2.1.1 Karakteristik Benzena
Benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik. Dalam suhu ruangan, benzena adalah cairan tidak berwarna, mudah menguap dengan bau aromatik yang
khas. sedikit larut dalam air tetapi sangat mudah larut dengan pelarut organik, benzena akan mengapung di permukaan air. Mendidih pada suhu 80,1°C dan
sangat mudah terbakar serta dapat menyebar ke sumber api. Uapnya sangat mudah meledak, memiliki titik leleh 5,5°C dan spontan terbakar pada suhu 498°C
ATSDR, 2007. Adapun sifat fisik dan kimia dari benzena dapat dilihat di tabel di bawah ini,
Tabel 2.1 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Benzena
No Sifat Fisik dan Kimia
Informasi 1
Rumus kimia C
6
H
6
2 Berat molekul
78, 11grmol 3
Titik nyala -11,1
C 4
Titik leleh 5,5
C 5
Titik didih 80,1
C 6
Berat jenis pada suhu 15 C
0,8787 grL 7
Kelarutan dalam air pada 25 C
0,188 ww atau 1,8 grL 8
Kelarutan dalam Pelarut Alkohol, Kloroform, eter, karbon sulfide,
aseton, minyak, karbon tetraklorida, asam asetat glacial
Sumber : MSDS Benzena, USA.
2.1.2 Sumber Pajanan Benzena
Menurut ATSDR 2007 Benzena ditemukan di udara, air, dan tanah. Benzena berasal dari sumber industri dan alam.
2.1.2.1 Sumber Industri
Benzena pertama kali ditemukan dan diisolasi dari tar batubara di tahun 1800-an. Saat ini, benzena sebagian besar berasal dari minyak bumi. Karena
penggunaannya yang luas, benzena termasuk dalam 20 zat teratas yang dipakai untuk bahan kimia yang diproduksi di Amerika Serikat. Berbagai industri
menggunakan bensin untuk membuat bahan kimia lainnya, seperti stirena untuk Styrofoam dan plastik, cumena untuk berbagai resin, dan sikloheksana untuk
nilon dan serat sintetis. Benzena juga digunakan dalam pembuatan beberapa jenis karet, pelumas, pewarna, deterjen, obat-obatan, dan pestisida CDC, 2013.
2.1.2.2 Sumber Alam
Sumber alami dari benzena, yang meliputi emisi gas dari gunung berapi dan kebakaran hutan, juga berkontribusi terhadap keberadaan benzena di
lingkungan. Benzena juga hadir dalam minyak mentah dan bensin dan asap rokok. ATSDR 2007.
2.1.3 Jalur Pajanan Benzena
Jalur pajanan menunjukkan perbedaan jalan masuk bahanmateri ke dalam tubuh, dapat melalui kulit, saluran pencernaan dan saluran pernapasan IPCS,
2000. Meskipun pajanan yang berasal dari lingkungan dan tempat kerja dapat
melalui inhalasi, ingesti dan kulit. Inhalasi dan kulit adalah jalur yang menjadi perhatian utama pada beberapa skenario pajanan ATSDR, 2007.
2.1.3.1 Inhalasi
Inhalasi adalah jalur pajanan yang dominan. Konsentrasi ambang bau benzena 1,5-5 ppm umumnya memberikan peringatan yang cukup tentang
bahaya akut. Uap benzena lebih berat daripada udara dan dapat menyebabkan sesak napas di ruang tertutup, berventilasi buruk atau di dataran rendah. Jalur
pajanan inhalasi menyebabkan terjadinya asupan harian sebesar 99 dari seluruh jalur pajanan. Laporan kasus pada pajanan inhalasi akut telah ada sejak awal
tahun 1900. Kejadian kematian tiba-tiba terjadi setelah beberapa jam pajanan. Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban.
Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 20.000 ppm selama 5-10 menit akan mengakibatkan hal kejadian yang fatal ATSDR, 2007.
2.1.3.2 Ingesti
Benzena sebagai kontaminan masuk melalui air minum, makanan dan sayur-sayuran IPCS-International Programme on Chemical Safety, 2000.
Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat mengakibatkan intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang WHO,
1996. Tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari benzena pada larutan encer, diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah hampir 100 Ramon, 2007.
Laporan kasus kematian pada pajanan ingesti akut telah ada sejak awal tahun
1900. Tidak diketahui berapa konsentrasi benzena yang ditemukan pada korban. Namun diperkirakan bahwa pajanan sebesar 10 mL adalah dosis mematikan bagi
manusia Zuliyawan, 2010.
2.1.3.3 Kulit dan Mata
Benzena yang memercik di mata dapat mengakibatkan rasa sakit dan cedera pada kornea. Tidak terdapat penelitian yang berhubungan dengan
kematian hewan percobaan setelah terjadi pajanan Benzena pada kulit. Sebuah penelitian kohort terhadap 338 pekerja laki-laki menemukan 3 kematian.
Kematian ini disebabkan oleh leukimia pada mekanik, yang biasanya menggunakan BBM untuk membersihkan onderdil kendaraan dan mencuci
tangan Hunting et al, 2005 dalam ATSDR, 2007.
2.1.4 Dampak Pajanan Benzena
Benzena dilepaskan ke udara dari berbagai sumber termasuk knalpot mobil, bensin, asap dari tembakau dan kebakaran hutan dan dari industri. Hal ini
sangat bebas dalam tanah dan larut dapat larut dalam air. Orang yang merokok terkena sekitar 10 kali lebih benzena per tahun dari rata-rata non-perokok. Efek
pada kesehatan manusia tergantung pada konsentrasi benzena dan tingkat eksposur SA Health, 2008.
2.1.4.1 Dampak akut
Individu yang tidak sengaja menelan atau menghirup benzena untuk jangka waktu singkat cenderung tidak mengalami risiko kesehatan. Namun
demikian, efek samping tertentu masih terjadi dan meliputi peningkatan denyut jantung, sesak napas, sakit kepala, pingsan, dan kerusakan sistem saraf. SA
Health, 2008. Adapun efek akut dari paparan benzena menurut WHO 2010 adalah
dapat menyebabkan narkosis: sakit kepala, pusing, mengantuk, kebingungan, tremor dan kehilangan kesadaran, dan pada pengguna alkohol dapat
meningkatkan efek toksik. Benzena juga merupakan iritan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
2.1.4.2 Dampak Kronis
Depresi sumsum tulang dengan efek lambat, pada beberapa kasus, sampai beberapa tahun. Gejala dan tanda yang pertama sangat samar, namun kemudian
kelelahan dan pendarahan spontan yang akan mengakibatkan anemia, selain itu terjadi penurunan jumlah berbagai sel darah di sirkulasi darah dan berkurangnya
keeping trombosit dalam darah. Anemia aplastik, leukemia mieloblastik akut dan eritroleukimia akut merupakan efek yang paling ditakutkan pada pemajanan
kronik. Efek kronis dari paparan benzena adalah menyebabkan kanker pada
manusia. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker IARC telah mengklasifikasikan benzena sebagai karsinogenik pada manusia Kelompok 1.
EPA memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 4 ppb di udara akan menghasilkan 1 tambahan kasus leukemia dalam 10.000 orang
yang terpajan. EPA juga memperkirakan bahwa pajanan benzena seumur hidup pada konsentrasi 100 ppb dalam air minum akan menambah 1 kasus kanker
tambahan dalam 10.000 orang yang terpajan ATSDR, 2006.
2.1.5 Nilai Ambang Batas Panjanan Benzena
Internal Agency for Research on Cancer IARC, mengindikasikan bahwa tidak ada tingkat pajanan yang aman untuk semua jalur pajanan benzena.
Untuk batas pajanan benzena di udara, Occupational Safety and Health Administration OSHA menetapkan untuk pajanan 8 jam waktu kerja TWA
sebesar 1 ppm dan pajanan singkat 15 menit STEL 5 ppm. ACGIH menetapkan untuk pajanan 8 jam waktu kerja TWA sebesar 0,5 ppm dan pajanan singkat 15
menit STEL sebesar 2,5 ppm. Sedangkan National Institute for Occupational Safety and Health NIOSH menetapkan untuk pajanan 10 jam waktu kerja
TWA sebesar 0,1 ppm dan pajanan singkat 15 menit STEL 1 ppm ATSDR, 2006.
Di Indonesia peraturan yang mengatur mengenai NAB benzena adalah Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor: SE 01MENAKER1997 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja, yaitu sebesar 10 ppm atau 32 mgm
3
Depatemen Tenaga Kerja RI, 1997. Sedangkan IRIS Integrated Risk Information System telah menetapkan dosisi respon benzena
yang diperbolehkan RfD dan Rfc. RfD atau reference dose benzena adalah batas
dosis respon melalui jalur ingesti yaitu sebesar 4x10
-3
mgkghari .Sedangkan Rfc adalah batas dosis respon benzena melalui jalur inhalasi adalah 0,03 mgm
3
IRIS, 2003.
2.1.6 Mekanisme Toksisitas Benzena dalam Tubuh