren dapat berjalan dengan lancar dan maju, karena adanya beberapa faktor, antara lain: 18 1 Pada umumnya lokasi pondok pesantren berada di daerah pedesaan, sehingga banyak memiliki lahan, baik milik sendiri, maupun wakaf umat; 17 Sudradjat Rasyid, dkk, Kewirausahaan Santri: Bimbingan Santri Mandiri, h. 28 18 Ibid, h. 29 2 Banyak tersedia SDM, yaitu para santri, ustadz, keluarga besar pesantren; 3 Tersedia waktu yang cukup banyak, karena para santri tinggal di asrama; 4 Adanya tokoh pesantren KyaiAjenganTuan GuruBuya yang memiliki kharisma dan menjadi panutan masyarakat; 5 Tumbuhnya jiwa dan sikap kemandirian, keikhlasan, dan kesederhanaan di kalangan keluarga besar pesantren. 6 Jumlah santri yang cukup banyak serta masyarakat Islam sekitarnya yang biasa menjadi jamaah ta’lim di pesantren merupakan pasar yang cukup potensial. 7 Di dalam lingkungan Pondok Pesantren terutama para santrinya adalah merupakan potensi konsumen, dan juga potensi produsen. Keanggotaan kopontren sangat bervariasi dan sangat bergantung pada kondisi pondok pesantren tersebut. Pada umumnya sistem keanggotaannya dapat dikelompokkan dalam tiga macam, sebagai berikut: 19 1 Anggotanya terdiri dari santri yunior dan santri beserta guru- guruustadz 2 Anggotanya terdiri dari santri, guruustadz, kyai, dan anggota majelis taklim termasuk masyarakat sekitarnya 19 Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, h. 146 3 Anggotanya terdiri dari guruustadz, kyai, dan anggota majlis taklim termasuk masyarakat sekitarnya. Selain itu, pesantren dengan demikian turut besama-sama lembaga-lembaga lainnya serta masyarakat luar mewujudkan cita- cita bangsa sebagaimana diamanatkan UUD 1945 menjadikan koperasi sebagai soko guru ekonomi nasional. 20 c. Prospek Pesantren dalam Pengembangan Koperasi Upaya pengembangan koperasi di pesantren hanya dapat diupayakan jika koperasi yang telah didirikan itu dianggap bermanfaat atau memiliki keuntungan-keuntungan yang dapat dirasakan oleh para anggotanya dan masyarakat sekitarnya. Hal ini ditandai dengan keuntungan finansial yang meningkat dari tahun ke tahun, kesan positif dari para penghuni pesantren dan masyarakat sekitarnya, dan peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari para santri yang pernah mengelola koperasi. Adanya potensi yang mendukung, memungkinkan koperasi dapat dikelola secara baik oleh pesantren dengan menambah pengetahuan-pengetahuan teknis operasional perkoperasian, pengetahuan prinsip-prinsip dasar koperasi, dan latihan-latihan keterampilannya kepada para pengelolanya. Akan tetapi pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan tersebut juga menjadi bertambah. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan para 20 Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, h. 147 pengurus koperasi harus sudah sampai pada pengetahuan dan keterampilan pemasaran, studi kelayakan, manajemen, dan sebagainya. 21 Kopontren sebagai lembaga usaha dan ekonomi dituntut kemampuannya untuk dapat menunjang gerak laju program anggotanya, maupun program pokok pesantrennya itu sendiri sebagai lembaga induknya. Hubungan timbal balik antara kopontren dan pesantrennya secara kelembagaan sangat diperlukan. Sebagai pembinaan manajemen dan teknik-teknik usaha, kopontren bersama-sama pihak pimpinan pesantren perlu berhubungan dengan instansi terkait atau departemen teknis yang sesuai dengan bidang usahanya. Tigkat pendidikan banyak berpengaruh, kesempatan mengikuti latihan-latihan. Hal ini tidak hanya untuk fungsionaris, tetapi juga bagi anggota pada umumnya karena hal ini berkaitan dengan tingkat partisipasi anggota dan kaderisasi. 22

C. Sistem Operasional Koperasi

1. Pengertian Sistem

Menurut kamus besar bahasa Indonesia dari departemen pendidikan nasional, kata sistem dapat diartikan sebagai berikut: 23 a. Perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. b. Susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya. 21 Ahmad Dimyati, dkk, Islam dan Koperasi, h. 152-154. 22 Ibid, h. 155-156. 23 KBBI, Departemen Pendidikan Nasional, Cet. Ke-3, h.1076 c. Metode cara. Sistem system dapat didefinisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan prosedur ini adalah sistem akuntansi. Sistem ini didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur-prosedur penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, pembelian, dan buku besar. Dengan pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh sistem yang didefinisikan dengan pendekatan ini adalah sistem komputer yang didefinisikan sebagai kumpulan dari perangkat keras dan perangkat lunak. Menurut Gerald. J., 1991, dalam mendefinisikan sistem terdapat dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang menekankan pada prosedur dan komponennya. Prosedur didefinisikan sebagai suatu urutan- urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. 24 Penganut pendekatan elemen Davis 1985 yang mendefinisikan sistem sebagai bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi 24 Al-Bahra bin Ladjamudin, Analisis dan Desain Sistem Informasi, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, Cet. Ke-2, h. 2 bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Sedangkan Lucas 1989 mendefinisikan sistem sebagai suatu komponen atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling bergantung, satu sama lain dan terpadu. Sebuah sistem mempunyai tujuan atau sasaran. McLeod berpendapat, sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Begitu pula Robert G. Mudrick 1993, mendefinisikan sistem sebagai seperangkat elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. 25 Elemen dari sistem harus mempunyai rencana yang ditetapkan. Sebagai contoh: sistem penjualan harus mencapai target penjualan perusahaan. Sistem akuntansi perusahaan harus dapat mengawasi harta perusahaan dan menyajikan laporan keuangan yang tepat waktu dan bebas saji. Sistem sumber daya manusia harus memiliki data mengenai keahlian, latar belakang pendidikan dan kompetensi dari semua karyawan perusahaan. Elemen dalam sistem harus berhubungan dan berkaitan dalam pencapaian tujuan organisasi pada umumnya dan pencapaian divisi atau departemen pada khususnya. Maksudnya departemen akuntansi yang memiliki sistem akuntansi yang handal dan efektif, departemen sumber daya manusia dengan merekrut karyawan yang berkualitas dan bermoral dapat mendukung departemen penjualan dalam pencapaian tujuan 25 Al-Bahra bin Ladjamudin, Analisis dan Desain Sistem Informasi, h. 3 organisasi yaitu meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan laba perusahaan sehingga kekayaan pemegang saham meningkat. 26 Seperti yang telah disebutkan, setiap sistem yang umumnya terbuka itu merupakan tempat memproses, mengolah, mengubah, atau mentransformasikan bahan-bahan yang disebut masukan input menjadi sesuatu hasil karya yang biasa disebut keluaran out-put. Contoh berikut akan lebih memperjelas kegiatan transformasi tersebut Shcrode dan Voich. Manusia Perusahaan Mengubah makanan Mengubah unsur manusiawi menjadi energi dan fisik menjadi energi Mengubah energi menjadi Mengubah energi menjadi gerakan fisik dan kegiatan mental hasil produksi Merubah kegiatan fisik Mengubah hasil produksi dan mental menjadi kebutuhan menjadi keuntungan 26 Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan Pengukuran Kinerja, Jakarta: PT Indeks, 2013, h. 2