Kemitraan Evaluasi kemitraan antara PT. Samudra Jaya Abadi dengan petani pembuat gula kelapa mitra di kabupaten Ciamis

10 nilai marjin pemasaran terhadap pendapatan pengrajin gula kelapa di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang sebesar 21,7 persen. Pengrajin dalam memasarkan gula kelapa dapat memilih salah satu dari empat macam saluran pemasaran yang ada. Marjin terbesar terdapat pada saluran pemasaran dari produsen ke pedagang pengecer ke konsumen dan dari produsen ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, kemudian ke konsumen. Pengrajin gula kelapa di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang diharapkan memilih saluran dari produsen ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, kemudian ke konsumen karena dengan marjin yang sama besar bagian harga yang diterima pengrajin dan harga yang dibayar konsumen sama besar tetapi dapat melibatkan dua pedagang perantara.

2.2. Kemitraan

Kemitraan merupakan suatu jalinan kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, menguntungkan, dan saling melaksanakan etika bisnis dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan. Berbagai pengertian tentang kemitraan yang telah dijelaskan dalam berbagai buku, Undang- Undang, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri telah mengindikasikan bahwa suatu kemitraan yang terjalin harus dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang melakukan kemitraan. Kemitraan juga harus dilandasi oleh pemahaman yang kuat akan penerapan etika bisnis oleh semua pihak yang bermitra, agar pelaksanaan hak dan kewajiban serta peranan masing-masing pihak yang bermitra dapat berjalan dengan baik. Zaelani 2008 melakukan penelitian yang berjudul “Manfaat Kemitraan Agribisnis bagi Petani, pada Kasus Kemitraan antara PT. Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat”. Pola kemitraan yang terjalin antara PT. Pupuk Kujang dengan petani padi sawah sebagai mitra merupakan pola kemitraan penyertaan saham. Petani padi sawah tersebut diberlakukan persyaratan- persyaratan oleh PT. Pupuk Kujang apabila ingin melakukan kemitraan dengan PT. Pupuk Kujang. Hubungan kemitraan antara petani mitra dengan PT. Pupuk Kujang dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan pada satu 11 atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi. PT. Pupuk Kujang memberikan kebebasan kepada petani mitra untuk menentukan harga produk dan memasarkan produk ke pasar. Manfaat-manfaat yang diperoleh petani mitra akibat adanya kemitraan yaitu manfaat ekonomi, manfaat teknis, dan manfaat sosial. Manfaat ekonomi yang diperoleh petani mitra dari pola kemitraan yaitu produktivitas yang lebih tinggi, pendapatan yang lebih tinggi, harga produk yang lebih baik dan mudah diterima pasar. Manfaat teknis yang didapatkan oleh petani mitra melalui pola kemitraan diantaranya mutu produk lebih baik dan meningkatkan teknologi pertanian pangan melalui penggunaan pupuk yang merupakan produk dari perusahaan mitra. Manfaat sosial yang diperoleh petani mitra dari pola kemitraan yaitu keberlanjutan kerjasama antara perusahaan mitra dengan petani mitra, dan juga pola kemitraan yang dilaksanakan berhubungan dengan kelestarian lingkungan. Puspitasari 2009 dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa kerjasama yang terjalin antara PT. Pagilarang dengan petani kakao anggota Kelompok Tani Ngupadikoyo lebih menekankan pada kerjasama penjualan hasil dan bimbingan teknis, serta tidak dikuatkan dengan bentuk perjanjian karena petani kakao belum memenuhi kuantitas yang diharapkan oleh perusahaan. Meskipun kerjasama tidak diikat dalam suatu kontrak, petani kakao tetap menjalankan kerjasama kemitraan dengan PT. Pagilarang. Perusahaan memberikan pelayanan kepada petani mitra berupa bimbingan teknis, pembayaran secara tunai melalui kelompok tani, pemberian bantuan pupuk organik, dan kemudahan penjualan karena petani cukup menjual melalui kelompok tani selanjutnya pihak perusahaan yang akan mengambil langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemitraan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Manfaat bagi perusahaan adalah mendapatkan pasokan biji kakao berfermentasi, menghemat biaya produksi, dan bertambahnya mitra usaha yang loyal terhadap perusahaan. Manfaat bagi petani kakao mitra adalah mendapatkan jaminan pasar, jaminan harga, bimbingan teknis dan bantuan operasional. Berdasarkan hasil perhitungan secara regresi berganda menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh positif terhadap peningkatan produktivitas kakao petani mitra. Hasil analisis usahatani membuktikan bahwa adanya kemitraan antara PT. Pagilarang dengan petani Kelompok Tani 12 Ngupadikoyo dapat meningkatkan penerimaan petani mitra, dimana penerimaan petani mitra lebih besar apabila dibandingkan dengan penerimaan petani non mitra. Penelitian yang berjudu l “Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT. Saung Mirwan” dilakukan oleh Marliana 2008. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis pendapatan usahatani dan metode regresi logistik logit. PT. Saung Mirwan sebagai pihak perusahaan mitra menyediakan pinjaman sarana produksi berupa bibit, bimbingan teknis budidaya, dan jaminan pasar. Petani mitra menyediakan lahan, tenaga kerja dan sarana. Manfaat yang dirasakan oleh petani mitra diantaranya yaitu kemudahan dalam pemasaran, harga lebih baik, keuntungan lebih tinggi, bantuan budidaya, serta memiliki ikatan kuat atau jalinan kekeluargaan dengan petani. Sedangkan manfaat teknis yang dirasakan petani mitra yaitu adanya penyediaan bibit. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani lettuce yang dilihat dari pendapatan tunai dan non tunai serta RC rasio, nilai petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan melakukan kemitraan maka akan mendatangkan manfaat pendapatan usahatani lettuce. Persamaan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaelani 2008, Puspitasari 2009, dan Marliana 2008 yaitu kemitraan dapat memberikan banyak manfaat kepada petani. Salah satu contohnya yaitu kemitraan dapat meningkatkan pendapatan. Perusahaan mitra juga melakukan pelayanan berupa bimbingan, pembinaan dan pengembangan pada satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan teknologi. Pada pelaksanaannya, kemitraan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan yaitu tidak selalu berpengaruh pada tingkat pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firwiyanto 2008 dengan judul “Analisis Tingkat Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler, pada Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS, Sawangan, Kota Depok. Perusahaan agribisnis peternakan Rudi Jaya PS yang bergerak dalam usaha ayam broiler mengembangkan pola kemitraan dengan dua model kemitraan, yaitu sistem bagi hasil dengan aturan 50 persen-50 13 persen 50 persen peternak dan 50 persen perusahaan inti dan sistem kontrak 25 persen-75 persen 25 persen peternak mitra dan 75 persen perusahaan inti. Untuk bergabung dengan kemitraan ini, peternak plasma tidak diberlakukan syarat-syarat khusus melainkan hanya berlandaskan pada kepercayaan. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat pendapatan yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri. Namun kemitraan masih menjadi solusi untuk mengatasi permodalan, peternak mitra masih dapat tetap berusaha dan memperoleh pendapatan walaupun tidak memiliki modal. Putro 2008 pada penelitiannya yang berjudul “Kajian Kemitraan Peternak Sukabumi dengan Perusahaan Kampoeng Ternak terhadap Pendapatan Peternak” juga menyimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan dengan pola inti plasma yang dijalankan belum mampu meningkatkan pendapatan peternak. Walaupun kurang memberikan hasil bagi peternak, namun kemitraan ini tetap dijalankan karena masih dapat memberikan tambahan pendapatan peternak secara perhitungan tunai. Selain itu, masih terdapatnya ternak sebagai aset yang dapat dijual sewaktu-waktu apabila dibutuhkan secara mendesak. Kemitraan ini dilaksanakan dengan disertai pelatihan pembudidayaan domba dan pendampingan untuk memastikan tidak terjadinya masalah dalam memelihara ternak. Penjaringan peternak plasma dilakukan melalui survei wilayah dan survei peternak dengan tujuan untuk menentukan apakah peternak layak untuk menjadi mitra atau tidak. Perbedaan kemitraan yang diteliti Zaelani 2008 dengan kemitraan yang diteliti Firwiyanto 2008 yaitu pada kasus kemitraan antara PT. Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya yang diteliti Zaelani 2008, petani padi sawah tersebut diberlakukan persyaratan-persyaratan oleh PT. Pupuk Kujang apabila ingin melakukan kemitraan dengan PT. Pupuk Kujang. Sedangkan pada kasus kemitraan antara perusahaan agribisnis peternakan Rudi Jaya PS dengan peternak plasma yang diteliti oleh Firwiyanto 2008, peternak plasma tidak diberlakukan syarat-syarat khusus untuk bergabung dengan kemitraan ini melainkan hanya berlandaskan pada kepercayaan. Parameter hak dan kewajiban yang tertuang dalam kontrak atau perjanjian kerjasama dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan. Rahman 2008 pada penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani 14 Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani Studi Kasus di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok Jawa Barat” mengevaluasi kemitraan dengan menggunakan parameter hak dan kewajiban yang tertuang dalam kontrak. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan, kemitraan yang berjalan antara petani sayuran dengan PTI sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari perjanjian kemitraan yang sudah banyak terealisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti 2006 tentang evaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT. Inti Indosawit Subur dengan petani plasma juga menggunakan parameter hak dan kewajiban yang tertuang dalam perjanjian kerjasama. Dimana berdasarkan matriks pelaksanaan hak dan kewajiban, kemitraan belum sepenuhnya sesuai dengan aturan dalam perjanjian kerjasama. Hal ini terlihat dari adanya petani plasma yang tidak melaksanakan panen sesuai dengan petunjuk inti, kurangnya perhatian petani plasma terhadap pemeliharaan jalan, dan keterlambatan pembayaran hasil produksi kepada petani. Pada penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi 2010 yang berjudul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Kuningan dan Ubi Jalar Jepang”, evaluasi kemitraan dilakukan dengan menilai pelaksanaan sepuluh atribut yang diteliti pada penelitian ini, yaitu dengan melihat kesesuaian antara ketentuan dan realisasi dari kesepuluh atribut tersebut. Penggunaan sepuluh atribut ini dilakukan karena pengaturan mengenai hak dan kewajiban tidak seluruhnya ditulis secara eksplisit dalam kontrak kemitraan tapi berlaku dalam teknis kemitraan. Kesepuluh atribut yang digunakan adalah kontinuitas pasokan komoditi dari petani ke perusahaan, pembagian risiko budidaya, peningkatan keterampilan petani, penyediaan sarana produksi, pendampingan teknis, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian bantuan garap, respon terhadap segala keluhan, pengangkutan hasil panen, dan harga ubi jalar yang diberikan. Kemitraan perlu dilaksanakan dengan selalu mematuhi peraturan dan etika bisnis yang berlaku. Peraturan yang dibuat bersama oleh pihak-pihak yang bermitra akan menjadi fondasi kemitraan yang dibangunnya. Sehingga apabila kedua belah pihak yang bermitra dapat mematuhi peraturan dan menerapkan etika bisnis, maka akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, pelanggaran etika bisnis sering dilakukan oleh pihak-pihak yang 15 bermitra. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rochmatika 2006 yang mengkaji kepuasan petani tebu rakyat terhadap pelaksanaan kemitraan pabrik gula xyz. Berdasarkan matriks realisasi perjanjian kemitraan yang dilakukan, pelaksanaan kemitraan belum sepenuhnya sesuai dengan isi perjanjian kemitraan. Hal ini terlihat bahwa dalam penyerahan tebu milik petani belum sepenuhnya digilingkan pada PG yang memberikan pinjaman kredit. Sedangkan pihak PG pun tidak dapat memberikan transparansi rendemen yang diberikan kepada petani sehingga banyak petani yang melanggar etika kemitraan dengan menggilingkan tebunya pada PG lain yang memberikan tingkat rendemen yang lebih tinggi. Selain itu, PG juga tidak memiliki kemampuan untuk menjual agunan milik petani. Hal ini disadari oleh PG sebagai suatu kelemahan sehingga bagi petani yang tidak dapat melunasi pinjamannya, maka agunan tersebut hanya disimpan oleh PG. Perjanjian kemitraan yang dilakukan pun lemah dari sisi hukum. Hal ini mengakibatkan masing-masing pihak kemitraan masih dapat berkehendak sesuai dengan kepentingan masing-masing. W idianto 2008 telah melakukan penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Komunitas Petani Melalui Program Kemitraan Agribisnis Paprika Studi Kasus Kampung Pasirlangu, Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat”. Kemitraan yang terjalin antara petani pasir langu dengan PT. Joro dan PT. Saung Mirwan memiliki ikatan yang lemah. Penyebab lemahnya ikatan kemitraan antara petani pasirlangu dengan kedua perusahaan tersebut disebabkan oleh munculnya saingan-saingan dalam penyalur input pertanian paprika, serta berkembangnya pengetahuan pasar paprika yang dimiliki oleh warga pasirlangu. Selain itu, semakin berkembangnya pertanian paprika, banyaknya inovasi yang diciptakan, serta meningkatnya ilmu dan keterampilan warga dalam menanam paprika membuat ketergantungan terhadap pihak luar semakin berkurang, karena komunitas petani paprika kampung pasirlangu sudah mulai bergantung kepada komunitas sendiri.

2.3. Perbedaan dan Persamaan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PABRIK GULA ASEMBAGUS (Di Desa Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo)

2 69 1

POLA KEMITRAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT (Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit Antara PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 62 75

Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Antara Perusahaan Agribisnis Dengan Petani Mitra (Studi Kasus Kemitraan Antara C.V. Mekar Profitindo Dengan Petani Bawang Merah Di Kabupaten Brebes)

0 10 206

Evaluasi Kemitraan antara PG Pagottan dengan Petani Tebu di Kabupaten Madiun

3 24 84

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus : Perusahaan Mitra PKP dengan Kelompok Petani Ternak di Kabupaten Padang Pariaman).

0 0 6

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus: Perusahaan Mitra Jumardi Poultry Shop dengan Kelompok Petani Ternak Di Kecamatan Kuranji Padang).

0 1 6

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 1

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

3 12 2

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 2 18

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 8