Definisi Operasional Evaluasi kemitraan antara PT. Samudra Jaya Abadi dengan petani pembuat gula kelapa mitra di kabupaten Ciamis

37

4.5.4. Perhitungan Rendemen

Perhitungan rendemen nyata adalah tingkat rendemen yang dihitung jika jumlah gula kelapa yang dihasilkannya telah diketahui. Perhitungan rendemen pada penelitian ini mengadopsi rumus perhitungan rendemen nyata pada tebu. Rumus rendemen yang digunakan adalah sebagai berikut Supriyadi 1992: Rendemen = x 100

4.6. Definisi Operasional

Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Petani pembuat gula kelapa mitra adalah orang yang melakukan aktivitas menderes nira kelapa sekaligus mengolah nira menjadi gula kelapa dan menjual gula kelapanya kepada PT. SJA melalui koordinator. 2. Koordinator adalah orang yang direkrut maupun mendaftarkan diri untuk menjadi anggota PT. SJA dan memiliki tugas yaitu mengumpulkan gula kelapa yang ada didaerahnya kemudian memasok gula kelapa yang telah dikumpulkan ke PT. SJA. 3. Petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA adalah orang yang melakukan aktivitas menderes nira kelapa sekaligus mengolah nira menjadi gula kelapa dan tidak menjual gula kelapa kepada PT. SJA melainkan menjual ke agen lain. 4. Penderesan adalah proses pengambilan nira dari mayang kelapa dengan cara mengiris mayang kelapa tersebut. 5. Perencanaan kemitraan adalah proses menetapkan tujuan dan sasaran bersama pada suatu hubungan kemitraan usaha. 6. Kelengkapan perencanaan adalah aspek-aspek yang direncanakan pada suatu hubungan kemitraan usaha. 7. Bidang khusus adalah bagian dari perusahaan yang menangani kegiatan kemitraan usaha. 8. Kontrak kerjasama adalah perjanjian yang memuat hak dan kewajiban, peranan masing-masing pihak yang bermitra, serta peraturan kemitraan. 9. Pelaksanaan kerjasama adalah kesesuaian antara perjanjian dengan tindakan kemitraan. 38 10. Efektivitas kerjasama adalah pencapaian tujuan kemitraan usaha secara tepat yaitu adanya kejelasan peranan masing-masing pihak, kontinuitas suplai, kualitas suplai sesuai standar, sistem pembayaran sesuai perjanjian dan dilakukan secara tunai, penentuan harga melibatkan semua pihak yang bermitra. 11. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima petani pembuat gula kelapa per 33 pohon per tahun Rp33 pohontahun. 12. Harga adalah nilai tukar bagi gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa per kilogram Rpkg. 13. Harga pasar adalah nilai tukar bagi gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra per kilogram yang tidak memiliki hutang kepada koordinator Rpkg. 14. Produktivitas adalah produksi gula kelapa per pohon per hari yang dihasilkan petani pembuat gula kelapa kgpohonhari. 15. Risiko usaha adalah kerugian yang dihadapi akibat mengusahakan gula kelapa. 16. Mutu adalah tingkatan kualitas gula kelapa yang dapat diproduksi petani pembuat gula kelapa. 17. Penguasaan teknologi adalah kemampuan petani pembuat gula kelapa menggunakan teknologi baru dalam memproduksi gula kelapa. 18. Keinginan kontinuitas kerjasama adalah keinginan masing-masing pihak yang bermitra untuk meneruskan kemitraan atau keluar dari kemitraan. 19. Pelestarian lingkungan adalah pengaruh adanya kemitraan terhadap kelestarian lingkungan setempat. 20. Gula kelapa super adalah grade gula kelapa yang paling tinggi, manis, berukuran kecil dan tipis 1 kilogram = 20 butir, 1 plastik = 10 kg, kering, berwarna merah rarangge, dan dikemas menggunakan plastik. 21. Gula kelapa karung adalah gula kelapa dengan ukuran bebas tidak diperhatikan bentuk dan ukurannya, manis, berwarna merah rarangge, dan dikemas menggunakan karung 1 karung = 50 kg. 22. Merah rarangge adalah warna coklat kemerahan. 39 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Kabupaten Ciamis

Dokumen yang terkait

POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PABRIK GULA ASEMBAGUS (Di Desa Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo)

2 69 1

POLA KEMITRAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT (Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit Antara PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 62 75

Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Antara Perusahaan Agribisnis Dengan Petani Mitra (Studi Kasus Kemitraan Antara C.V. Mekar Profitindo Dengan Petani Bawang Merah Di Kabupaten Brebes)

0 10 206

Evaluasi Kemitraan antara PG Pagottan dengan Petani Tebu di Kabupaten Madiun

3 24 84

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus : Perusahaan Mitra PKP dengan Kelompok Petani Ternak di Kabupaten Padang Pariaman).

0 0 6

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus: Perusahaan Mitra Jumardi Poultry Shop dengan Kelompok Petani Ternak Di Kecamatan Kuranji Padang).

0 1 6

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 1

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

3 12 2

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 2 18

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 8