43 PT. SJA sama dengan harga gula kelapa yang diberikan kepada koordinator
maupun petani pembuat gula kelapa mitra yang langsung menyetor gula kelapa kepada perusahaan. Pasokan gula kelapa yang diterima PT. SJA dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11.
Pasokan Gula Kelapa yang Diterima PT. Samudra Jaya Abadi Periode Januari 2010-Maret 2011
Bulan Koordinator orang
Omzet ton Mitra Melalui
Koordinator Omzet ton
Mitra Langsung +Non Mitra
Omzet ton Januari
165 1.052,59
489,46 1.542,05
Februari 164
1.070,60 464,10
1.534,70 Maret
161 1.205,85
646.69 1.852,54
April 158
954,00 658.21
1.612,21 Mei
151 679,80
255.03 934,83
Juni 153
611,35 311.31
922,66 Juli
150 441,15
328.64 769,79
Agustus 155
740,35 382.35
1.122,70 September
153 570,20
601.08 1.171,28
Oktober 152
702,70 383.21
1.085,91 November
150 860,20
200.14 1.060,34
Desember 153
1.044,95 330.36
1.375,31 Januari
173 1.200,25
193.69 1.393,94
Februari 169
1.156,50 122.73
1.279,23 Maret
163 849,95
113.89 963,84
Sumber: PT. Samudra Jaya Abadi 2011 diolah
5.3. Gambaran Umum Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra
Pada penelitian ini seluruh responden yang diwawancarai memiliki jenis kelamin laki-laki. Kondisi ini dapat dikaitkan dengan pekerjaan yang dilakukan
sebagai petani pembuat gula kelapa yaitu menyadap pohon kelapa dengan cara memanjat terlebih dahulu pohon kelapa yang secara rutin dilakukan pada pagi dan
sore hari untuk mendapatkan nira kelapa yang akan diolah menjadi gula kelapa Tabel 12.
Tabel 12. Jenis Kelamin Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra
Jenis Kelamin Jumlah orang
Persen Laki-laki
48 100
Perempuan
44 Sebagian besar responden berusia antara 40
– 49 tahun. Adapun persentase jumlahnya mencapai 45,83 persen dari total responden. Persentase jumlah
responden yang berusia antara 30 – 39 tahun adalah sebesar 13 persen dan
persentase jumlah responden yang berusia antara 20 – 29 tahun adalah sebesar
16,67 persen. Sementara itu persentase jumlah respo nden yang berusia ≥ 50 tahun
hanya 8,33 persen. Begitu juga dengan persentase jumlah respoden yang berusia ≤ 19 tahun hanya 2,08 persen. Sebagian besar responden berada di bawah usia 50
tahun Tabel 13. Hal ini berkaitan dengan karakteristik petani pembuat gula kelapa yang membutuhkan tenaga sebagai sumberdaya utamanya Gambar 4.
Dengan demikian, semakin bertambahnya usia petani pembuat gula kelapa maka tenaganya cenderung berkurang dan menjadi hambatan dalam memanjat pohon
kelapa. Kebutuhan terhadap nira kelapa sebagai bahan baku utama pengolahan gula kelapa menuntut petani pembuat gula kelapa untuk tetap menderes dalam
kondisi cuaca apapun. Selain itu, apabila petani pembuat gula kelapa tidak menderes sesuai dengan jadwal yaitu pada pagi dan sore hari maka akan
mempengaruhi kualitas nira kelapa dan tidak dapat diolah menjadi gula kelapa yang berkualitas.
Tabel 13. Usia Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra
Usia Tahun Jumlah orang
Persen ≤ 19
1 2,08
20 – 29
8 16,67
30 – 39
13 27,08
40 – 49
22 45,83
≥ 50 4
8,33
45
Gambar 4. Petani Pembuat Gula Kelapa Memanjat Pohon Kelapa untuk
Menderes Nira Kelapa Jika dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagian besar responden memiliki
tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya sampai tingkat SD. Persentase jumlah responden yang tingkat pendidikan terakhirnya SD sebesar 70,83 persen.
Pendidikan yang rendah menjadi keterbatasan bagi responden untuk mencari dan memilih pekerjaan yang diinginkan responden. Sehingga responden memilih
untuk menjadi petani pembuat gula kelapa. Berdasarkan hasil wawancara mendalam, usaha gula kelapa ini merupakan usaha terakhir yang dipilih petani
pembuat gula kelapa. Kondisi ini berhubungan dengan alasan responden memilih menjadi petani pembuat gula kelapa. Sebagian besar responden memilih menjadi
petani pembuat gula kelapa yaitu karena sulit mencari pekerjaan lain 45,83 persen, mudah dalam mendapatkan modal 18,75 persen, dan keahlian 16,67
persen. Apabila dilihat dari status perkawinan, 95,83 persen dari total responden telah menikah. Kondisi ini dapat diartikan bahwa responden memiliki kewajiban
untuk menghidupi keluarganya sehingga dapat memotivasi responden untuk dapat menghasilkan uang meskipun berpendidikan rendah. Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 14, 15, dan 16.
46
Tabel 14. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan Jumlah orang
Persen Tidak sekolah
1 2,08
SD 34
70,83 SMP
7 14,58
SMASMKSederajat 6
12,50 Diploma
- -
Sarjana -
-
Tabel 15. Alasan Memilih Menjadi Petani Pembuat Gula Kelapa
Motivasi Jumlah orang
Persen Usaha turun temurun
2 4,17
Mencari nafkah 1
2,08 Mudah dalam mendapatkan
modal 9
18,75 Usaha sampingan
2 4,17
Sulit mencari pekerjaan lain 22
45,83 Keahlian
8 16,67
Ingin hidup di kampung 3
6,25 Memiliki kebun kelapa
1 2,08
Tabel 16. Status Perkawinan
Status Perkawinan Jumlah orang
Persen Menikah
46 95,83
Belum menikah 2
4,17
Dalam hal pengalaman usaha gula kelapa, sebagian besar responden memiliki pengalaman kurang dari 10 tahun dengan persentase sebesar 52,08
persen Tabel 17. Meskipun banyak responden yang belum cukup pengalaman dalam mengusahakan gula kelapa, namun responden telah memahami usaha ini
karena lingkungan tempat responden tinggal banyak yang mengusahakan gula kelapa juga. Sehingga responden telah memiliki dasar pengetahuan dalam
mengusahakan gula kelapa.
47
Tabel 17. Pengalaman Usaha Gula Kelapa
Pengalaman Usaha Gula Kelapa Tahun Jumlah orang
Persen ≤ 10
25 52,08
11 – 20
13 27,08
21 – 30
7 14,58
31 – 40
2 4,17
≥ 41 1
2,08
Berdasarkan status usaha, sebagian besar responden menjadikan usaha gula kelapa ini sebagai usaha utama. Persentase jumlah responden yang
menjadikan usaha gula kelapa ini sebagai usaha utama sebesar 95,83 persen. Pekerjaan sebagai petani pembuat gula kelapa merupakan pekerjaan yang
membutuhkan waktu cukup banyak sehingga waktu luang petani pembuat gula kelapa hanya sedikit. Pada umumnya waktu luang yang tersedia digunakan untuk
mengerjakan aktivitas lain seperti bertani, beternak, mencari kayu bakar, dan mengambil rumput untuk makanan ternak. Namun apabila sedang tidak ada
aktivitas lain, waktu luang tersebut digunakan petani pembuat gula kelapa untuk beristirahat. Persentase jumlah responden yang menjadikan usaha gula kelapa ini
sebagai usaha sampingan yaitu sebesar 4,17 persen. Pekerjaan utama responden yaitu sebagai buruh bangunan. Responden menjalankan usaha gula kelapa ini
hanya sebagai usaha sampingan dan merupakan usaha yang harus dijalankan oleh responden karena memiliki hutang kepada koordinator Tabel 18.
Tabel 18. Status Usaha Gula Kelapa
Status Usaha Jumlah orang
Persen Utama
46 95,83
Sampingan 2
4,17
Petani pembuat gula kelapa pada umumnya menyukai usaha ini. Meskipun usaha gula kelapa merupakan pilihan terakhir karena sulitnya mencari pekerjaan
lain, namun dengan mengusahakan gula kelapa petani pembuat gula kelapa dapat menghasilkan uang secara rutin dan tunai. Selain itu, petani pembuat gula kelapa
memproduksi gula kelapa setiap hari. Sehingga apabila ada kebutuhan mendadak,
48 petani pembuat gula kelapa dapat menjual langsung gula kelapa yang
diproduksinya. Berdasarkan status penguasaan pohon kelapa, sebagian besar responden
menyewa pohon kelapa untuk diambil niranya. Persentase jumlah responden yang menyewa pohon kelapa adalah sebesar 52,08 persen. Persentase jumlah responden
yang memiliki pohon kelapa sendiri adalah sebesar 25 persen. Sementara itu persentase jumlah responden yang memiliki pohon kelapa sendiri sekaligus
menyewa kepada orang lain sebesar 22,92 persen Tabel 19. Petani pembuat gula kelapa yang tidak memiliki pohon kelapa sendiri bersedia untuk menyewa pohon
kelapa untuk diambil niranya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa petani pembuat gula kelapa memiliki niat dan keseriusan dalam mengusahakan gula kelapa.
Masing-masing petani pembuat gula kelapa menyewa pohon kelapa dengan aturan sewa di daerahnya masing-masing. Berbagai macam bentuk
penyewaan pohon kelapa pada usaha gula kelapa ini yaitu sistem kontrak, sistem sewa per pohon per bulan, dan sistem bagi hasil dengan pemilik pohon gacong.
Penyewaan pohon dengan sistem sewa kontrak yaitu petani pembuat gula kelapa menyewa pohon kelapa satu kapling dalam jangka waktu satu tahun 1 kapling = 1
ha = 120 pohon. Pada sistem sewa per pohon, petani pembuat gula kelapa membayar sewa pohon kelapa menggunakan gula kelapa sebanyak 1 kilogram
sampai dengan 3 kilogram gula kelapa per pohon per bulan. Pada sistem bagi hasil gacong, petani pembuat gula kelapa telah bersepakat terlebih dahulu dengan
pemilik pohon kelapa mengenai sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil 6 : 1 memiliki arti bahwa dalam satu minggu produksi gula kelapa selama enam hari menjadi hak
petani pembuat gula kelapa, sedangkan produksi gula kelapa dalam satu hari menjadi hak pemilik pohon kelapa. Sedangkan sistem bagi hasil 5 : 2 memiliki
arti bahwa dalam satu minggu nira hasil penyadapan selama lima hari menjadi hak petani pembuat gula kelapa, sedangkan nira hasil penyadapan selama dua hari
menjadi hak pemilik pohon kelapa.
49
Tabel 19. Status Penguasaan Pohon Kelapa
Status Penguasaan Pohon Kelapa Jumlah orang
Persen Milik sendiri
12 25,00
Sewa 25
52,08 Keduanya
11 22,92
Sebagian besar responden melakukan penyadapan pada pohon kelapa dalam. Persentase jumlah responden yang melakukan penyadapan pada pohon
kelapa dalam adalah sebanyak 62,5 persen. Sedangkan 37,5 persen dari jumlah responden melakukan penyadapan pada pohon kelapa hibrida. Produktivitas gula
kelapa per pohonnya yang berasal dari pohon kelapa dalam lebih tinggi dibandingkan pohon kelapa hibrida. Produktivitas gula kelapa yang berasal dari
pohon kelapa dalam yaitu sebesar 0,36 kilogram per pohon per hari. Sedangkan produktivitas gula kelapa yang berasal dari pohon kelapa hibrida yaitu sebesar
0,27 kilogram per pohon per hari. Responden yang melakukan penyadapan pada pohon kelapa hibrida hanya terdapat di Kecamatan Cimerak. Sedangkan
responden yang melakukan penyadapan pada pohon kelapa dalam terdapat di semua kecamatan yang menjadi sampel. Jenis pohon kelapa yang disadap pada
masing-masing kecamatan yang menjadi sampel dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Jenis Pohon Kelapa yang Disadap pada Masing-Masing Kecamatan
yang Menjadi Sampel
Kecamatan Menyadap Pohon
Kelapa Dalam orang
Persen Menyadap Pohon
Kelapa Hibrida orang
Persen
Pangandaran 19
62,50 -
37,50 Sidamulih
4 -
Cimerak 7
18
Sebagian besar responden menggunakan modal untuk mengusahakan gula kelapa dari hasil pinjaman ke koordinator. Persentase jumlah responden yang
meminjam uang untuk modal usaha dan keperluan keluarga kepada koordinator adalah sebesar 85,42 persen. Responden pada umumnya lebih memilih meminjam
uang ke koordinator daripada ke bank dengan alasan proses peminjamannya sangat mudah, jangka waktu pencairan dananya cepat, tidak dikenai bunga
50 pinjaman, serta tidak ditentukan batas waktu pengembaliannya. Sumber modal
yang digunakan oleh responden dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Sumber Modal yang Digunakan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra
Sumber Modal Jumlah orang
Persen Modal sendiri
7 14,58
Bantuan dari pemerintah -
- Pinjam ke bank
- -
Pinjam ke PT. SJA -
- Pinjam ke saudarakeluarga
- -
Pinjam ke koordinator 41
85,42
Sumber modal yang digunakan responden pada umumnya berupa pinjaman uang kepada koordinator. Hal ini berkaitan dengan motivasi responden
untuk mengikuti kemitraan yaitu ingin mendapatkan bantuan modal 62,5 persen. Persentase responden yang mengikuti kemitraan karena ingin meningkatkan
pendapatan yaitu sebesar 25 persen. Menurut responden tersebut, sejak adanya kemitraan pada usaha gula kelapa ini responden tidak kesulitan lagi dalam
menghasilkan uang dengan cepat karena seluruh produksi gula kelapa yang dihasilkan responden dapat diserap oleh perusahaan mitra. Dengan demikian
petani pembuat gula kelapa dapat menghasilkan uang secara kontinu dari hasil penjualan gula kelapanya. Hubungan yang erat dan mengikat antara petani
pembuat gula kelapa mitra dengan koordinator dapat berdampak pada kelangsungan kemitraan pada usaha gula kelapa ini. Meskipun petani pembuat
gula kelapa mitra sudah tidak memiliki hutang kepada koordinator tertentu, petani pembuat gula kelapa mitra tersebut tetap menjual gula kelapa kepada koordinator
tersebut. Hal ini dikarenakan petani pembuat gula kelapa mitra merasa berhutang budi kepada koordinator tersebut. Persentase jumlah responden yang menjalin
kemitraan karena alasan ingin meningkatkan persaudaraan antar pelaku usaha gula kelapa adalah sebesar 10,42 persen. Sedangkan persentase jumlah responden yang
memiliki alasan mengikuti kemitraan karena ingin meningkatkan produksi dan kualitas gula kelapa yaitu sebesar 2,08 persen. Berbagai alasan petani pembuat
gula kelapa mitra untuk mengikuti kemitraan dapat dilihat pada Tabel 22.
51
Tabel 22. Alasan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra
Mengikuti Kemitraan
Motivasi Jumlah orang
Persen Ingin mendapat bantuan modal
30 62,50
Ingin mendapat jaminan pasar -
- Ingin meningkatkan pendapatan
12 25,00
Ingin menambah pengetahuan dan keterampilan -
- Ingin meningkatkan produksi dan kualitas gula kelapa
1 2,08
Ingin meningkatkan teknologi -
- Ingin meningkatkan produktivitas gula kelapa
- -
Ingin mengurangi risiko pada usaha gula kelapa -
- Ingin meningkatkan persaudaraan antar pelaku usaha gula
kelapa petani pembuat gula kelapa mitra, koordinator, perusahaan mitra
5 10,42
5.4. Gambaran Umum Koordinator