7 bisnis yang dipahami bersama dan dianut bersama sebagai titik tolak dalam
menjalankan kemitraan Hafsah 2000. Kemitraan yang terjalin antara PT. SJA dengan petani pembuat gula kelapa mitra tidak disertai dengan kontrak kemitraan
secara tertulis, sehingga tidak adanya peraturan tertulis yang memuat masing- masing hak dan kewajiban pihak-pihak yang bermitra. Kemitraan yang terjalin
selama ini hanya berdasarkan kepercayaan dan tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Pada kenyataannya, kemitraan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa petani pembuat gula kelapa mitra maupun koordinator ada yang menjual sebagian atau bahkan seluruh hasil produksinya keluar. Sikap beberapa petani
pembuat gula kelapa mitra dan koordinator tersebut dapat mengindikasikan bahwa kemitraan yang terjalin belum memberikan manfaat yang optimal.
Berdasarkan paparan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana pelaksanaan kemitraan yang terjalin pada usaha gula kelapa, yaitu antara PT. SJA, koordinator dan petani pembuat gula kelapa mitra?
2. Bagaimana evaluasi kemitraan berdasarkan aspek manajemen kemitraan dan
aspek manfaat kemitraan?
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang terjalin pada usaha gula
kelapa, yaitu antara PT. SJA, koordinator dan petani pembuat gula kelapa mitra.
2. Melakukan evaluasi kemitraan berdasarkan aspek manajemen kemitraan dan
aspek manfaat kemitraan.
1.4. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
PT. Samudra Jaya Abadi, koordinator dan petani pembuat gula kelapa mitra, sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kemitraan selama ini.
2. Pihak-pihak terkait seperti Asosiasi Gula Kelapa Priangan, Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM, Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijaksanaan yang
berkaitan dengan perbaikan sistem kemitraan yang ada saat ini.
8 3.
Penulis, sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan dengan wujud pengabdian kepada masyarakat.
4. Pembaca, sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan dengan memfokuskan pada petani pembuat gula kelapa mitra yang tinggal di Kabupaten Ciamis.
Petani pembuat gula kelapa mitra yang dijadikan responden adalah petani pembuat gula kelapa mitra yang menjual
gula kelapa melalui koordinator anggota PT. SJA. Perhitungan pendapatan, produktivitas, dan rendemen hanya dilakukan kepada responden yang menderes
nira kelapa pada pohon kelapa dalam.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keragaan Industri Gula Kelapa
Supomo 2007 telah melakukan penelitian tentang peningkatan kesejahteraan pengrajin gula kelapa di wilayah Kabupaten Purbalingga. Penelitian
ini bersifat pemecahan masalah atau problem solving. Pendekatan analisisnya dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan suara hati responden, kemudian
disesuaikan dengan kondisi obyektif masyarakat pengrajin pembuat gula kelapa, kendala yang dihadapi secara umum, dan kemudian dicarikan jalan keluar melalui
program pembangunan Pemda Kabupaten Purbalingga yang tepat sebagai rekomendasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa industri kecil
gula kelapa di wilayah Kabupaten Purbalingga sangat potensial untuk dikembangkan. Namun pada umumnya para pengrajin gula kelapa memproduksi
gula kelapa yang bermutu rendah dan tidak seragam. Selain itu pengrajin gula kelapa memiliki keterbatasan dalam mengakses pasar, dan mendapatkan bagian
nilai mata rantai yang rendah dalam proses bisnis komoditas gula kelapa. Hal ini dikarenakan pengetahuan para pengrajin gula kelapa pada umumnya masih
rendah, tradisional, dan belum memiliki jiwa kewirausahaan. Kesulitan umum yang dihadapi oleh para pengrajin gula kelapa adalah permodalan, teknik
berproduksi, manajemen usaha dan jaringan pemasaran. Para pengrajin gula kelapa juga sulit melepaskan diri dari jeratan ijon tengkulak. Pola hubungan
antara pengrajin gula kelapa dengan pengepul yang awalnya bersifat kekeluargaan, saat ini lebih cenderung sebagai bisnis yang bersifat transaksional.
Penelitian mengenai gula kelapa juga dilakukan oleh Astuti 2005 dengan judul “Pengaruh Nilai Marjin Pemasaran terhadap Pendapatan Pengrajin Gula
Kelapa di Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh nilai marjin pemasaran terhadap pendapatan pengrajin gula kelapa. Metode analisis data yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi. Dari analisis regresi F hitung dapat diketahui bahwa ada pengaruh antara nilai marjin
pemasaran terhadap pendapatan. Hal ini ditunjukkan dari perhitungan F hitung F tabel 16,109 4,00. Sumbangan efektif dari variabel nilai marjin pemasaran
adalah 21,7 persen. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada pengaruh antara
10 nilai marjin pemasaran terhadap pendapatan pengrajin gula kelapa di Desa
Karangduren Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang sebesar 21,7 persen. Pengrajin dalam memasarkan gula kelapa dapat memilih salah satu dari empat
macam saluran pemasaran yang ada. Marjin terbesar terdapat pada saluran pemasaran dari produsen ke pedagang pengecer ke konsumen dan dari produsen
ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, kemudian ke konsumen. Pengrajin gula kelapa di Desa Karangduren Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang diharapkan memilih saluran dari produsen ke pedagang pengumpul ke pedagang pengecer, kemudian ke konsumen karena dengan marjin yang sama
besar bagian harga yang diterima pengrajin dan harga yang dibayar konsumen sama besar tetapi dapat melibatkan dua pedagang perantara.
2.2. Kemitraan