12
2.8.   TOTAL PADATAN TERLARUT TPT
Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa  anorganik  dan  organik  yang  terlarut  dalam  air,  mineral  dan  garam-
garamnya.  Total  padatan terlarut  merupakan  jumlah total  padatan  yang terlarut  dalam  produk dari  seluruh  unsur  penyusunnya  misalnya  gula,  garam,  dan  lain-lain.  Total  padatan  terlarut
merepresentasikan  kadar  gula  atau  kadar  padatan  terlarut  dalam  bahan  tersebut.  Jumlah  zat padat  terlarut  berbeda  dengan  konduktivitas  listrik  larutannya.  Pada  jumlah  zat  padat  terlarut
yang  diukur  adalah  jumlah  ion  dalam  air  sedangkan  dalam  konduktivitas  listrik  yang  diukur adalah kemampuan ion-ion tersebut dalam menghantarkan listrik Winarno 1997.
Buah  dan  sayuran  menyimpan  karbohidrat  untuk  persediaan  bahan  dan  energi  yang digunakan  untuk  melaksanakan  aktivitas  sisa  hidupnya,  sehingga  dalam  proses  pematangan
kandungan gula dan karbohidrat selalu berubah Winarno dan Aman 1981. Perubahan kandungan gula yang sesungguhnya dalam buah dan sayuran hanya meliputi
3 macam gula utama yakni glukosa, fruktosa dan sukrosa Breemer 1996. Winarno dan Aman 1981  mengemukakan  bahwa  rasa  manis  pada  buah  disebabkan  karena  selama  penyimpanan
terjadi peningkatan kandungan sukrosa. Gula  adalah  zat  padat  terlarut  yang  terbanyak  terdapat  dalam  jus  buah-buahan  dan
karenanya  zat  padat  terlarut  dapat  digunakan  sebagai  penafsiran  rasa  manis.  Kandungan  gula pada buah belimbing adalah fruktosa 1.15, α glukosa 0.69, β glukosa 0.94, sukrosa
0.42 atau kandungan gula total 3.19 Siwi 2010. Wan dan Lam 1984 menyatakan tidak terdapat  kandungan  pati  pada  buah  belimbing,  baik  yang  belum  matang  maupun  yang  sudah
matang.
2.9.   LAJU RESPIRASI
Aktivitas  fisiologis  yang  terjadi  dalam  beberapa  hal  dapat  menyebabkan  kemunduran mutu  dan  juga  mempengaruhi  derajat  kematangan  Apandi  1984.  Proses  metabolik  yang
terpenting sesudah panen adalah respirasi  yang meliputi perombakan substrat organis. Namun tidak  selalu  aktivitas  metabolik  ini  bersifat  katabolik  yang  merugikan,  ada  juga  yang
menguntungkan  seperti  sintesa  pigmen,  enzim  dan  lain-lain  material  khususnya  perubahan- perubahan yang terjadi pada pemasakan buah Breemer 1996.
Setiap  produk  hortikultura  masih  mengalami  proses  metabolisme  meskipun  sudah dipanen  dari  tanaman  induknya.  Salah  satu  proses  metabolisme  tersebut  adalah  respirasi.
Respirasi merupakan proses penguraian karbohidrat sehingga dihasilkan energi, CO
2
, dan uap air Anonim
a
2010. Selama  penyimpanan,  produk  hortikultura  mengalami  bentuk  kehidupan  heterotropik
dengan memanfaatkan cadangan  makanan  yang  masih tersisa. Hubungan  yang  masih berjalan antara produk hortikultura dengan lingkungannya adalah pertukaran gas yaitu menggunakan O
2
dalam atmosfer untuk menghasilkan CO
2
, air dan zat-zat organik lainnya seperti ethylene dan zat pembentuk aroma Hutabarat 2008.
Respirasi  dapat  dipahami  sebagai  perombakan  secara  oksidatif  senyawa  kompleks seperti  pati,  gula-gula,  asam-asam  organik  dan  asam-asam  lemak  menjadi  molekul-molekul
sederhana  seperti  CO
2
dan  air  serta  secara  serempak  menghasilkan  energi  panas  dan  molekul lain  yang  dapat  dipakai  untuk  reaksi  sintetik.  Tingkat  respirasi  dari  produk  yang  biasa
dinyatakan dalam laju respirasi produk, diukur dengan mole atau volume CO
2
yang diproduksi atau O
2
yang diserap per unit berat basah adalah indikator yang baik untuk mengukur aktivitas
13 metabolik  dari  jaringan  dan  berguna  sebagai  petunjuk  umur  simpan  dari  produk  hortikultura
segar.  Produk  hortikultura  mempunyai  laju  respirasi  yang  berbeda  menurut  jenis  dan  umur panennya.  Laju  respirasi  tertinggi  terjadi  pada  buah  dan  sayuran  muda  dan  secara  teratur
menurun  dengan  pertambahan  umur  dari  produk  non-klimakterik,  tetapi  meningkat  pada  saat pemasakan buah  klimakterik.  Respirasi dapat terjadi secara  normal dengan  kehadiran  oksigen
respirasi  aerobik  atau  secara  tidak  normal  tanpa  kehadiran  oksigen  respirasi  anaerobik Anonim
b
2010.  Menurut  Winarno  dan  Aman  1981,  respirasi  adalah  suatu  proses metabolisme  dengan  cara  menggunakan  oksigen  dalam  pembakaran  senyawa  yang  lebih
komplek yaitu pati, gula dan asam organik, menghasilkan energi yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa.
Respirasi  merupakan  sarana  penyedia  energi  yang  sangat  vital  dibutuhkan  untuk mempertahankan  struktur  sel  dan  jalannya  proses-proses  kimia.  Selama  produk  melakukan
respirasi, maka  produk akan  mengalami pematangan dan  kemudian  diikuti  dengan cepat  oleh proses  pembusukan.  Reaksi  proses  respirasi  yang  terjadi  dalam  sel  buah  dan  sayuran  adalah
sebagai berikut: C
6
H
12
O
6
+ 6O
2
6CO
2
+ 6H
2
O + 674 kcal energi Buah dan sayuran apabila  dibiarkan pada suhu lingkungan yang tinggi setelah dipanen
akan  memperpendek  umur  simpan.  Hal ini  disebabkan  karena  pada  umumnya  semakin  tinggi suhu maka laju respirasi produk akan semakin tinggi Pantastico 1986.
Menurut Hutabarat 2008 laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk menduga daya simpan produk hortikultura setelah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai ukuran
laju  jalannya  metabolisme  dan  oleh  karena  itu  sering  dianggap  sebagai  petunjuk  mengenai potensi  daya  simpan  produk  hortikultura.  Bahan  yang  memiliki  laju  respirasi  yang  tinggi
biasanya  memiliki  daya  simpan  pendek.  Hal  ini  juga  merupakan  petunjuk  laju  kemunduran mutu  produk  hortikultura.  Laju  respirasi  sangat  berhubungan  dengan  suhu  penyimpanan
produk  maka  laju  respirasi  akan  semakin  menurun  hingga  mencapai  titik  tertentu.  Hal  ini dihubungkan  dengan  metabolisme  yang  terjadi  di  dalam  produk  hortikultura  dan  banyaknya
oksigen yang dapat digunakan untuk melakukan proses-proses biokimia.
14
BAB III METODE PENELITIAN