7
2.2.   PENYIMPANAN DINGIN
Suhu  merupakan  salah  satu  faktor  utama  yang  mempengaruhi  metabolisme  fisiologis produk  pascapanen.  Semakin  tinggi  suhu  penyimpanan  reaksi  metabolisme  seperti  respirasi
akan  semakin  meningkat.  Pengaruh  utama  dalam  produk  adalah  kemunduran  mutu  dan  umur simpan Herdiana 2010.
Dalam Herdiana 2010, penyimpanan  dingin  adalah  proses  pengawetan  bahan  dengan cara pendinginan pada suhu  di atas  suhu  bekunya.  Secara  umum  pendinginan  dilakukan  pada
suhu  2.2-15.5 C  tergantung  kepada  masing-masing  bahan  yang  disimpan.  Menurut  Winarno
1986  setiap  kenaikan  suhu  sebesar  10 C  pada  kisaran  suhu  10-38
C,  akan  mempercepat reaksi  enzimatik  maupun  non  enzimatik  dan  proses  terjadinya  pembusukan  sebesar  dua  kali
lebih cepat. Hal ini lebih jelas terlihat pada bahan yang sudah terluka. Suhu penyimpanan merupakan dasar dari penyebab kebusukan. Untuk mempertahankan
mutu,  tidak  akan  berhasil  dengan  memuaskan  tanpa  disertai  pendinginan  Pantastico  1986. Suhu mempengaruhi laju  produksi etilen, sensitivitas  jaringan terhadap etilen,  dan bekerjanya
etilen. Sebagian besar jaringan memproduksi etilen. Etilen adalah hormon tanaman  yang aktif dalam    mengendalikan  proses  pemasakan  dan  senesen.  Manajemen  suhu  merupakan  faktor
terpenting  dalam  menunda  kemunduran  mutu  produk.  Pendinginan  segera  dan  pengelolaan suhu  yang  tepat  sangat  penting  bagi  produk  tertentu.  Strawberry  memerlukan  pendinginan
segera yaitu kurang dari 1 jam sedangkan cherry memerlukan pendinginan segera yaitu kurang dari 4 jam Anonim 2010
a
. Pendinginan  menuntut  adanya  pengontrolan  terhadap  kondisi  lingkungan  antara  lain
suhu yang rendah, komposisi udara, kelembaban dan sirkulasi udara. Sumber kerusakan seperti aktivitas  fisiologis,  aktivitas  mikroba,  transpirasi  dan  evaporasi,  semuanya  mempunyai  faktor
pembatas yakni suhu dan kelembaban. Penggunaan suhu rendah dan kelembaban relatif tinggi dapat menghambat semua reaksi di atas sampai waktu tertentu Pantastico 1986.
Budiastra  dan  Purwadaria  1993  dalam  Herdiana  2010,  mengemukakan  tujuan penyimpanan  dengan  suhu  rendah  adalah  untuk  memperpanjang  masa  kesegaran  sayuran  dan
buah-buahan  guna  menjaga  kesinambungan  pasokan,  menciptakan  stabilitas  harga  dan mempertahankan mutu.
2.3.   KERUSAKAN DINGIN CHILLING INJURY
Kerusakan  akibat  pendinginan  merupakan  persoalan  besar  dalam  penanganan pascapanen  produk  hortikultura  karena  menyebabkan  banyak  komoditi  tidak  mungkin
disimpan pada suhu yang sebenarnya dapat memperpanjang umur simpan. Secara umum umur simpan  diartikan  sebagai  rentan  waktu  antara  produk  mulai  dikemas  atau  diproduksi  hingga
saat  mulai  digunakan  dengan  mutu  produk  masih  memenuhi  syarat  untuk  dikonsumsi.  Suhu merupakan  faktor  yang  berpengaruh  terhadap  perubahan  mutu  produk  pangan.  Penyimpanan
dengan suhu rendah dapat menyebabkan chilling injury, sehingga mempengaruhi mutu produk. Umur  pascapanen  maksimal  hanya  dapat  dicapai  dengan  menggunakan  komoditas  bermutu
tinggi Pantastico 1986. Bahan  yang  didinginkan  pada  suhu  lebih  rendah  dari  suhu  optimum  tertentu  akan
mengalami  kerusakan  yang  dikenal  dengan  kerusakan  dingin  chilling  injury.  Gejala kerusakan  dingin  terlihat  dalam  bentuk  kegagalan  pematangan,  pematangan  tidak  normal,
pelunakan  prematur,  kulit  terkelupas,  peningkatan  pembusukan  yang  disebabkan  oleh  luka, serta  kehilangan  flavor  yang  khas  Herdiana  2010.  Menurut  Muchtadi  dan  Sugiono  1989
8 mengemukakan  pada  suhu  rendah  0-10
C  buah-buahan  dapat  mengalami  kerusakan  karena tidak  dapat  melakukan  proses  metabolisme  secara  normal.  Kerusakan  dingin  tersebut  seperti
adanya lekukan, cacat, bercak-bercak kecoklatan pada permukaan buah, penyimpanan warna di bagian  dalam  atau  gagal  matang  setelah  dikeluarkan  dari  ruang  pendingin.  Dikatakan  juga
mekanisme  terjadinya  kerusakan  dingin  antara  lain  adalah  terjadinya  respirasi  abnormal, perubahan  lemak  dan  asam  dalam  dinding  sel,  perubahan  permeabilitas  membran  sel,
perubahan  dalam  reaksi  kinetika  dan  termodinamika,  ketimpangan  distribusi  senyawa  kimia dalam jaringan serta terjadinya penimbunan metabolit beracun.
2.4.   ION LEAKAGE
Ion  merupakan  muatan  larutan  baik  berupa  atom  maupun  molekul  dan  dengan  reaksi transfer  elektron  sesuai  dengan  bilangan  oksidasinya  menghasilkan  ion.  Konsentrasi  ion
menentukan banyaknya ion yang ada pada larutan tetapi bukan berarti selalu berbanding lurus dengan besar  konduktivitas membran  karena  membran  mempunyai  karakter  yang  khas Athis
1995. Dalam Herdiana 2010, gejala terjadinya kerusakan dingin dapat diamati dari kenaikan kecepatan  respirasi  dan  produksi  etilen,  terjadinya  proses  pematangan  yang  tidak  normal  dan
lambat serta dikeluarkan kenaikan jumlah ion yang dari membran sel ion leakage. Kenaikan  persentase  ion  leakage  menunjukkan  besarnya  membran  sel  yang  pecah.
Sitoplasma meliputi sebagian dari protoplasma, secara fisik merupakan zat kental yang tembus cahaya.  Sitoplasma  merupakan  struktur  yang  sangat  kompleks  dengan  komponen  utamanya
adalah air 85-95, mengisi ruangan antara  membran sel dan inti sel. Sitoplasma  dipisahkan dari dinding sel oleh membran yang disebut plasmalema, dan dari vakuola oleh membran yang
disebut tonoplas. Vakuola menempati lebih dari 90 sel-sel dewasa. Vakuola adalah ruangan dalam  sel  berisi  cairan,  dibatasi  oleh  membran  tonoplas.  Cairan  tersebut  berisi  berbagai
bahan  organik  dan  anorganik,  misalnya  gula,  protein,  asam  organik,  fosfatida,  tannin  pigmen flavonoid  dan  kalsium  oksalat.  Beberapa  zat  dalam  vakuola  dapat  berbentuk  padatan  tinin
butir protein, bahkan berbentuk kristal. Vakuola berfungsi dalam mengatur air dan kandungan solute dalam sel, misalnya pada pengaturan osmosis Nobel 1991.
Gambar 3. Ilustrasi perpindahan molekul melalui membran sel Anonim
c
2011 Tekstur buah dan sayuran bergantung pada ketegangan, ukuran, bentuk dan keterikatan
sel-sel.  Ketegangan  disebabkan  oleh  tekanan  isi  sel  pada  dinding  sel  dan  bergantung  pada konsentrasi  zat-zat  osmotik  aktif  dalam  vakuola,  permeabilitas  protoplasma  dan  elastisitas
9 dinding  sel.  Proses  osmosis  menyebabkan  zat-zat  bergerak  dari  daerah  dengan  energi  kinetik
tinggi ke daerah dengan energi lebih rendah. Cairan sel mempunyai jenjang energi lebih rendah karena zat-zat yang terlarut didalamnya, sebagai akibat air berdifusi ke dalam sel. Difusi terus
menerus  meningkatkan  jenjang  energi  sel,  dan  berakibat  naiknya  tekanan  yang  mendorong sitoplasma ke dinding sel dan menyebabkan sel menjadi tegang. Bila jenjang energi di luar sel
lebih  rendah  akan  terjadi  difusi  zat-zat  ke  luar  sel  yang  mengakibatkan  plasmolisis  atau kematian sel. Perubahan bentuk fisik membran pada suhu rendah diduga merupakan penyebab
terjadinya ion leakage dari jaringan tanaman yang sensitif terhadap suhu dingin Nobel 1991.
2.5.   LIDAH BUAYA Aloe Vera