Latar Belakang Evaluasi kemitraan antara PT. Samudra Jaya Abadi dengan petani pembuat gula kelapa mitra di kabupaten Ciamis

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya tanaman kelapa. Menurut data Departemen Pertanian, saat ini areal tanaman kelapa seluas 3,8 juta hektar dengan produksi 3,2 juta ton setara kopra, dan lebih dari 98 persennya diusahakan oleh perkebunan rakyat. Wilayah perkebunan kelapa tersebar di berbagai pulau di Indonesia, yaitu Pulau Sumatera mencapai 33,63 persen, Pulau Jawa 22,75 persen, Sulawesi 19,40 persen, Bali, NTB dan NTT sebesar 7,70 persen, Maluku dan Papua 8,89 persen dan Kalimantan 7,62 persen dari total luas areal kelapa di Indonesia. 1 Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki banyak tanaman kelapanya yaitu Jawa Barat. Berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Nomor. 5251517Prod2001 tanggal 27 Agustus 2001 tentang Komoditas Perkebunan di Jawa Barat, komoditas kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan Jawa Barat yang memiliki nilai kompetitif dan mudah untuk dikembangkan. Selain itu, komoditas kelapa merupakan komoditas sosial yang dapat tumbuh baik dimana saja serta memiliki banyak manfaat. 2 Luas areal tanaman kelapa di Provinsi Jawa Barat pada tahun 2007 adalah 178.120 hektar, dan 99,62 persen dari total luas areal tersebut merupakan perkebunan rakyat. Pada tahun 2007 luas areal tanaman kelapa mengalami penurunan. Padahal pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 luas areal tanaman kelapa mengalami peningkatan. Komoditas Kelapa paling banyak diusahakan oleh petani perkebunan rakyat di wilayah Kabupaten Ciamis dengan potensi luas areal kelapa 70.841 hektar dan produksi 64.325 ton Tabel 1. 1 Depkominfo. 2009. Deptan ; Peremajaan Kebun Kelapa Capai 25.391 Hektar. http:kabar.in2009indonesia-headlinerilis-berita-depkominfo0724deptan-peremajaan-kebun- kelapa-capai-25391-hektar.html. [24 Februari 2011] 2 Sub Dinas Bina Program. 2007. Kelapa Merupakan Komoditi Unggulan Jawa Barat. http:www.disbun.jabarprov.go.id. [24 Februari 2011] 2 Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Kelapa Menurut Kepemilikan di Jawa Barat 2007 KabupatenKota Perkebunan Rakyat Perkebunan Besar Swasta Perkebunan Besar Negara Luas Areal ha Produksi ton Luas Areal ha Produksi ton Luas Areal ha Produksi ton [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] Kabupaten 01. Bogor 02. Sukabumi 03. Cianjur 04. Bandung 05. Garut 06. Tasikmalaya 07. Ciamis 08. Kuningan 09. Cirebon 10. Majalengka 11. Sumedang 12. Indramayu 13. Subang 14. Purwakarta 15. Karawang 16. Bekasi 7.957 10.774 7.946 1.993 5.457 29.989 70.841 7.246 4.795 2.148 5.446 6.666 4.464 1.210 3.466 3.431 7.757 9.312 3.595 1.270 2.381 21.956 64.325 3.619 3.224 755 2.254 3.973 3.964 610 2.134 1.174 152 459 31 - - 10 - - - - 18 - - - - - - 142 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Kota 17. Bogor 18. Sukabumi 19. Bandung 20. Cirebon 21. Bekasi 22. Depok 23. Cimahi 24. Tasikmalaya 25. Banjar - 43 - - - - - 1.275 2.303 - 38 - - - - - 1.421 3.069 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jawa Barat 177.450 136.831 670 142 - - 2006 2005 2004 183.360,07 182.463,00 172.500,60 148.099,22 177.436,10 155.512,70 660,69 668,43 699,19 144,42 422,45 341,34 604,45 604,45 604,45 179,53 552,65 550,54 Sumber: BPS Jawa Barat 2008 Kelapa merupakan komoditas perkebunan yang memiliki banyak nilai ekonomis. Hampir semua bagian dari kelapa memiliki manfaat untuk berbagai keperluan. Daging buah kelapa dapat diolah menjadi kopra, virgin coconut oil 3 VCO, minyak kelapa, kelapa parut, santan, tepung kelapa. Sabut dapat diolah menjadi kerajinan tangan, matras, tali, jok mobil, genteng, karpet, cocofiber serat sabut kelapa, dan cocopeat serbuk sabut kelapa. Air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Tempurung dapat diolah menjadi tepung tempurung, asap cair, arang, dan karbon aktif. Tidak hanya buahnya, kelapa dapat juga dimanfaatkan niranya. Nira diperoleh dari tandan bunga, sehingga apabila kelapa menghasilkan nira maka kelapa tersebut tidak lagi menghasilkan buah. Nira diperoleh dari pohon kelapa dengan cara penderesan atau penyadapan. Nira kelapa dapat dimanfaatkan sebagai minuman segar seperti lahang, dapat dijadikan bioetanol, difermentasi secara alami menjadi tuak, dibuat menjadi cuka dengan cara dibiarkan selama 24 jam, dan nira kelapa yang diuapkan akan menghasilkan gula kelapa. Pembuatan gula kelapa merupakan suatu usaha yang dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan mengolah nira kelapa menjadi gula kelapa pendapatan petani dapat jauh lebih meningkat jika dibandingkan dengan apabila petani hanya menjual buah kelapa butiran Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan antara Usaha Butiran Kelapa dengan Gula Kelapa Butiran Kelapa Hasil Sewa Pemilik Petani Kelapa Petani Pembuat Gula Kelapa Jumlah Pohon 40 40 40 Masa Panen 40 hari 30 hari Setiap hari Volume 400 butir 40 x 10 butirpohon 120 kg 3 kg x 40 pohon 12 kg gula kelapa 0.3 kg x 40 pohon Harga Rp 425,00butir Rp 3.000,00kg Rp 3.000,00kg Penghasilan Rp 170.000,0040hari Rp 360.000,0030 hari Rp 36.000,00hari Rp 1.080.000,0030 hari Sumber: Asosiasi Gula Kelapa Priangan 2007 Gula kelapa berpotensi untuk diusahakan. Kebutuhan pasar nasional terhadap gula kelapa cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya permintaan gula kelapa dan belum terpenuhinya seluruh permintaan tersebut. Konsumen gula kelapa antara lain industri kecap, industri dodol, industri beberapa jenis roti, minuman malt, industri terasi, industri es krim, dan industri susu. Selain itu gula kelapa sering digunakan oleh ibu-ibu rumah tangga untuk kebutuhan memasak dan digunakan untuk membuat makanan olahan seperti putu, rujak, 4 lotek, dendeng, abon, emping manis, dan sebagainya. Pembeli terbesar gula kelapa adalah industri makanan dan minuman. Salah satu contohnya adalah industri kecap. Menurut Direktur Pembelian dan Pemasaran PT. Samudra Jaya Abadi 2011, kebutuhan gula kelapa dari salah satu pabrik kecap di Jakarta yaitu 250 ton per hari, namun saat ini pasokan gula kelapa yang diterima pabrik kecap tersebut baru 150 ton per hari. Kabupaten Ciamis merupakan daerah penghasil gula kelapa. Banyaknya usaha pembuatan gula kelapa di Kabupaten Ciamis ditunjang oleh banyaknya pohon kelapa yang dibudidayakan di kawasan ini, sehingga bahan baku gula kelapa yang berupa nira mudah untuk didapatkan. Menurut data Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Ciamis pada tahun 2010, gula kelapa merupakan produk hasil pertanian yang diunggulkan di Kabupaten Ciamis. Total usaha kerajinan gula kelapa yang ada di Ciamis sebanyak 6.774 unit dengan total produksi 24.971 ton, dan sekitar 62,5 persen dari total unit usaha kerajinan gula kelapa yang ada di Kabupaten Ciamis berada di Ciamis Selatan yang tersebar di Kecamatan Pangandaran, Parigi, Sidamulih, Kalipucang, Cigugur, Padaherang, dan Cimerak Tabel 3 4. Tabel 3. Industri Hasil Pertanian Kabupaten Ciamis Tahun 2010 No. Nama Sentra Unit Usaha unit Tenaga Kerja orang Jumlah Produksi ton 1. Gula kelapa 6.774 14.047 24.971 2. Gula aren 3.364 7.486 4.022 3. Tahu 659 1.977 9.828 4. Tempe 90 188 810 5. Opak ketan 220 485 970 6. Kerupuk 77 1.032 4.320 7. Ranginang singkong 60 180 540 8. Ranginang gulung 55 570 1.710 9. Sale pisang 201 450 540 10. Kue kering 61 1.536 2.562 11. Ikan asin 56 120 4.520 Jumlah 11.617 28.071 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Ciamis 2010 diolah 5 Tabel 4. Produksi Gula Kelapa Ciamis Tahun 2010 No. Kecamatan Unit Usaha Unit Tenaga Kerja Orang Jumlah Produksi Ton 1. Parigi 765 1.630 2.754 2. Pamarican 246 705 885 3. Kalipucang 218 452 785 4. Sidamulih 428 896 1.541 5. Pangandaran 1.115 2.290 4.014 6. Cigugur 130 277 468 7. Padaherang 600 1.250 2.160 8. Mangunjaya 375 750 1.352 9. Cimerak 980 1.963 3.528 10. Lakbok 847 1.694 3.049 11. Purwadadi 702 1.404 2.527 12. Banjarsari 368 736 1.908 Jumlah 6.774 14.047 24.971 Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Ciamis 2010 diolah Pelaku utama pada industri gula kelapa yaitu petani pembuat gula kelapa. Permasalahan yang dihadapi industri gula kelapa ini pada umumnya yaitu sebagian besar diusahakan secara tradisional dengan cara memanjat pohon kelapa untuk melakukan penderesan nira kelapa dan masih menggunakan tungku sederhana untuk memasak gula kelapa. Selain itu petani pembuat gula kelapa juga kurang teratur dalam memelihara pohon kelapa. Hal ini menyebabkan kualitas gula kelapa tidak seragam dan peningkatan kuantitas gula kelapa juga rendah. Permasalahan lain yang dihadapi petani pembuat gula kelapa yaitu keterbatasan mengakses pasar dan masalah permodalan. Permasalahan-permasalahan tersebut akan menjadi penghambat berkembangnya usaha gula kelapa. Salah satu upaya yang dianggap tepat dalam mengatasi masalah ini adalah melalui kemitraan usaha. Hubungan kemitraan pada usaha gula kelapa ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat untuk petani pembuat gula kelapa sehingga berbagai permasalahan yang dihadapi petani pembuat gula kelapa dapat teratasi. Kemitraan perlu dilaksanakan dengan selalu mematuhi peraturan dan aturan main yang berlaku serta konsisten dalam menerapkan etika bisnis yang dijalankan. Kepatuhan dan konsistensi ini diperlukan sebagai rambu yang akan memagari terperosoknya pelaksanaan kemitraan menjadi suatu praktek monopoli 6 ataupun monopsoni terselubung Hafsah 2000. Suatu hubungan kemitraan harus dapat memberikan keuntungan bersama dan memberikan nilai tambah bagi pihak- pihak yang bermitra. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian mengenai evaluasi kemitraan penting untuk dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

POLA KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PABRIK GULA ASEMBAGUS (Di Desa Trigonco Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo)

2 69 1

POLA KEMITRAAN DAN PENDAPATAN USAHATANI KELAPA SAWIT (Kasus Kemitraan Usahatani Kelapa Sawit Antara PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Bekri dengan Petani Mitra Di Desa Tanjung Jaya Kecamatan Bangun Rejo Kabupaten Lampung Tengah)

4 62 75

Kajian Pelaksanaan Pola Kemitraan Antara Perusahaan Agribisnis Dengan Petani Mitra (Studi Kasus Kemitraan Antara C.V. Mekar Profitindo Dengan Petani Bawang Merah Di Kabupaten Brebes)

0 10 206

Evaluasi Kemitraan antara PG Pagottan dengan Petani Tebu di Kabupaten Madiun

3 24 84

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus : Perusahaan Mitra PKP dengan Kelompok Petani Ternak di Kabupaten Padang Pariaman).

0 0 6

EVALUASI TINGKAT HUBUNGAN KEMITRAAN ANTARA PERUSAHAAN MITRA DENGAN KELOMPOK MITRA (Studi Kasus: Perusahaan Mitra Jumardi Poultry Shop dengan Kelompok Petani Ternak Di Kecamatan Kuranji Padang).

0 1 6

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 1

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

3 12 2

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 2 18

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT. PAGILARAN DENGAN PETANI KAKAO DI KECAMATAN SAMIGALUH, KULON PROGO

0 0 8