4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk: 1. Mengetahui kondisi ekologis Pantai Mayangan melalui deskripsi indeks
keanekaragaman, indeks
keseragaman dan
indeks dominansi
makrozoobentos serta membandingkannya secara spasial dan temporal; 2. Mendeskripsikan kondisi fisika-kimia perairan dan sedimen sebagai
indikator kondisi perairan Pantai Mayangan; 3. Mengetahui hubungan komunitas makrozoobentos dengan karakteristik
fisika-kimia air dan sedimen. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kondisi
ekologis perairan estuari Pantai Mayangan yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan Pantai Mayangan secara terpadu berbasis ekosistem.
5
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makrozoobentos
Hewan bentos dibagi dalam tiga kelompok ukuran, yaitu makrobentos ukuran lebih dari 1,0 mm, meiobentos ukuran antara 0,1-1 mm dan mikrobentos ukuran
kurang dari 0,1 mm. Kelompok organisme dominan yang menyusun makrofauna di dasar lunak sublitoral dibagi dalam empat kelompok taksonomi yaitu Polychaeta
spesies pembentuk tabung dan penggali, Krustasea Ostracoda, Amfipoda, Isopoda, Tanaid, Misid yang berukuran besar dan beberapa Dekapoda yang
berukuran kecil, Ekinodermata Bintang Laut dan Ekinoid dan Moluska Bivalvia penggali dan beberapa Gastropoda. Pada umumnya biota tersebut hidup pada
substrat dasar pasir dan lumpur Nybakken 1992. Moluska dan krustasea mendominasi komunitas fauna bentik pada kebanyakan ekosistem mangrove
Kennish 1990. Makrozoobentos sering digunakan untuk menduga ketidakseimbangan
lingkungan perairan karena hewan bentos hidup relatif menetap di dasar endapan substrat perairan atau beristirahat pada dasar perairan. Berdasarkan teori tersebut
maka hewan ini akan selalu terpapar dengan limbah yang masuk ke habitatnya dalam jangka waktu yang relatif lama. Hewan bentos memproduksi larva yang
bersifat meroplankton yang mendukung populasi ikan dan menjaga keseimbangan lingkungan dengan membuat lubang pada dasar substrat sehingga air dan udara
dapat masuk ke dalam tanah Fitriana 2006. Suatu perairan yang sehat atau belum tercemar akan menunjukkan jumlah individu yang seimbang, sebaliknya suatu
perairan tercemar diindikasikan dengan penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang mendominasi Odum 1994. Dijelaskan lebih lanjut
oleh Tian et al. 2009 bahwa ekologi suatu lingkungan akan seimbang jika setiap kelompok terdapat banyak spesies secara merata.
Setiap taksa dari bentos mempunyai toleransi yang berbeda terhadap perubahan faktor lingkungan, ada yang toleran dan ada pula yang intoleran
sensitif. Salah satu spesies yang dikenal toleran terhadap perubahan lingkungan yaitu Capitella sp. Machdar 2010. Hal senada dikemukakan Poclington Wells
6 1992 in Junardi Wardoyo 2008 bahwa Capitella capitata dapat digunakan
sebagai spesies indikator pencemaran perairan. Berdasarkan pola makannya fauna bentos dibedakan menjadi tiga tipe yakni
tipe suspension feeder yaitu memperoleh makannya dengan cara menyaring partikel- partikel yang melayang di perairan; tipe deposit feeder yaitu memperoleh makanan
pada sedimen dasar dan mengasimilasikan bahan organik yang dapat dicerna dari sedimen; dan tipe detritus feeder yaitu memperoleh makannya dari detritus
Nybakken 1992. Makrozoobentos tipe penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada sedimen lumpur dan sedimen lunak yang merupakan daerah yang
mengandung bahan organik yang tinggi seperti Echinocardium, Nepthys dan Macoma. Makrozoobentos tipe pemakan suspensi seperti Clinocardium dan Tresus
melimpah pada substrat berpasir dengan bahan organik yang lebih sedikit, sedangkan makrozoobentos tipe pembentuk tabung seperti Phoronopsis dan Owenia
dapat dijumpai pada substrat pasir atau lumpur Nybakken 1992.
2.2. Struktur Komunitas