Analisis Pendapatan Usahatani Metode Pengolahan Data

34

4.5.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Salah satu faktor yang dinilai pada evaluasi kemitraan ini adalah pendapatan petani pembuat gula kelapa. Analisis pendapatan ini hanya dilakukan kepada responden yang menderes pohon kelapa dalam. Hal ini dikarenakan 62,5 persen petani pembuat gula kelapa mitra yang menjadi sampel adalah petani pembuat gula kelapa mitra yang menderes pohon kelapa dalam. Selain itu peremajaan pohon kelapa dalam juga sedang banyak dilakukan di daerah Ciamis Selatan. Rata-rata pohon kelapa dalam yang digarap responden yaitu sebanyak 33 pohon. Oleh karena itu, satuan yang digunakan dalam menghitung pendapatan petani pembuat gula kelapa yaitu Rupiah per 33 pohon kelapa per tahun. Setiap komponen penyusun penerimaan dan biaya pada usaha gula kelapa kecuali komponen pajak dari masing-masing responden dikonversikan ke satuan 33 pohon. Kemudian setiap komponen yang telah dikonversi ke satuan 33 pohon tersebut dirata-ratakan. Nilai yang tercantum pada setiap komponen yang ada di analisis pendapatan usahatani merupakan nilai yang telah dikonversi dan dirata- ratakan. Analisis pendapatan usahatani pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan pendapatan yang diterima petani pembuat gula kelapa mitra dengan pendapatan yang diterima petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA dari usaha gula kelapa. Menurut Soekartawi 2002, penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR i = Y i . Py i , dimana TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Biaya penyusutan alat dan bangunan pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus metode rata-rata tanpa memperhitungkan nilai sisa. Secara matematis penghitungan biaya penyusutan dapat dirumuskan sebagai berikut Soeharjo Patong 1973: Penyusutan = Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya Soekartawi 2002. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: 35 Pd = TR – TC Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan TC = total biaya RC adalah singkatan dari Return Cost Ratio, atau dikenal sebagai perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya Soekartawi 2002. Rasio RC digunakan untuk menunjukkan besar penerimaan yang diterima oleh petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: RC rasio = Kriteria analisis RC yaitu rasio RC = 1, secara teoritis tidak terjadi keuntungan maupun kerugian pada usaha. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika rasio RC lebih besar dari satu RC 1. Nilai RC yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu. Apabila rasio RC lebih kecil dari satu RC 1 menandakan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan. Analisis pendapatan usahatani dan rasio RC dilakukan kepada petani pembuat gula kelapa mitra dan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA. Perbandingan pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra dengan pendapatan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA ini dilakukan agar dapat diketahui apakah dengan menjadi mitra PT. SJA dapat meningkatkan pendapatan petani pembuat gula kelapa mitra. Perbandingan analisis pendapatan usahatani dan rasio RC antara petani pembuat gula kelapa mitra dengan petani pembuat gula kelapa non mitra PT. SJA secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10. 36 Tabel 10. Perbandingan Pendapatan Usahatani dan RC Rasio antara Petani Pembuat Gula Kelapa Mitra dengan Petani Pembuat Gula Kelapa Non Mitra PT. SJA No. Uraian Petani Mitra Petani Non Mitra A Penerimaan Tunai B Penerimaan Diperhitungkan C Total Penerimaan A+B D Biaya Tunai E Biaya diperhitungkan F Total Biaya D+E G Pendapatan Atas Biaya Tunai C-D H Pendapatan Atas Biaya Total C-F I Pendapatan Tunai A-D J RC Rasio atas Biaya Tunai CD K RC Rasio atas Biaya Total CF

4.5.3. Perhitungan Produktivitas

Dokumen yang terkait

POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PABRIK GULA ASEMBAGUS (Di Desa Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo)

2 69 1

POLA KEMITRAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT (Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit Antara PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 62 75

Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Antara Perusahaan Agribisnis Dengan Petani Mitra (Studi Kasus Kemitraan Antara C.V. Mekar Profitindo Dengan Petani Bawang Merah Di Kabupaten Brebes)

0 10 206

Evaluasi Kemitraan antara PG Pagottan dengan Petani Tebu di Kabupaten Madiun

3 24 84

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus : Perusahaan Mitra PKP dengan Kelompok Petani Ternak di Kabupaten Padang Pariaman).

0 0 6

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus: Perusahaan Mitra Jumardi Poultry Shop dengan Kelompok Petani Ternak Di Kecamatan Kuranji Padang).

0 1 6

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 1

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

3 12 2

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 2 18

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 8