PENGGUNAAN BERDASARKAN DINASSERVICE 20140509104232 Data Statistik Semester 2 2013 Single Page

132 Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 Gambar 6.10 : Penggunaan Frekuensi menurut Service di Kalimantan, Maluku dan Papua 6.4. Perbandingan Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio dengan Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Perbandingan penggunaan spektrum frekuensi radio antar propinsi terhadap jumlah penduduk dan luas wilayah dilakukan untuk mengetahui penyebaran penggunaan dan peruntukan frekuensi di suatu daerah secara tepat. Beberapa jenis spektrum frekuensi penggunaannya mungkin dipengaruhi oleh kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Artinya untuk daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi, penggunaan spektrum frekuensinya akan semakin besar untuk melayani penduduk tersebut meskipun wilayahnya tidak luas. Sementara untuk jenis spektrum frekuensi lain, penggunaannya mungkin tergantung dengan luasan wilayah. Artinya untuk wilayah yang luas, penggunaan spektrum frekuensinya akan semakin besar. Berdasarkan informasi ini nantinya diharapkan dapat dibuat kebijakan untuk alokasi maupun penggunaan frekuensi tertentu. Pada bagian ini, perbandingan pengukuran penggunaan frekuensi dilakukan terhadap beberapa subservice utama yaitu frekuensi Radio AM, Radio FM, TV dan GSMDCS.

6.4.1. FREKUENSI RADIO AM

Penggunaan frekuensi AM menunjukkan bahwa intensitas penggunaan frekuensi AM tertinggi terdapat di Pulau Jawa yaitu di Jawa Tengah sebanyak 44 pengguna, Jawa Barat sebanyak 39 pengguna dan Sumatera Utara sebanyak 29 pengguna selanjutnya disusul Jawa Timur sebanyak 24 pengguna. Intensitas penggunaan frekuensi di daerah-daerah tersebut lebih rendah dibanding penggunaan pada tahun 2012 kecuali untuk Sumatera Utara yang tetap. Disamping itu juga terjadi pergeseran dimana Jawa Timur yang semula menjadi pengguna terbanyak frekuensi AM, kini menurun dan posisinya digantikan oleh Sumatera Utara yang masih memiliki intensitas penggunaan frekuensi AM yang tinggi. Penggunaan frekuensi AM yang tinggi di Sumatera Utara juga ditandai dengan jumlah penduduk yang besar dan jumlah daerah adminsitratif kabupatenkota yang banyak disamping perkembangan daerah yang relatif lebih baik. Namun khusus untuk Jakarta, meskipun memiliki jumlah penduduk yang besar dan daerah perkotaan besar, penggunaan 133 Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 Gambar 6.11 A. Jumlah Penggunaan Frekuensi AM di setiap Propinsi frekuensi AM-nya tidak terlalu besar. Hal ini diduga karena pada daerah ini yang merupakan kota metropolitan yang menggunakan pita frekuensi radio dengan frekuensi yang lebih tinggi dengan kualitas yang lebih baik seperti pita radio FM. Pada daerah-daerah di luar Jawa khususnya dengan jumlah wilayah administrasi yang tidak besar dan tidak banyak daerah perkotaan, tidak menunjukkan intensitas penggunaan frekuensi AM yang tinggi. Intensitas penggunaan frekuensi AM di Sumatera seperti di Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung misalnya hanya kurang dari 5. Di Bangka Belitung bahkan penggunaan frekuensi radio AM masih nol, kondisi yang sama terjadi di wilayah Sulawesi kecuali Sulawesi Selatan dan Maluku-Papua. Hanya di Sulawesi Selatan yang pengunaan frekuensi radio AM-nya lebih dari 10. Tingkat penggunaan di tiap propinsi bisa diukur dengan indeks Penggunaan per Luas Wilayah FPL dan indeks Penggunaan per Jumlah Penduduk FPP. FPL didefinisikan sebagai jumlah penggunaan frekuensi untuk setiap 10.000 km2 luas wilayah propinsi. Sedangkan FPP didefinisikan sebagai jumlah penggunaan frekuensi untuk setiap 1.000.000 penduduk propinsi. Rata-rata nilai indeks FPL untuk penggunaan Frekuensi AM di seluruh propinsi di Indonesia adalah sebesar 5,85 yang berarti terdapat 5,85 pengguna untuk setiap 10.000 km2 luas wilayah propinsi. Nilai rata-rata ini lebih tingggi dari rata-rata FPL tahun sebelumnya yang hanya 3,1 yang berarti intensitas penggunaan frekuensi AM ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Dengan acuan ini, maka propinsi yang mempunyai indeks di atas rata- rata adalah DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Bali. DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Banten meskipun berada di Jawa namun nilai FPL nya masih berada dibawah 134 Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 rata-rata. Propinsi-propinsi lain di luar Pulau Jawa juga masih memiliki indeks di bawah rata-rata. Propinsi-propinsi di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua juga menunjukkan indeks FPL yang kecil kecuali untuk Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan yang mencapai lebih dari 2,3. Sementara nilai rata-rata indeks FPP untuk penggunaan Frekuensi AM di seluruh propinsi di Indonesia adalah sebesar 1,03 yang berarti terdapat 1,03 pengguna untuk setiap 1.000.000 penduduk propinsi. Nilai rata-rata FPP pada tahun 2013 ini sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 1,1 yang disebabkan meningkatnya jumlah penduduk lebih tinggi daripada peningkatan intensitas penggunaan frekuensi AM. Dengan acuan ini, maka hanya propinsi-propinsi di Sumatera dan sebagian kecil di wilayah lain yang melebihi rata-rata indeks FPP. Di wilayah Sumatera hanya Riau, Kepulauan Riau dan Bangka Belitung yang memiliki indeks FPP dibawah rata-rata. Namun di Pulau Jawa, hanya Propinsi Jawa Tengah yang berada di atas rata-rata indeks FPP. Adapun di Indonesia Tengah- Timur, propinsi yang berada di atas rata-rata indeks FPP adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. Bali juga menjadi propinsi yang memiliki nilai FPP yang diatas rata-rata. Berdasarkan nilai indeks FPP ini dapat dilihat bahwa masih ada potensi untuk penggunaan frekuensi radio AM di propinsi-propinsi dengan jumlah penduduk yang cukup besar di Pulau Jawa. Gambar 6.11B. Indeks Penggunaan Per Luas Wilayah FPL dan Indeks Penggunaan Per Jumlah Penduduk FPP untuk Frekuensi AM per Propinsi Untuk DKI Jakarta, Indeks FPL dalam grafik di atas dikalikan dengan 10, untuk memperjelas skala bagi propinsi-propinsi lainnya 135 Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 Gambar 6.12A. Jumlah Penggunaan Frekuensi FM di setiap Propinsi

6.4.2. FREKUENSI RADIO FM

Pola distribusi penggunaan frekuensi FM menunjukkan pola yang sama dengan distribusi penggunaan frekuensi AM. Daerah-daerah dengan intensitas penggunaan frekuensi FM yang besar adalah daerah dengan wilayah yang cukup luas dan memiliki wilayah administratif kabupatenkota yang banyak yang menjadi ciri pemisahan penduduk secara administratif. Daerah dengan intensitas penggunaan frekuensi FM yang tinggi tersebut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Utara. Bahkan untuk wilayah di Jawa yang memiliki wilayah administratif yang banyak tersebut, penggunaan frekuensi FM mencapai lebih dari 100. Penggunaan frekuensi FM yang paling tinggi terdapat di Jawa Tengah sebanyak 231 penggunaan, diikuti oleh Jawa Barat sebanyak 207 penggunaan dan Jawa Timur sebanyak 171 penggunaan. Sementara di luar Jawa penggunaan frekuensi FM yang tinggi terdapat di Sumatera Utara sebanyak 108 penggunaan. Penggunaan frekuensi di daerah-daerah dengan intensitas penggunaan tinggi tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup besar dibanding tahun sebelumnya. Bahkan untuk Jawa Tengah dan Jawa Barat sudah mencapai lebih dari 200. Penggunaan frekuensi FM di wilayah Tengah dan Timur Indonesia yang cukup tinggi terdapat di Kalimantan Timur sebanyak 63 penggunaan, Bali sebanyak 58 penggunaan dan NTT sebanyak 57 penggunaan yang bahkan melebihi penggunan frekuensi FM di DKI Jakarta. Penggunaan frekuensi FM yang tinggi juga terdapat di Sumatera seperti Aceh sebanyak 57 penggunaan dan Lampung sebanyak 60 penggunaan yang juga lebih tinggi dari penggunaan di Jakarta dan DI Yogyakarta. Penggunaan frekuensi FM di Jakarta hanya sebesar 42 penggunaan meskipun memiliki dinamika sosial- ekonomi tinggi sebagai pusat bisnis, pemerintahan dan hiburan. Hal ini terkait dengan alokasi yang tersedia di Jakarta karena wilayah yang tidak luas.