Manfaat Kemitraan Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan

63 gula kelapa. Keadaan cuaca yang tidak menentu membuat kualitas nira menjadi rendah, sehingga kualitas gula kelapa juga rendah. Sistem pembayaran gula kelapa dilakukan secara tunai sesuai dengan kesepakatan di awal kemitraan. Penentuan harga gula kelapa yang diterima oleh koordinator dilakukan oleh perusahaan mitra berdasarkan harga pasar yaitu harga gula kelapa dari Pabrik Kecap Bango dikurangi biaya-biaya dan keuntungan yang ingin diperoleh perusahaan mitra. Sedangkan harga yang diterima oleh petani pembuat gula kelapa mitra ditentukan oleh koordinator berdasarkan harga gula kelapa yang telah ditentukan perusahaan mitra dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan koordinator dan keuntungan yang ingin diterima oleh koordinator.

6.2.2. Manfaat Kemitraan

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944KptsOT.210101997 tentang Pedoman Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian, manfaat kemitraan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu manfaat ekonomi, manfaat teknis, dan manfaat sosial. Faktor yang dinilai pada aspek manfaat ekonomi adalah pendapatan, harga, produktivitas, dan risiko usaha. Faktor yang dinilai pada aspek manfaat teknis adalah mutu dan penguasaan teknologi. Faktor yang dinilai pada aspek manfaat sosial adalah keinginan kontinuitas kerjasama dan pelestarian lingkungan.

6.2.2.1. Pendapatan

Pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra meningkat dibandingkan dari sebelum menjalin kemitraan. Sebelum menjalin kemitraan, petani pembuat gula kelapa hanya memproduksi gula kelapa dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dikarenakan jumlah pohon kelapa yang dideres pun sedikit. Petani pembuat gula kelapa juga kesulitan dalam memasarkan gula kelapa yang diproduksinya. Gula kelapa yang telah diproduksi tidak selalu habis terjual. Sehingga petani pembuat gula kelapa tidak mendapatkan pendapatan yang kontinu dari hasil penjualan gula kelapa. Setelah adanya kemitraan usaha gula kelapa, petani pembuat gula kelapa tidak perlu bersusah payah memasarkan gula kelapa sampai ke tangan konsumen. Perusahaan mitra menjamin terserapnya seluruh produksi gula kelapa yang diproduksi petani pembuat gula kelapa mitra. Sehingga petani pembuat gula 64 kelapa mitra mendapatkan pendapatan secara kontinu. Selain itu, faktor mudahnya memasarkan gula kelapa membuat petani pembuat gula kelapa mitra menambah jumlah pohon kelapa yang dideres sehingga produksi gula kelapa juga meningkat. Dengan demikian pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra juga meningkat. Jika dibandingkan dengan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA, pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra lebih tinggi dari pendapatan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. Perbandingan pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra dengan non mitra PT. SJA dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perbandingan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra dan Non Mitra PT. SJA Per 33 Pohon Per Tahun No. Uraian Petani Mitra Petani Non Mitra Nilai Rp Nilai Rp A Penerimaan Tunai - Penjualan gula kelapa 22.198.960,00 17.789.400,00 B Penerimaan Diperhitungkan - Gula kelapa yang dikonsumsi 95.720,00 102.960,00 C Total Penerimaan A+B 22.294.680,00 17.892.360,00 D Biaya Tunai 9.896.312,71 9.792.969,63 1. Nira sewa pohon 3.497.082,76 3.545.444,44 2. Obat gula Sodium Metabisulphite 496.600,00 506.400,00 3. Apu 110.307,69 73.800,00 4. Kayu bakar 5.441.872,00 5.476.348,77 5. Kelapa 155.435,29 107.670,00 6. Minyak kelapa 39.200,00 39.100,00 7. Tali rapia 10.142,86 10.428,57 8. Nilon 17.391,30 16.695,65 9. Pupuk 102.666,67 - 10. Pajak 25.614,14 17.082,20 E Biaya diperhitungkan 42.994.215,02 41.618.341,61 1. Nira 2.885.261,54 2.757.000,00 2. Kayu bakar 4.818.520,00 4.980.858,00 3. Kelapa 147.046,15 147.840,00 4. Tenaga kerja dalam keluarga 34.837.053,33 33.417.533,33 5. Penyusutan alat dan bangunan 306.334,00 315.110,28 F Total Biaya D+E 52.890.527,73 51.411.311,24 G Pendapatan Atas Biaya Tunai C-D 12.398.367,29 8.099.390,37 H Pendapatan Atas Biaya Total C-F -30.595.847,73 -33.518.951,24 I Pendapatan Tunai A-D 12.302.647,29 7.996.430,37 J RC Rasio atas Biaya Tunai CD 2,25 1,83 K RC Rasio atas Biaya Total CF 0,42 0,35 65 Perbandingan pendapatan usahatani dan RC rasio antara petani pembuat gula kelapa mitra dengan non mitra PT. SJA merupakan cara untuk mengetahui apakah dengan menjalin kemitraan pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra dapat lebih tinggi dari petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa total penerimaan petani pembuat gula kelapa mitra Rp 22.294.680,0033 pohon lebih tinggi dari total penerimaan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA Rp 17.892.360,0033 pohon. Hal ini dikarenakan produksi gula kelapa petani pembuat gula kelapa mitra lebih tinggi dari petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. PT. SJA menentukan harga gula kelapa karung yang lebih tinggi dari pesaingnya dengan tujuan agar menarik petani pembuat gula kelapa sehingga mau menjual gula kelapa ke PT. SJA. Namun besarnya harga yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra yang menjadi anggota koordinator belum tentu sama setiap koordinatornya. Hal ini dikarenakan masing-masing koordinator bebas dalam menentukan keuntungan yang ingin diperolehnya. Sebanyak 60 persen dari total petani pembuat gula kelapa mitra menerima harga gula kelapa yang sama dengan harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa non mitra. Sebanyak 33,33 persen dari total petani pembuat gula kelapa mitra menerima harga gula kelapa yang lebih tinggi dari harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. Sedangkan jumlah petani pembuat gula kelapa mitra yang menerima harga gula kelapa lebih rendah dari harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA adalah 6,67 persen Tabel 25. Rincian perbandingan harga tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 25. Perbandingan Harga Gula Kelapa antara Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra dan Non Mitra PT. SJA Harga Gula Kelapa yang Diterima Petani Pembuat Gula Kelapa Jumlah orang Persen harga gula kelapa mitra harga gula kelapa non mitra 10 33,33 harga gula kelapa mitra = harga gula kelapa non mitra 18 60,00 Harga gula kelapa mitra harga gula kelapa non mitra 2 6,67 Produksi gula kelapa petani pembuat gula kelapa mitra yang lebih tinggi dari petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA disebabkan oleh perilaku 66 petani pembuat gula kelapa mitra yang pada umumnya memupuk pohon kelapa secara rutin. Sedangkan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA tidak melakukan pemupukan pohon kelapa. Perbedaan perilaku ini juga menyebabkan biaya tunai yang dikeluarkan petani pembuat gula kelapa mitra Rp 9.896.312,7133 pohon lebih tinggi dari biaya tunai yang dikeluarkan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA Rp 9.792.969,6333 pohon. Begitu juga dengan nilai biaya total usaha gula kelapa mitra Rp 52.890.527,7333 pohon lebih tinggi dari nilai biaya total usaha gula kelapa non mitra PT. SJA Rp 51.411.311,2433 pohon. Hal ini dikarenakan nilai biaya tenaga kerja dalam keluarga petani pembuat gula kelapa mitra lebih tinggi dari nilai biaya tenaga kerja dalam keluarga petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA akibat adanya biaya tenaga kerja diperhitungkan untuk kegiatan pemupukan pada petani pembuat gula kelapa mitra. Pendapatan atas biaya tunai usaha gula kelapa mitra Rp 12.398.367,2933 pohon lebih tinggi dari pendapatan atas biaya tunai usaha gula kelapa non mitra PT. SJA Rp 8.099.390,3733 pohon. Begitu juga dengan pendapatan atas biaya total usaha gula kelapa mitra Rp -30.595.847,7333 pohon yang lebih tinggi dari pendapatan atas biaya total usaha gula kelapa non mitra PT. SJA Rp - 33.518.951,2433 pohon. Nilai pendapatan atas biaya total usaha gula kelapa mitra dan non mitra PT. SJA bernilai negatif. Hal ini dikarenakan salah satu komponen biaya diperhitungkan yaitu tenaga kerja dalam keluarga memiliki nilai yang sangat besar. Semua tenaga kerja pada usaha gula kelapa ini merupakan tenaga kerja dalam keluarga. Pendapatan tunai pada analisis pendapatan usahatani diperoleh dari hasil pengurangan penerimaan tunai dengan biaya tunai. Pendapatan tunai merupakan sejumlah pendapatan berupa uang yang diterima petani pembuat gula kelapa dari hasil penjualan gula kelapa. Pendapatan tunai yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra Rp 12.302.647,29 lebih tinggi dari pendapatan tunai yang diterima oleh petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA Rp 7.996.430,37. RC rasio atas biaya tunai pada usaha gula kelapa mitra bernilai 2,25 mengandung pengertian bahwa setiap satu rupiah yang secara nyata dikeluarkan petani pembuat gula kelapa mitra untuk memproduksi gula kelapa akan 67 menghasilkan penerimaan sebesar 2,25 rupiah. RC rasio atas biaya tunai pada usaha gula kelapa non mitra PT. SJA bernilai 1,83 mengandung pengertian bahwa setiap satu rupiah yang secara nyata dikeluarkan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA untuk memproduksi gula kelapa akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,83 rupiah. Jika dilihat dari nilai RC rasio atas biaya tunai, usaha gula kelapa mitra maupun usaha gula kelapa non mitra PT. SJA menguntungkan untuk diusahakan karena memiliki nilai RC rasio yang lebih dari satu RC1. RC rasio atas biaya total pada usaha gula kelapa mitra bernilai 0,42 mengandung pengertian bahwa setiap satu rupiah dari total biaya yang dikeluarkan petani pembuat gula kelapa mitra untuk memproduksi gula kelapa akan menghasilkan penerimaan sebesar 0,42 rupiah. RC rasio atas biaya total pada usaha gula kelapa non mitra PT. SJA bernilai 0,35 mengandung pengertian bahwa setiap satu rupiah dari total biaya yang dikeluarkan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA untuk memproduksi gula kelapa akan menghasilkan penerimaan sebesar 0,35 rupiah. Jika dilihat dari RC rasio atas biaya total, baik usaha gula kelapa mitra maupun usaha gula kelapa non mitra PT. SJA tidak menguntungkan untuk diusahakan karena memiliki nilai RC rasio yang kurang dari satu RC1. Rendahnya nilai RC rasio atas biaya total pada usaha gula kelapa baik mitra maupun non mitra PT. SJA dikarenakan nilai biaya tenaga kerja dalam keluarga yang sangat tinggi sehingga nilai biaya diperhitungkan dan biaya total juga tinggi. Nilai pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, pendapatan tunai, RC rasio atas biaya tunai dan RC rasio atas biaya total petani pembuat gula kelapa mitra yang lebih tinggi dari petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA dapat disimpulkan bahwa dengan petani pembuat gula kelapa menjalin kemitraan, maka akan mendatangkan pendapatan yang lebih tinggi.

6.2.2.2. Harga

Harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa berfluktuatif. Pada saat penelitian dilakukan harga gula kelapa sedang rendah. Persentase jumlah responden yang menerima harga gula kelapa lebih rendah dari harga pasar yaitu sebanyak 81,25 persen. Harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra lebih rendah dari harga pasar dikarenakan petani pembuat gula 68 kelapa mitra memiliki hutang kepada koordinator. Harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra yang memiliki hutang lebih rendah Rp 0,00-Rp150,00 per kilogram dari harga pasar. Padahal harga gula kelapa yang diterima koordinator dari PT. SJA lebih tinggi Rp 100,00 dari harga gula kelapa yang diberikan agen lain. Karena tidak ada larangan serta pengawasan dari PT. SJA, koordinator dapat mengambil keuntungan yang terlalu tinggi. Pada umumnya petani pembuat gula kelapa mitra telah terikat oleh hutang, sehingga kekuatan tawar petani pembuat gula kelapa mitra rendah. Hal ini tentu saja dapat merugikan petani pembuat gula kelapa mitra. Perbedaan harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra pada masing-masing koordinator dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Harga Gula Kelapa yang Diterima Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra pada Masing-Masing Koordinator Koordinator Kecamatan Kategori Gula Kelapa Harga Gula Kelapa Mitra yang Memiliki Hutang Rp Harga Gula Kelapa Mitra Tidak Memiliki HutangNon Mitra yang Menjual Gula Kelapa Kepada Koordinator Rp 1.Pangandaran Super Karung 5.300 5.000 5.400 5.100 2.Pangandaran Super Karung 5.300 5.000 5.400 5.100 3.Pangandaran Super Karung 5.300 5.000 5.400 5.100 4.Sidamulih Super Karung 5.300 5.100 5.400 5.200 5.Sidamulih Super Karung 5.300 5.000 5.400 5.100 6.Cimerak Karung 4.800 4.900 7.Cimerak Karung 4.700 4.700 8.Cimerak Karung 4.750 4.900 9.Cimerak Karung 5.000 5.100 PT. SJA telah memberikan harga gula kelapa karung yang lebih tinggi Rp 100,00 dibandingkan agen lain kepada koordinator. Perusahaan mitra seharusnya dapat mengontrol harga gula kelapa yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra pada masing-masing koordinator. Penerapan kebijakan harga gula kelapa di tingkat petani pembuat gula kelapa mitra yang lebih tinggi dari pesaing sangat penting untuk dilakukan. Hal ini untuk menjamin kontinuitas gula kelapa, agar 69 petani pembuat gula kelapa mitra tidak menjual sebagian bahkan seluruh gula kelapa keluar akibat harga gula kelapa yang diterima rendah. 6.2.2.3. Produktivitas Peningkatan produktivitas gula kelapa sangat diharapkan oleh semua pihak yang bermitra. Karena dengan meningkatnya produktivitas gula kelapa maka pendapatan pun akan meningkat. Pembinaan mengenai pemupukan pohon kelapa berdampak positif terhadap perilaku petani pembuat gula kelapa mitra. Meskipun tidak semua petani pembuat gula kelapa mitra diberikan pembinaan pemupukan oleh perusahaan mitra, namun perusahaan menghimbau kepada semua petani pembuat gula kelapa mitra agar mau memupuk pohon kelapa. Himbauan tersebut diberikan kepada petani pembuat gula kelapa mitra melalui koordinator. Pemupukan pohon kelapa yang dilakukan oleh petani pembuat gula kelapa mitra dapat berdampak pada peningkatan kualitas nira kelapa dan produktivitas gula kelapa. Jenis pupuk dan banyaknya pupuk yang digunakan untuk pemupukan pohon kelapa bervariasi tiap respondennya. Jenis pupuk yang biasanya digunakan adalah urea, campuran pupuk urea dan NPK, campuran pupuk phonska dan urea, campuran pupuk urea, TSP, dan KCl. Selain jenis dan jumlah pupuk yang digunakan, rutinitas pemupukan pohon kelapa setiap responden juga berbeda- beda. Pada umumnya pemupukan dilakukan setiap 3, 4, 6 bulan sekali atau setahun sekali. Sebagian besar petani pembuat gula kelapa mitra 72,92 persen telah melakukan pemupukan pohon kelapa Tabel 27. Perilaku ini yang membedakan petani pembuat gula kelapa mitra dengan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. Produktivitas gula kelapa mitra adalah 0,36 kilogram per pohon per hari atau 130,54 kilogram per pohon per tahun. Sedangkan produktivitas gula kelapa non mitra PT. SJA adalah 0,29 kilogram per pohon per hari atau 105,52 kilogram per pohon per tahun. Data perbandingan produktivitas gula kelapa mitra dengan non mitra PT. SJA dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pemupukan pohon kelapa dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas gula kelapa mitra lebih tinggi 24 persen dari produktivitas gula kelapa non mitra PT. SJA. 70 Selain produktivitas gula kelapa yang lebih tinggi dari petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA, tingkat rendemen dari nira kelapa yang diperoleh petani pembuat gula kelapa mitra juga lebih tinggi dibandingkan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. Besarnya rendemen dari nira kelapa yang dihasilkan petani pembuat gula kelapa mitra adalah 20 persen. Hal ini berarti bahwa dari satu liter nira kelapa yang diperoleh dari hasil penyadapan akan menghasilkan gula kelapa sebesar 0,20 kilogram gula kelapa. Sedangkan besarnya rendemen dari nira kelapa yang dihasilkan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA adalah 19 persen. Hal ini berarti bahwa dari satu liter nira kelapa yang diperoleh dari hasil penyadapan akan menghasilkan gula kelapa sebesar 0,19 kilogram gula kelapa. Data perbandingan rendemen dari nira kelapa yang dihasilkan petani pembuat gula kelapa mitra dengan non mitra PT. SJA dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan perbedaan produktivitas gula kelapa dan rendemen nira kelapa antara petani pembuat gula kelapa mitra dan non mitra PT. SJA dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 27. Rutinitas Pemupukan Pohon Kelapa oleh Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra Melakukan Pemupukan Pohon Kelapa Jumlah orang Persen Ya 35 72,92 Tidak 13 27,08 Tabel 28. Perbandingan Produktivitas Gula Kelapa dan Rendemen antara Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra dan Non Mitra PT. SJA Perbandingan Mitra Non Mitra Produktivitas Gula Kelapa kgpohontahun 130,54 105,52 Rendemen 20 19

6.2.2.4. Risiko Usaha

Sejak adanya kemitraan pada usaha gula kelapa, petani pembuat gula kelapa mitra tidak kesulitan lagi dalam memasarkan gula kelapa. Pada saat sebelum adanya kemitraan, petani pembuat gula kelapa menawarkanmenjajakan gula kelapanya ke warung-warung, ibu-ibu rumah tangga, serta pedagang makanan dan minuman. Meskipun sudah dijajakan, namun tidak ada jaminan gula 71 kelapa akan habis terjual. Keadaan ini berbeda dengan keadaan sekarang, dimana seluruh gula kelapa yang diproduksi petani pembuat gula kelapa mitra mampu diserap oleh perusahaan mitra. Dengan demikian petani pembuat gula kelapa mitra terhindar dari risiko kerugian akibat kelebihan hasil produksi gula kelapa. Hal ini sesuai dengan penuturan dari salah satu petani pembuat gula kelapa mitra yang telah lama melakukan usaha gula kelapa sehingga mengetahui bagaimana cara pemasaran gula kelapa sebelum adanya kemitraan pada usaha gula kelapa ini. “Abdi tos ngawitan nyadap ti tahun 1955. Kapungkur mah abdi ngan nyadap tujuh tangkal kalapa. Ema abdi nu masak gula kalapa sareng ngical gula kalapa na. Ngical gula kalapa gen diiderkeun ku ema ka warung-warung sareng ka unggal bumi. Sakali ngiderkeun paling ngan nyandak 10 kerekbonjor 1 kerekbonjor = 10 butir gula kelapa. Gula kalapa nu diiderkeunna teh tara seep sadaya dinten eta ”. Saya sudah mulai menderes sejak tahun 1955. Pada saat itu saya hanya menderes tujuh pohon kelapa. Ibu saya yang memasak gula kelapa dan yang menjual gula kelapanya. Ibu saya menjual gula kelapa dengan cara dijajakan ke warung- warung dan ke setiap rumah. Sekali menjajakan hanya membawa 10 kerekbonjor. Gula kelapa yang dijajakan tidak pernah habis semua pada hari itu. Sarmo, 69 tahun Meskipun petani pembuat gula kelapa mitra terhindar dari risiko kerugian akibat gula kelapa yang tidak habis terjual, namun risiko harga gula kelapa yang fluktuatif ditanggung oleh petani pembuat gula kelapa mitra saja. Begitu juga dengan harga bahan bakar yang tinggi harus ditanggung oleh petani pembuat gula kelapa mitra saja. Sebagian besar petani pembuat gula kelapa mitra harus membeli kayu bakar karena tidak memiliki banyak waktu luang untuk mencari kayu bakar sendiri. Selain itu lokasi kebun kelapa atau rumah petani pembuat gula kelapa jauh dengan lokasi pencarian kayu bakar. Pekerjaan menderes dan memasak gula kelapa merupakan pekerjaan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan yang dapat terjadi diantaranya adalah jatuh dari pohon kelapa dan tersiram nira yang mendidih. Apabila kecelakaan tersebut menimpa petani pembuat gula kelapa, maka petani pembuat gula kelapa tidak dapat memproduksi gula kelapa. Sehingga tidak dapat menghasilkan uang. 72 Pada umumnya petani pembuat gula kelapa mitra didaftarkan menjadi anggota AGKP oleh koordinator. AGKP merupakan bentuk kepedulian para pedagang gula kelapa terhadap petani pembuat gula kelapa. AGKP memberikan santunan kepada petani pembuat gula kelapa dengan perincian sebagai berikut: 1. Anggota yang meninggal mendapatkan santunan sebesar Rp 1.000.000,00. 2. Anggota yang mengalami kecelakaan sampai mengalami cacat tetap mendapatkan santunan Rp 500.000,00. 3. Apabila keluarga anggota AGKP meninggal dunia, maka mendapatkan santunan RP 200.000,00 sebagai uang belasungkawa. 4. Apabila anggota keluarga mengalami musibah saat menjalankan profesi contoh terkena nira mendidih saat memasak gula kelapa, maka mendapatkan santunan sebesar Rp 100.000,00. Cuaca buruk juga merupakan risiko yang harus dihadapi petani pembuat gula kelapa. Cuaca buruk maupun perubahan cuaca dapat mengakibatkan berkurangnya kuantitas dan kualitas nira. Gula kelapa tidak dapat dicetak menjadi gula kelapa yang keras teu ngagandu. Gula kelapa seperti ini dikenal dengan sebutan gula kelapa BSgula gemblung. Gula kelapa BS dibeli oleh koordinator dengan harga 70 persen dari harga gula kelapa karung. Cara menanggulangi gula kelapa BS agar dapat dijual dengan harga normal yaitu memasak ulang gula kelapa BS dicampur dengan gula kelapa yang berkualitas baik dengan proporsi gula kelapa yang berkualitas baik lebih banyak dibandingkan gula kelapa BS. Pembagian risiko pada usaha gula kelapa dapat dilihat pada Tabel 29. 73 Tabel 29. Pembagian Risiko pada Usaha Gula Kelapa Risiko Usaha Gula Kelapa Pembagian Risiko Risiko pemasaran gula kelapa risiko kerugian akibat gula kelapa yang tidak habis terjual - Seluruh gula kelapa yang diproduksi petani pembuat gula kelapa mitra dibeli oleh koordinator kecuali gula kelapa ketok gula kelapa berwarna hitam dan keras - Risiko pasar ditanggung perusahaan mitra Risiko harga - Risiko harga gula kelapa yang fluktuatif ditanggung oleh petani pembuat gula kelapa mitra saja Price taker - Risiko harga kayu bakar yang tinggi ditanggung oleh petani pembuat gula kelapa mitra saja Risiko kecelakaan - Ada santunan dari AGKP namun menurut petani pembuat gula kelapa mitra belum mencukupi biaya pengobatan - Risiko kecelakaan dibagi bersama namun tidak proporsional Risiko cuaca - Gula kelapa yang dihasilkan berkualitas rendah Gula kelapa BS. Selain itu kuantitas gula kelapa yang dihasilkan juga menurun. Koordinator membeli gula kelapa dengan harga 70 persen dari harga gula kelapa karung - Risiko cuaca ditanggung petani pembuat gula kelapa mitra

6.2.2.5. Mutu

Mutu gula kelapa yang diproduksi petani pembuat gula kelapa mitra setelah menjalin kemitraan dengan PT. SJA sama saja dibandingkan dengan sebelum melakukan kemitraan dengan PT. SJA. Pada umumnya mutu gula kelapa yang diproduksi petani pembuat gula kelapa mitra telah sesuai dengan standar gula kelapa yang dibutuhkan konsumen. Sebagian besar petani pembuat gula kelapa mitra 62,5 persen memproduksi gula kelapa karung. Sedangkan persentase jumlah petani pembuat gula kelapa mitra yang memproduksi gula kelapa super yaitu sebanyak 37,5 persen Tabel 30. Meskipun harga gula kelapa super lebih tinggi dari harga gula kelapa karung, jumlah petani pembuat gula kelapa mitra yang memilih memproduksi gula kelapa karung lebih banyak daripada jumlah petani pembuat gula kelapa mitra yang memproduksi gula kelapa super. Petani pembuat gula kelapa mitra memproduksi gula kelapa karung dan tidak beralih untuk memproduksi gula kelapa super karena permintaan pasar untuk gula kelapa karung yang diproduksinya masih cukup tinggi. Selain itu pembuatan gula kelapa super lebih sulit dari gula kelapa karung. Berbeda dengan gula kelapa karung, pencetakan gula kelapa super sangat diperhatikan dalam hal bentuk dan tingkat kekeringan. Wujud dari gula kelapa super dan gula kelapa karung dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11. 74 Tabel 30. Kategori Gula Kelapa yang Diproduksi Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra Kategori gula kelapa Jumlah orang Persen Gula kelapa super 18 37,50 Gula kelapa karung 30 62,50 Gambar 10. Gula Kelapa Super Gambar 11. Gula Kelapa Karung Perusahaan mitra sangat menganjurkan agar petani pembuat gula kelapa mitra dapat menjaga kebersihan dalam memproduksi gula kelapa yaitu membersihkan pohon kelapa secara rutin, membersihkan bumbung bambubotol plastikjerigen, dan membersihkan dapur produksi gula kelapa. AGKP telah membuat dapur produksi gula kelapa untuk dapat dijadikan contoh oleh petani pembuat gula kelapa mitra. Berbeda dengan dapur produksi yang dibuat petani pembuat gula kelapa mitra, dapur produksi percontohan ini memiliki tempat kayu bakar yang terpisah dengan tungku pemasakan gula kelapa. Selain itu bentuk tungku juga dirancang agar dapat menghemat kayu bakar. Meskipun terdapat banyak keuntungan jika membangun dapur produksi seperti yang dicontohkan AGKP yaitu dapat menghemat biaya pembelian kayu bakar dan meningkatkan 75 kualitas gula kelapa karena terjaminnya kebersihan gula kelapa, namun pada umumnya responden tidak membangun dapur produksi seperti yang dicontohkan tersebut. Hal ini dikarenakan perusahaan mitra dan AGKP kurang mensosialisasikan dapur produksi dan keuntungan dari membangun dapur produksi tersebut kepada petani pembuat gula kelapa mitra. Perbandingan antara contoh dapur produksi yang dibuat AGKP dengan dapur produksi yang dimiliki petani pembuat gula kelapa mitra dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13. Gambar 12. Kondisi Dapur Produksi Gula Kelapa yang Dibuat oleh Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra 76 Gambar 13. Kondisi Dapur Produksi Gula Kelapa yang Dibuat oleh AGKP Dapur percontohan produksi gula kelapa sebaiknya disosialisasikan kepada seluruh petani pembuat gula kelapa mitra. Dengan demikian petani pembuat gula kelapa mitra dapat mengubah kebiasaannya dalam memproduksi gula kelapa di dapur produksi gula kelapa yang tidak diperhatikan kebersihannya. 77

6.2.2.6. Penguasaan Teknologi

Pengetahuan petani pembuat gula kelapa mitra mengenai penanganan masalah usaha gula kelapa setelah menjalin kemitraan meningkat dibandingkan dengan sebelum menjalin kemitraan. Sebelum adanya kemitraan, petani pembuat gula kelapa tidak pernah melakukan pemupukan terhadap pohon kelapa yang disadap. Setelah adanya kemitraan sebagian besar petani pembuat gula kelapa mitra 72,92 persen melakukan pemupukan pada pohon kelapa yang disadap. Petani pembuat gula kelapa mitra merasakan manfaat dari pemupukan pohon kelapa yaitu produksi gula kelapa menjadi meningkat, sehingga pendapatan petani pembuat gula kelapa pun meningkat. Sedangkan petani pembuat gula kelapa mitra yang belum melakukan pemupukan pohon kelapa 27,08 persen memiliki alasan bahwa responden tidak ada waktu untuk melakukan pemupukan pohon kelapa 15,38 persen. Responden merupakan buruh bangunan yang menjadikan usaha gula kelapa sebagai usaha sampingan. Persentase responden yang telah merasa cukup puas dengan jumlah produksi gula kelapanya meskipun tidak melakukan pemupukan pohon kelapa yaitu sebesar 30,77 persen. Alasan lainnya yaitu responden merasa bahwa pohon kelapa yang disadap responden adalah bukan miliknya atau menyewa kepada orang lain sehingga seharusnya pemilik pohon kelapa tersebut yang melakukan pemupukan 53,85 persen. Alasan petani pembuat gula kelapa mitra yang tidak melakukan pemupukan pohon kelapa dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Alasan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra yang Tidak Melakukan Pemupukan Pohon Kelapa Alasan Tidak Memupuk Pohon Kelapa Jumlah orang Persen Tidak ada waktu 2 15,38 Puas dengan jumlah produksi gula kelapa 4 30,77 Pohon kelapa bukan milik sendiri 7 53,85 Kendala utama yang dirasakan petani pembuat gula kelapa mitra dalam mengusahakan gula kelapa yaitu harga kayu bakar yang mahal. Pada umumnya petani pembuat gula kelapa masih menggunakan tungku sederhana sebagai tempat memasak gula kelapa serta kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak gula 78 kelapa. Setiap harinya, pemasakan gula kelapa membutuhkan waktu sekitar delapan jam. Beberapa petani pembuat gula kelapa ada yang mengkombinasikan kayu bakar dengan sabut kelapa dengan tujuan agar dapat lebih menghemat biaya produksi. Selain itu petani pembuat gula kelapa yang memiliki rumah dekat dengan lokasi penggilingan padi biasanya mengkombinasikan kayu bakar dengan kulit padi sebagai bahan bakar untuk memasak gula kelapa. Namun tidak semua petani pembuat gula kelapa dapat mengkombinasikan kayu bakar dengan sabut atau kayu bakar dengan kulit padi. Hal ini dikarenakan lokasi rumah petani pembuat gula kelapa yang jauh dengan tempat tersedianya sabut kelapa ataupun kulit padi. Selama ini belum ada pembinaan dari perusahaan mitra maupun pemerintah mengenai teknologi alternatif pengganti kayu bakar yang dapat memperkecil biaya produksi petani pembuat gula kelapa mitra. Padahal petani pembuat gula kelapa mitra sangat mengharapkan adanya teknologi yang dapat mengefisienkan biaya serta waktu produksi gula kelapa.

6.2.2.7. Keinginan Kontinuitas Kerjasama

Kemitraan pada usaha gula kelapa ini menjadikan perusahaan mitra, koordinator, serta petani pembuat gula kelapa mitra menjadi saling ketergantungan. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan dari masing-masing pihak yang bermitra. Perusahaan mitra membutuhkan pasokan gula kelapa dari petani pembuat gula kelapa mitra. Perusahaan juga membutuhkan koordinator sebagai pengumpul gula kelapa didaerahnya. Selain itu koordinator juga melakukan grading, menimbang, serta mengemas gula kelapa. Demikian juga koordinator yang membutuhkan perusahaan sebagai penyedia modal dan membutuhkan petani pembuat gula kelapa mitra sebagai pemasok gula kelapa untuk dijual ke perusahaan mitra. Pinjaman uang yang diberikan kepada petani pembuat gula kelapa mitra merupakan pengikat agar petani pembuat gula kelapa mitra mau menjual gula kelapa kepada koordinator tersebut. Pinjaman uang dari koordinator tidak hanya digunakan untuk kelangsungan usaha gula kelapa melainkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga petani pembuat gula kelapa mitra. Karena 79 petani pembuat gula kelapa mitra telah dipenuhi kebutuhannya oleh koordinator, maka daya tawar petani pembuat gula kelapa mitra rendah. Harga yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra lebih rendah dari harga pasar. Hal ini tidak menjadi masalah bagi petani pembuat gula kelapa mitra. Petani pembuat gula kelapa mitra tetap melanjutkan kemitraan ini meskipun sudah tidak terikat oleh hutang. Persentase responden yang menginginkan untuk tetap menjalin kemitraan yaitu sebanyak 95,83 persen. Sedangkan persentase responden yang tidak akan meneruskan kemitraan yaitu sebanyak 4,17 persen Tabel 32. Tabel 32. Keinginan Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra dalam Meneruskan Kemitraan Keinginan meneruskan kemitraan Jumlah orang Persen Ingin meneruskan kemitraan 46 95,83 Tidak ingin meneruskan kemitraan 2 4,17 Petani pembuat gula kelapa mitra ingin melanjutkan kemitraan karena merasa telah banyak ditolong oleh koordinator. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu pembuat gula kelapa mitra yang tetap menjalin kemitraan dengan koordinator tertentu meskipun sudah tidak terikat hutang lagi. “Abdi da kapungkur bobogana ti bos nu ieu, pangngadamelkeun bumi ku bos, padahal harga gulana mah mirah neng ditampina, benten Rp 150,00 per kilogram na sareng nu sanes, hutang tos lunas gen angger nyetor gula ka bos eta, da sok isin lamun dugi ngical ka batur, ari sih osok sakilo dua kilo ngical ka batur jang meser rokok mah ”. Saya dulu punya harta benda dari bos yang ini, dibikinkan rumah oleh bos, padahal harga gulanya murah diterimanya neng, beda Rp 150,00 per kilogram dari yang lain, hutang sudah lunas juga tetap menjual gula ke bos tersebut, malu jika sampai menjual ke yang lain, sebenarnya sih suka menjual satu kilo dua kilo gula ke yang lain untuk membeli rokok. Rosadi, 35 tahun Petani pembuat gula kelapa mitra yang akan meneruskan kemitraan tidak mempermasalahkan perbedaan harga yang diterimanya akibat menjalin kemitraan dengan koordinator tertentu, asalkan koordinator tersebut mudah memberi pinjaman kepadanya jika ada kebutuhan mendadak. Hal ini sesuai dengan penuturan salah satu petani pembuat gula kelapa yang sempat pindah koordinator 80 karena lebih memilih koordinator yang mudah meminjamkan uang meskipun harga gula kelapanya lebih rendah dibandingkan harga gula kelapa di koordinator lain . “Abdi kapungkur setor gula kalapa ka bos gula A, tapi bos eta mah sesah nambutan artosna lamun nuju butuh teh. Sok rewel neng, kedah ngalunasan hutang nu sateuacanna hela. Ari bos nu ayeuna mah bageur, gampil lamun bade nambut artos, wios teu acan lunas ge, nu penting mah kedah tiasa dipercaya, nyetor gula kalapa na teu kenging ka nu sanes. Abdi mah tiasa ngabangun bumi ge ku bos dibiayaan hela. Emang sih pangaos gulana teh miring, langkung mirah ti nu sanes. Namun abdi mah da rumaos gaduh sametan, pangaos gula miring ge teu janten masalah ”. Saya dulu setor gula kelapa ke bos gula A, tapi apabila saya sedang butuh pinjaman bos gula tersebut susah dalam meminjamkan uangnya. Suka rewel, harus melunasi hutang yang sebelumnya terlebih dahulu. Bos yang sekarang baik, mudah meminjamkan uang meskipun hutang yang sebelumnya belum lunas, yang penting harus dapat dipercaya, setor gula kelapa tidak boleh ke koordinator lain. Saya bisa membangun rumah karena dibiayai terlebih dahulu oleh bos. Harga gula kelapa memang miring, lebih rendah dari koordinator lain. Tapi saya kan merasa memiliki hutang, jadi harga gula kelapa miring juga tidak menjadi masalah. Waryono, 42 tahun Petani pembuat gula kelapa mitra yang tidak berminat untuk meneruskan kemitraan telah menyadari bahwa selama ini mereka telah terikat untuk menjual gula kelapa kepada koordinator tertentu dengan harga gula kelapa yang diterima rendah. Petani pembuat gula kelapa mitra berencana untuk meminjam uang ke bank dengan tujuan agar lebih mandiri dan disiplin dalam mengembalikan uang pinjaman. Karena petani pembuat gula kelapa mitra tidak memiliki hutang kepada koordinator, maka petani pembuat gula kelapa mitra dapat dengan bebas mencari harga gula kelapa yang tinggi.

6.2.2.8. Pelestarian Lingkungan

PT. Samudra Jaya Abadi, AGKP, BP3K serta Yayasan Cikal Sinergi telah memberikan pembinaan kepada petani pembuat gula kelapa mitra. Kekurangan 81 dari pelaksanaan pembinaan ini yaitu pembinaan tidak dilakukan kepada seluruh petani pembuat gula kelapa mitra. Persentase jumlah responden yang pernah mengikuti kegiatan pembinaan yang diadakan perusahaan hanya sebesar 16,67 persen. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah petani pembuat gula kelapa mitra, sedangkan tenaga ahlinya terbatas. Pembinaan dilakukan melalui koordinator serta perwakilan petani pembuat gula kelapa mitra dengan harapan koordinator serta perwakilan petani pembuat gula kelapa mitra yang mendapatkan pembinaan dapat meneruskan ilmu serta pelatihan yang didapat kepada petani pembuat gula kelapa mitra lainnya yang tidak mengikuti pembinaan. Namun dilapangan penyebaran ilmu serta pelatihan kepada petani pembuat gula kelapa mitra lainnya tidak dilakukan secara sempurna karena keterbatasan kemampuan koordinator dan perwakilan petani pembuat gula kelapa mitra dalam menyebarkan dan menyampaikan informasi hasil pembinaan. Kendala dari kurang efektifnya pelaksanaan pembinaan ini dikarenakan sedikitnya jumlah sumberdaya manusia yang melakukan pembinaan, sedangkan jumlah petani pembuat gula kelapa mitra banyak dan tersebar di berbagai daerah. Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pembinaan secara bergulir di seluruh daerah yang bermitra dengan waktu yang telah dijadwalkan terlebih dahulu sesuai dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian seluruh petani pembuat gula kelapa mitra dapat merasakan manfaat pembinaan. Pembinaan berupa peremajaan pohon kelapa dan pemupukan pohon kelapa sangat penting dilakukan untuk melestarikan lingkungan. Selain untuk melestarikan lingkungan, peremajaan pohon kelapa bertujuan untuk menjamin pasokan gula kelapa pada masa yang akan datang. Petani pembuat gula kelapa juga dapat terus menderes sehingga terhindar dari pengangguran. Menurut catatan AGKP, hampir 70 persen pohon kelapa yang ada di Kabupaten Ciamis sudah tua, bahkan ada yang sudah mencapai usia 60 tahun. Kondisi seperti ini sangat jelas akan mempengaruhi nilai produksi, mengingat pohonnya semakin kurang produktif. 3 3 Surnandi. Desember Minggu III-IV 2010. Penderes Gula Punya Andil Besar Terhadap Perekonomian. Imsa:16 kolom 1-2 82

6.2.3. Tingkat Kemitraan Usaha

Dokumen yang terkait

POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PABRIK GULA ASEMBAGUS (Di Desa Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo)

2 69 1

POLA KEMITRAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT (Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit Antara PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 62 75

Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Antara Perusahaan Agribisnis Dengan Petani Mitra (Studi Kasus Kemitraan Antara C.V. Mekar Profitindo Dengan Petani Bawang Merah Di Kabupaten Brebes)

0 10 206

Evaluasi Kemitraan antara PG Pagottan dengan Petani Tebu di Kabupaten Madiun

3 24 84

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus : Perusahaan Mitra PKP dengan Kelompok Petani Ternak di Kabupaten Padang Pariaman).

0 0 6

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus: Perusahaan Mitra Jumardi Poultry Shop dengan Kelompok Petani Ternak Di Kecamatan Kuranji Padang).

0 1 6

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 1

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

3 12 2

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 2 18

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 8