SERTIFIKASI KECAKAPAN OPERATOR RADIO SKOR
163
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013
sebagian besar UPT mendapatkan temuan frekuensi termonitor lebih dari 1.000. Beberapa UPT lain dengan jumlah temuan termonitor mencapai lebih dari 3.000
adalah UPT Jambi, UPT Mataram, UPT Palangkaraya, UPT Makassar dan UPT Palu. Sementara untuk beberapa UPT yang besar seperti UPT Bandung, UPT DKI Jakarta
dan UPT D.I. Yogyakarta justru hanya mendapatkan sedikit penggunaan atau ganguan yang termonitor yaitu hanya di sekitaran 1.000 penggunaan frekuensi
yang termonitor. Bahkan untuk UPT Surabaya, UPT Banten dan UPT Denpasar hanya mendapatkan kurang dari 1.000 temuan termonitor.
Tabel 7.1 : Rekapitulasi Hasil Monitoring oleh masing-masing UPT Tahun 2013
No Wilayah Penertiban
Monitoring Ter-
Monitor Ter-
Identifikasi Legal
Ilegal Kadaluarsa Tidak
Sesuai Monitoring
Lanjut
1 UPT Aceh
6.377 6.342 5.253
906 1
182 35
2 UPT Medan
2.814 2.810 2.331
147 2
330 4
3 UPT Pekanbaru
573 548
174 325
49 25
4 UPT Batam
2.118 1.621 1.278
224 10
109 497
5 UPT Jambi
3.177 3.143 2.242
335 56
510 34
6 UPT Padang
894 877
660 60
1 156
17 7
UPT Palembang 2.722
2.600 1.353 594
34 619
122 8
UPT Bengkulu 625
396 358
36 2
229 9
UPT Babel 1.237
1.229 1.110 113
6 8
10 UPT Lampung
2.617 2.542 1.972
332 37
201 75
11 UPT
Banten 702 167
132 5
0 30 535 12
UPT Jakarta 1.027
1.025 600
208 25
192 2
13 UPT Bandung
1.569 1.533
476 998
59 36
14 UPT Semarang
15.331 15.331 12.728 1.829
367 407
15 UPT Yogyakarta
1.398 1.124 1.018
99 1
6 274
16 UPT
Surabaya 999 618
167 428
0 23 381 17
UPT Denpasar 568
568 245
274 37
12 18
UPT Mataram 4.473
4.436 3.587 561
88 200
37 19
UPT Kupang 1.748
1.440 1.152 209
16 63
308 20
UPT Banjarmasin
1.499 870 766
44 11 49 629
21 UPT Pontianak
1.398 1.394
646 392
356 4
22 UPT Palangkaraya
3.420 3.416 2.840
511 4
61 4
23 UPT Balikpapan
1.811 1.768
866 294
12 596
43
164
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013
No Wilayah Penertiban
Monitoring Ter-
Monitor Ter-
Identifikasi Legal
Ilegal Kadaluarsa Tidak
Sesuai Monitoring
Lanjut
24 UPT Samarinda
1.305 1.275
508 713
8 46
30 25
UPT Makasar 3.657
3.578 3.360 197
19 2
79 26
UPT Kendari 1.825
1.823 1.575 100
22 126
2 27
UPT Mamuju 822
822 670
149 3
28 UPT Palu
4.374 4.374 2.760 1.376
66 198
29 UPT Manado
2.756 2.420 2.288
98 34
336 30
UPT Gorontalo 2.704
2.570 992
739 839
134 31
UPT Ternate 1.014
950 667
82 58
143 64
32 UPT Ambon
79 72
58 11
3 7
33 UPT Jayapura
1.217 1.180
836 290
1 53
37 34
UPT Merauke 448
443 397
46 5
35 UPT Manokwari
130 128
128 2
36 UPT Sorong
344 344
316 21
7 37
UPT Tahuna 101
101 40
61
TOTAL 79.873 75.878
56.549 12.807 876 5.672 3.995
Dari kegiatan yang termonitor tersebut, sebanyak 75.878 penggunaan frekuensi dapat teridentifikasi adanya penggunaan frekuensi atau sekitar 95 dari yang
termonitor. Proporsi yang teridentifikasi ini hampir sama dengan kondisi tahun 2012 meskipun jumlah yang termonitor pada tahun 2013 ini jauh lebih lebih
banyak dibanding tahun 2012. Beberapa UPT yang melakukan kegiatan monitoring menunjukkan proporsi tingkat teridentfikasi yang mencapai 100 seperti di UPT
Semarang, UPT Denpasar, UPT Mamuju, UPT Palu, UPT Sorong dan UPT Tahuna. Sebagian UPT tersebut memang UPT yang baru dan jumlah penggunaan frekuensi
yang termonitor juga relatif sedikit. Hasil monitoring pada sebagian besar UPT menunjukkan proporsi teridentifikasi lebih dari 90. Namun beberapa UPT
menunjukkan hasil monitoring dimana proporsi yang teridentifiasi kurang dari 90 seperti UPT Manado, UPT Kupang, UPT Surabaya, UPT Yogyakarta, UPT Bengkulu,
UPT Batam, UPT Banjarmasin dan UPT Banten. Bahkan UPT Surabaya dan UPT Banten yang relatif besar dan berada di pulau Jawa, proporsi temuan monitoring
yang teridentifikasi relatif rendah yaitu hanya 61,9 dan 23,8.
Dari temuan kegiatan penggunaan frekuensi yang termonitor, sebesar 74,5 diantaranya merupakan penggunaan frekuensi yang legal. Proporsi penggunaan
frekuensi yang legal di tahun 2013 ini lebih rendah dari temuan frekuensi legal
165
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013
pada tahun 2012 yang mencapai 81,8. Penurunan ini disebabkan jumlah frekuensi teridentifikasi yang jauh lebih banyak ditahun 2013 ini dibanding tahun lalu. UPT yang
menunjukkan proporsi penggunaan frekuensi legal yang tinggi diatas 90 terdapat di Manokwari dengan prosentase sebesar 100, Manado dengan prosentase 94,5,
Makassar dengan prosentase 93,9 dan Sorong dengan prosentase 91,9. Proporsi penggunaan frekuensi legal yang tinggi terdapat di UPT Manado dan UPT Makassar
menjadi menarik mengingat jumlah penggunaan frekuensi yang teridentifikasi di kedua kota tersebut cukup besar. Sementara frekuensi teridentifikasi di UPT Merauke
dan UPT Sorong jauh lebih kecil. Proporsi penggunaan frekuensi teridentifikasi legal yang kecil terdapat di UPT Surabaya dengan prosentase 27, UPT Bandung dengan
prosentase 31,1, UPT Pekanbaru dengan prosentase 31,8, UPT Gorontalo dengan prosentase 38,6 dan UPT Tahuna dengan prosentase 39,6. Temuan penggunaan
frekuensi teridentifikasi legal dengan proporsi yang rendah UPT Surabaya dan UPT Bandung patut menadi perhatian karena kedua UPT tersebut tergolong UPT
besar dan penggunaan frekuensi yang termonitor juga tinggi. Apalagi di Surabaya, tingkat keteridentifikasian dari penggunaan frekuensi yang termonitor juga rendah.
Sementara UPT Semarang dan UPT Aceh yang memiliki jumlah penggunaan frekuensi teridentifikasi yang cukup besar, memiliki penggunaan frekeuensi teridentifikasi
legal dengan proporsi yang tinggi yaitu 83 dan 82,8.
Dari total penggunaan frekuensi teridentifikasi, proporsi penggunaan frekuensi teridentifikasi ilegal mencapai 16,9 dan penggunaan frekuensi teridentifikasi yang
tidak sesuai mencapai 7,5. Poroporsi penggunaan frekuensi teridentifikasi ilegal ini sedikit menurun dibanding tahun 2012 yang mencapai 17,2. Proporsi penggunaan
frekuensi teridentifikasi ilegal yang besar terdapat di UPT Pekanbaru 59,3, UPT Bandung 65,1, UPT Surabaya 69,3 dan UPT Tahuna 60,4. Sementara proporsi
penggunaan frekuensi teridentifikasi ilegal yang rendah terdapat di UPT Banten 3, UPT Manado 4, UPT Kendari dan UPT Makassar yang masing-masing sebesar
5,5. Proporsi penggunaan frekuensi teridentifikasi yang tidak sesuai yang tinggi terdapat di UPT Balikpapan 33,7, UPT Gorontalo 32,6 dan UPT Pontianak 25,5
serta UPT Palembang 23,8.
Jika dilihat dari jenis dinasservice yang termonitor, jenis Dinas Tetap, Dinas Bergerak Darat dan Dinas Siaran menjadi jenis dinas yang paling banyak termonitor
dari hasil monitoring yang dilakukan selama tahun 2013. Sebanyak 59.366 jenis frekuensi Dinas Tetap, 16.924 jenis Dinas Bergerak Darat dan 10.692 jenis Dinas
Siaran yang termonitor dalam monitoring yang dilakukan. Proporsi terbesar untuk jenis Dinas Tetap dan Dinas Bergerak Darat adalah yang termonitor di semester
2 dengan proporsi masing-masing 58,4 dan 64,1. Sementara untuk jenis Dinas Siaran, lebih banyak yang termonitor dari hasil monitoring di semester 1 karena
proporsi hasil monitoring di semester 2 hanya 45,5.
166
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013
Dinas Subservice
Ter- Monitor
Ter- Identifikasi
Monitoring Legal
Ilegal Kadaluarsa Tidak
Sesuai Monitoring
Lanjut Bergerak
Marabahaya 79
71 63
6 2
8
Maritim Navigasi Maritim
408 99
17 82
309 Sts Radio Maritim
380 354
228 77
13 36
26
Penerbangan Navigasi
Penerbangan 1.021
863 641
174 48
158 Stasiun Radio
Penebangan 507
502 439
63 5
Siaran Radio MFAM
52 52
25 27
Radio HFAM 843
744 614
54 1
75 99
Radio VHFFM 6.922
6.315 4.563
1.500 22
229 607
TV Satelit 51
51 51
TV VHF 80
78 60
12 6
2 TV UHF
2.744 2.493
2.058 264
4 167
251
Bergerak Darat
Komrad HF 647
640 453
49 138
7 Komrad VHF
4.185 3.802
2.398 1.366
20 103
385 Komrad UHF
1.355 1.209
1.003 158
1 47
146 CDMA
382 345
298 40
7 37
GSM 8.507
7.709 6.712
1.039 43
9 797
DCS 578
556 553
3 22
3G 1.270
1.078 1.063
15 192
Amatir Amatir HF
197 177
134 31
12 20
Amatir VHF 2.490
1.623 1.033
343 89
154 871
Amatir UHF 286
135 117
10 7
1 151
Tetap BWA
724 723
609 68
46 1
Microwave Link 58.561
57.523 41.056 10.229
756 5.334
1.033 STL
81 81
23 51
7 Ground to Air
843 349
245 90
1 13
494
Jumlah 93.193
87.572 64.456 15.669 957
6.516 5.621
Tabel 7.2 : Hasil monitoring frekuensi berdasarkan dinasservice Tahun 2013
Diantara dinas yang termonitor dan teridentifikasi selama tahun 2013, tingkat kepatuhan yang dicerminkan oleh proporsi jumlah penggunaan frekuensi yang
teridentifikasi legal paling tinggi adalah untuk jenis Dinas Bergerak dan Dinas Bergerak Darat. Proporsi penggunaan frekuensi teridentifikasi legal untuk jenis dinas
bergerak Marabahaya mencapai 88,7 dari 71 yang teridentifikasi dan untuk jenis dinas bergerak darat mencapai 81,4 dari 15.339 yang teridentifikasi. Tingginya tingkat
kepatuhan untuk dinas bergerak darat ini terutama berasal dari tingkat kepatuhan untuk jenis subservice DCS yang mencapai 99,5 dan 3G yang mencapai 98,6.
167
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 Tabel 7.3 : Hasil monitoring frekuensi berdasarkan pita Tahun 2013
Tingkat kepatuhan dari penggunaan frekuensi paling rendah terdapat untuk jenis Dinas Bergerak Maritim dan jenis Dinas Amatir. Dari 453 yang teridentifikasi dari hasil
monitoring untuk jenis Dinas Bergerak Maritim, hanya 54,1 yang legal dan sisanya adalah penggunaan frekuensi yang ilegal dan tidak sesuai. Sementara untuk jenis
Dinas Amatir, dari 1.935 frekuensi yang teridentifikasi, hanya 66,4 yang legal. Untuk jenis Dinas Amatir, tingkat kepatuhan ini lebih tinggi dibanding tahun 2012 yang hanya
mencapai 18,5.
Hasil monitoring penggunaan frekuensi menurut pita frekuensi menunjukkan bahwa pita frekuensi yang paling banyak termonitor dan teridentifikasi adalah pita SHF yang
berada pada spektrum frekuensi 3 GHz sampai 30 GHz yang jumlahnya jauh lebih banyak dibanding jenis pita lain yaitu sebesar 59.234, jenis pita terbanyak berikutnya
yang termonitor adalah pada pita UHF sebesar 16.018 dan pita VHF sebesar 15.341. Dari pita frekuensi yang termonitor ini, sebesar 94 teridentifikasi adanya penggunaan
frekuensi tersebut. Proporsi frekuensi yang teridentifkasi ini sedikit lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 95,1. Adapun pita frekuensi SHF yang paling banyak
termonitor, sekitar 98,3-nya dapat teridentifikasi.
Namun jika dilihat dari sisi kepatuhan terhadap legalitas penggunaan frekuensi, tingkat kepatuhan dicerminkan oleh proporsi penggunaan yang legal dari yang teridentifikasi
tertinggi terdapat pada penggunaan pita frekuensi LF dan UHF yang mencapai 100 dan 86,9. Secara total untuk semua jenis frekuensi, dari 87.572 yang teridentifikasi,
73,6 diantaranya berstatus legal. Sedangkan untuk penggunaan pita frekuensi yang paling banyak termonitor yaitu frekuensi SHF, tingkat kepatuhannya tidak terlalu
tinggi yaitu hanya 71,5. Tingkat kepatuhan hasil monitoring untuk frekuensi SHF ini lebih rendah dibanding tahun 2012 yang mencapai 80,8. Meskipun bukan merupakan
jenis pita yang paling banyak termonitor, namun jenis pita VHF menjadi yang paling banyak dilakukan monitoring lanjutan. Hal ini sejalan dengan tingkat kepatuhan dari
hasil monitoring frekuensi VHF ini yang hanya mencapai 69,8.
No Pita Frekuensi
Hasil Monitoring Ter-
Monitor Ter-
Identifikasi Legal
Ilegal Tidak
Sesuai Monitoring
Lanjut
1. LF-MF 30-3000 KHz
67 64
35 27
2 2.
HF 3-30 MHz 2.533
2.114 1.469
258 9
378 3.
VHF 30-300 MHz 16.018
13.460 9.398
3.509 137
498 4.
UHF 300-3000 MHz 15.341
13.735 11.929
1.595 55
250 5.
SHF 3 – 30 GHz 59.234
58.199 41.625
10.280 756
5.388 6.
EHF 30-300 GHz
TOTAL 93.193
87.572 64.456
15.669 957
6.516
168
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013
Sementara dari jenis frekuensi berdasarkan Dinas Komunikasi Radio berdasarkan PM Kominfo 29 Tahun 2009 tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio
Indonesia dan perubahan-perubahannya, jenis frekuensi yang paling banyak termonitor dan teridentifikasi adalah jenis Dinas Tetap. Jenis pita frekuensi Dinas
bergerak Darat dan Dinas Siaran meskipun juga cukup besar yang teridentifikasi dan termonitor, namun tidak sebesar jenis Dinas Tetap. Dari total 59.815 pita frekuensi
Dinas Tetap yang termonitor di tahun 2013, 98,4 diantaranya teridentifikasi. Jenis pita frekuensi yang hanya sedikit tingkat teridentifikasinya adalah untuk jenis Dinas
Bergerak Maritim dan Dinas Bergerak Penerbangan yang masing-masing hanya 59,1 dan 73. Namun proporsi jenis Dinas Maritim yang teridentifikasi sudah jauh
lebih tinggi dibanding tahun 2012 yang hanya mencapai 30,1.
Meskipun jumlah yang teridentifikasi untuk jenis Dinas Tetap adalah yang paling besar, namun tingkat kepatuhan jenis Dinas Tetap ini cukup tinggi dimana sebesar
71,1 penggunaannya teridentifikasi sebaga penggunaan frekuensi yang legal. Tingkat kepatuhan ini untuk jenis Dinas Tetap ini lebih tinggi dari tahun sebelumnya
yang baru mencapai 65,5. Tingkat kepatuhan yang tinggi lainnya adalah penggunaan frekuensi untuk Dinas Satelit yang mencapai 100, namun dengan
jumlah teridentifikasi hanya 51. Proporsi penggunaan frekuensi yang legal dengan jumlah teridentifikasi yang cukup besar adalah untuk jenis Dinas Bergerak Darat
dengan tingkat kepatuhan mencapai 79,6 dan Dinas Siaran sebesar 75,7. Tingkat kepatuhan untuk kedua jenis dinas ini juga meningkat dibanding tahun sebelumnya,
meskipun jumlah yang penggunaan yang termonitor dan teridentifikasi juga meningkat tajam. Tingkat kepatuhan yang rendah ditunjukkan pada penggunaan
jenis frekuensi pada Dinas Bergerak Maritim. Meskipun jumlah yang termonitor dan teridentifikasi tidak besar, namun dari penggunaan frekuensi Dinas Bergerak Maritim
yang teridentifikasi, hanya 55,4 yang merupakan penggunaan legal. Sejalan dengan itu, penggunaan frekuensi yang tidak sesuai untuk jenis Dinas Bergerak Maritim
ini juga tinggi yaitu mencapai 24,3 dan sekitar 69,2 membutuhkan monitoring lanjutan. Namun tingkat kepatuhan untuk Dinas Bergerak Maritim ini sudah jauh
lebih baik dibanding tahun lalu dimana tingkat kepatuhannya hanya 19,4.
Temuan monitoring penggunaan frekuensi dengan izin yang memerlukan adanya monitoring lanjutan jumlahnya tidak selalu linierproporsional dengan jumlah
penggunaan yang teridentifikasi untuk masing-masing jenis dinas. Jenis dinas yang memerlukan monitoring lanjutan paling besar adalah untuk jenis Dinas Bergerak
Darat yang jumlah termonitor dan teridentifikasinya lebih kecil dibandingkan dengan Dinas Tetap. Proporsi penggunaan yang memerlukan monitoring lanjutan
untuk jenis Dinas Bergerak Darat juga jauh lebih besar daripada jenis Dinas Tetap. Meskipun jumlah penggunaan yang termonitor dan teridentifikasi untuk setiap
jenis dinas memiliki variasi yang tinggi, namun jumlah monitoring lanjutan yang dibutuhkan tidak terlalu bervariasi. Jenis Dinas Bergerak Maritim meskipun jumlah
yang termonitor dan teridentifikasinya tidak terlalu besar, namun jumlah monitoring yang dibutuhkan cukup besar sehingga proporsinya mencapai 69,2. Karena tingkat
169
Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013
kepatuhan penggunaan frekuensi yang masih belum tinggi, seluruh jenis Dinas kecuali Satelit memerlukan monitoring lanjutan dengan jumlah yang bervariasi
untuk masing-masing pita frekuensi.
No Pita Frekuensi
Monitoring Monitoring
Lanjut Ter-
Monitor Ter-
Identifikasi Legal
Ilegal Kadaluarsa Tidak
Sesuai
1 Bergerak
1.515 1.378
1.074 295
3 89
139 2
Bergerak Maritim 819
484 268
85 13
118 335
3 Bergerak Penerbangan
2.282 1.666
1.277 327
1 61
616 4
Bergerak Darat 16.279
14.114 11.230 2.552
70 356
2.190 5
Tetap 59.815
58.838 42.180 10.366 756
5.388 1.041
6 Siaran
10.661 9.702
7.340 1.857
27 477
959 7
Amatir 1.771
1.339 1.036
187 87
27 341
8 Satelit
51 51
51
TOTAL 93.193
87.572 64.456 15.669 957
6.516 5.621
Tabel 7.4 : Hasil monitoring frekuensi berdasarkan Dinas Komunikasi Radio