Salinitas Kedalaman Kecerahan Derajat Keasaman pH

9

2.5. Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme Nybakken 1992. Suhu memengaruhi aktivitas metabolisme dan reproduksi organisme yang hidup di perairan Hutabarat Evans 1986. Nybakken 1992 menyatakan hal senada bahwa perubahan suhu dapat menjadi isyarat bagi organisme untuk memulai atau mengakhiri aktivitas, misalnya reproduksi. Kelas Polychaeta akan melakukan adaptasi terhadap kenaikan suhu atau salinitas dengan aktivitas membuat lubang dalam lumpur dan membenamkan diri di bawah permukaan substrat Alcantara Weiss 1991 in Taqwa 2010. Peningkatan suhu perairan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh organisme yang hidup didalamnya, dampaknya konsumsi oksigen akan menjadi lebih tinggi. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 o C dapat menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga kali lipat Effendi 2003. Perkins 1974 in Efriyeldi 1999 mengemukakan bahwa kisaran suhu yang dianggap layak bagi organisme akuatik bahari adalah 25-32 o C. Kecepatan metabolisme organisme air meningkat seiring dengan naiknya suhu yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen Effendi 2003. Suhu air yang baik bagi kepentingan perikanan adalah suhu air normal 27 o C untuk daerah tropis dan fluktuasi sekitar 3 o C Hariyadi et al. 1992.

2.6. Salinitas

Salinitas pada daerah estuari berfluktuasi terkait perubahan musim, topografi estuari, pasang surut dan jumlah air tawar. Pada gilirannya fluktuasi salinitas dapat memengaruhi penyebaran makrozoobentos baik secara vertikal maupun horizontal Nybakken 1992. Gastropoda mempunyai kemampuan untuk bergerak guna menghindari salinitas yang terlalu rendah, namun Bivalvia yang bersifat menetap akan mengalami kematian jika pengaruh air tawar berlangsung lama Effendi 2003. Kisaran salinitas yang masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan, khususnya fauna makrozoobentos adalah 15‰ -35‰ Hutabarat Evans 1985. 10

2.7. Kedalaman

Kedalaman akan memengaruhi pertumbuhan fauna bentos yang hidup didalamnya. Kedalaman suatu perairan akan membatasi kelarutan oksigen yang dibutuhkan untuk respirasi Nybakken 1992. Interaksi antara faktor kekeruhan perairan dengan kedalaman perairan akan memengaruhi penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan, sehingga berpengaruh langsung pada kecerahan, selanjutnya akan memengaruhi kehidupan fauna makrobentos Odum 1994.

2.8. Kecerahan

Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan memengaruhi sifat optis air. Kecerahan perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya yakni semakin sedikit partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan semakin tinggi. Sedimen yang tersuspensi dapat menghambat proses penyaringan bagi organisme bentos yang memiliki struktur penyaring pemakan suspensi yang halus sehingga fungsi dari alat penyaringnya menjadi terhambat. Terbentuknya dan mengendapnya partikel tersuspensi cenderung mengubur larva pemakan suspensi yang baru menetap dan dapat menimbulkan kematian pada organisme bentos tersebut Nybakken 1992.

2.9. Derajat Keasaman pH

Kondisi lingkungan perairan laut memiliki pH yang bersifat relatif stabil serta berada dalam kisaran yang sempit yaitu antara 7,5-8,4 Nybakken 1992. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7- 8,5 Effendi 2003. Organisme perairan mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menoleransi pH perairan. Nilai pH 5 dan 9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme makrobentos Hynes 1978. Pennak 1978 menyatakan bahwa kisaran pH yang mendukung kehidupan moluska berkisar antara 5,7-8,4. 11

2.10. Oksigen Terlarutdissolved oxygen DO