Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan non-kanker Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan kanker

R yang digunakan sama seperti pada perhitungan individu, yaitu nilai default laju inhalasi 20 m 3 hari yang dikonvert kedalam jam, sehingga didapatkan nilai 0,83 m 3 jam. Waktu per lama pajanan t E adalah nilai waktu pajanan responden selama 1 hari, yaitu 8 jamhari. Nilai ini sama pada semua responden karena lama jam kerja responden adalah 8 jam dalam 1 shift. Variabel frekuensi pajanan fE adalah jumlah hari kerja responden satu tahun, variabel ini menggunakan data default US – EPA yaitu 350 haritahun. Untuk Durasi pajanan Dt pada masing-masing responden berbeda tergantung dari berapa lama responden telah bekerja untuk pajanan realtime. Nilai durasi pajanan pada petugas operator SPBU berdistribusi tidak normal sehingga menggunakan nilai median yaitu 21 bulan atau 1,75 tahun. Pajanan lifetime digunakan nilai default 30 tahun untuk non-kanker dan 70 tahun untuk kanker. Nilai berat badan Wb yang dimasukkan pada perhitungan analisis risiko populasi adalah nilai berat badan dari distribusi data yang dianggap mewakili populasi, karena data berdistribusi tidak normal maka menggunakan nilai median yaitu 57 kg.

5.4.1 Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan non-kanker

Setelah didapat nilai variabel yang mewakili populasi petugas operator SPBU, kemudian dihitung nilai intake dengan menggunakan rumus untuk efek kesehatan non-kanker I realtime = 0,58 x 0,83 x 8 x 350 x 1,75 th 57 Kg x 30 th x 365 = 3,8 x 10 -3 mgkghr I lifetime = 0,58 x 0,83 x 8 x 350 x 30 th 57 Kg x 30 th x 365 = 6,5 x 10 -2 mgkghr Berdasarkan perhitungan diatas didapat intake pajanan realtime adalah 3,8 x 10 -3 mgkghr, sedangkan intake pada pajanan lifetime adalah 6,5 x 10 -2 mgkghr. Kemudian dilanjutkan dengan Perhitungan Risk Quotient seperti di bawah ini, RQ realtime = = 0,44 RQ lifetime = = 7,6 Didapat nilai estimasi risiko non-kanker RQ pada populasi operator SPBU yang terpajan benzena ntuk pajanan realtime dan lifetime berturut-turut adalah 0,44 dan 7,6. Dari nilai tersebut, diketahui bahwa petugas operator SPBU berisiko terkena efek non-kanker pada durasi pajanan lifetime.

5.4.2 Estimasi Risiko Populasi terhadap Efek Kesehatan kanker

Dari nilai variabel yang didapat yang mewakili populasi petugas operator SPBU, kemudian dihitung nilai intake dengan menggunakan rumus untuk efek kesehatan kanker seperti berikut, I realtime = 0,58 x 0,83 x 8 x 350 x 1,75 th 57 Kg x 70 th x 365 = 1,6 x 10 -3 mgkghr I life time = 0,58 x 0,83 x 8 x 350 x 30 th 57 Kg x 70 th x 365 = 2,8 x 10 -2 mgkghr Didapati bahwa nilai intake populasi operator SPBU pada pajanan realtime dan lifetime berturut-turut adalah 1,6 x 10 -3 mgkghr dan 2,8 x 10 -2 mgkghr. Sedangkan untuk perhitungan risiko efek kanker adalah sebagai berikut : ECR realtime = 0,0273 x 1,6 x 10 -3 = 4,4 x 10 -5 ECR lifetime = 0,0273 x 2,8 x 10 -2 = 7,6 x 10 -4 nilai estimasi risiko kanker ECR pada populasi pekerja operator SPBU yang terpajan benzena untuk pajanan realtime dan lifetime berturut-turut adalah 4,4 x 10 -5 dan 7,6 x 10 -4 . Dari hasil perhitungan ini, pajanan lifetime sudah dapat berisiko efek kesehatan karsinogenik.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan studi analisis risiko kesehatan lingkungan yaitu menghasilkan suatu nilai prediktif mengenai risiko kesehatan dari pajanan agen lingkungan tertentu, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kesalahan pada perkiraan risiko. Pada penelitian ini peneliti hanya mengukur benzena di lingkungan kerja saja dan tidak mengukur di luar lingkungan kerja. Pengukuran hanya dilakukan satu kali pada setiap titik sehingga kurang mewakili besarnya konsentrasi benzena selama bekerja.

6.2 Konsentrasi Benzena di Udara Kerja

Dibandingkan dengan nilai ambang batas NAB yang ditentukan oleh ACGIH, NIOSH dan OSHA 0,5 ppm, 0,1 ppm dan 1 ppm. Konsentrasi benzena di udara melebihi NAB yang ditentukan oleh NIOSH, namun nilai ambang batas ini diperuntukkan untuk pekerja yang bekerja 10 jam perhari, sedangkan petugas operator SPBU di Indonesia hanya bekerja 8 jam perhari. Hal ini tetap menjadi risiko bagi pertugas operator SPBU mengingat akumulasi paparan dari benzena yang tidak hanya terpapar di area kerja. Konsentrasi ini pun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian di SPBU Pancoran depok yaitu sebesar 0,02 ppm Salim, 2012. 62