PENGELOLAAN SUMBER DAYA ORBIT SATELIT YANG TERBAGI MENJADI:

61 Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 istilah yang lebih umum yaitu Layanan Pita Lebar Nirkabel wireless broadband. Mengingat istilah BWA sudah umum digunakan, maka dalam tulisan ini tetap menggunakan istilah BWA dengan pengertian layanan pita lebar nirkabel yang tidak terbatas hanya untuk keperluan akses namun juga untuk keperluan backbone dan backhaul. Pengecualian diberlakukan untuk pita frekuensi radio 2,4 GHz 2400 – 2483,5 MHz yang hanya diperbolehkan peruntukkannya sebagai jalur komunikasi akses, bukan untuk backbone danatau backhaul. Layanan BWA terkait erat dengan high speed internet access. Adapun definisi kecepatan komunikasi BWA bervariasi mulai 200 kbps hingga 100 Mbps. Saat ini Pemerintah telah menetapkan batas kecepatan transmisi minimum layanan BWA melalui Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 7 Tahun 2009 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Pita Lebar Nirkabel wireless broadband yaitu sebesar 256 kbps. Namun seiring dengan tuntutan teknologi, batas kecepatan tersebut terus dikaji untuk dapat ditingkatkan. Tujuan utama dari kebijakan Pemerintah dalam rangka penyelenggaraan telekomunikasi untuk layanan pita lebar nirkabel adalah: a. Menambah alternatif dalam upaya mengejar ketertinggalan teledensitas ICT dan penyebaran layanan secara merata ke seluruh wilayah Indonesiadalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. b. Mendorong ketersediaan tarif akses Internet yang terjangkau murah di Indonesia. c. Membuka peluang bangkitnya industri manufaktur, aplikasi dan konten dalam negeri. d. Mendorong optimalisasi dan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio. Alokasi spektrum frekuensi radio untuk Broadband Wireless Access BWA, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: a. Perencanaan pita frekuensi radio yang ditentukan berdasarkan peraturan radio internasional oleh sidang ITU sebagai identifikasi untuk sistem IMT International Mobile Telecommunication, dan b. Perencanaan pita frekuensi radio yang ditetapkan melalui standar IEEE maupun pita frekuensi radio yang non standar proprietary, yang belum ditetapkan sebagai standar ITU. Infrastruktur jaringan akses terutama yang dikategorikan BWA di Indonesia mendapatkan penetapan pada beberapa pita frekuensi radio: a. Eksklusif, yaitu pada pita frekuensi radio 300 MHz 287 – 294 MHz, 310 – 324 MHz, 1,5 GHz 1428 – 1452 MHz dan 1498 – 1522 MHz, 2 GHz 2053 – 2083 MHz, 2,3 GHz 2300 – 2400 MHz, 2,52,6 GHz 2500 – 2520 MHz dan 2670 – 2690 MHz, 3,3 GHz 3300 – 3400 MHz, dan 10,5 GHz 10150 – 10300 MHz dan 10500 – 10650 MHz, 62 Data Statistik Ditjen SDPPI Semester 2 Tahun 2013 b. Non-eksklusif adalah pada pita frekuensi radio 2,4 GHz dan 5,8 GHz. Dalam Peraturan Menkominfo Nomor: 07PERM.KOMINFO012009 tentang Penataan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel wireless broadband telah ditetapkan bahwa izin penggunaan pita frekuensi radio 300 MHz, 1,5 GHz, 2 GHz, 2,3 GHz, 3,3 GHz dan 10,5 GHz yang sebelumnya berdasarkan Izin Stasiun Radio ISR secara bertahap akan berubah menjadi Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio IPSFR. Sedangkan untuk pita frekuensi radio 2,4 GHz dan 5,8 GHz, izin penggunaan pita frekuensi radionya berdasarkan izin kelas. Selanjutnya akan dibahas mengenai perkembangan kebijakan pemerintah dan implementasinya dalam pengaturan BWA pada pita frekuensi radio 2 GHz, 2,3 GHz, 2,4 GHz, 3,3 GHz, dan 5,8 GHz.

5.2.3.1. BWA 2 GHz 2053 – 2083 MHz

Dasar hukum terkait dengan penggunaan pita frekuensi radio BWA 2 GHz ini adalah sebagai berikut: 1 PM Kominfo Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penetapan Pita Frekuensi Radio Untuk Keperluan Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband Pada Pita Frekuensi Radio 2 GHz, dan 2 KM Kominfo Nomor 186 Tahun 2009 tentang Penetapan Blok Pita Frekuensi Radio dan Zona Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband Pada Pita Frekuensi Radio 2 GHz Kepada Pengguna Pita Frekuensi Radio 2 GHz Eksisting Untuk Layanan Pita Lebar Nirkabel Wireless Broadband. Penetapan penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched operator sebagai pengguna pita frekuensi radio BWA 2 GHz, sebagaimana disebutkan pada KM Kominfo Nomor 186 Tahun 2009, terbagi dalam beberapa Zona dan blok frekuensi. Blok layanan dibagi menjadi 15 Zona yang berbasis region daerah dimana wilayah Sumatera terdiri dari 3 zona layanan utara, tengah, selatan, Jawa terdiri dari 4 zona layanan Banten+Jabodetabek, Jawa Barat minus Jabodetabek, Jawa bagian tengah dan Jawa bagian timur, Bali+Nusa Tenggara satu zona, papua satu zona, Maluku dan Maluku Utara satu zona, Sulawesi terdiri dari 2 zona utara dan selatan, Kalimantan terdiri dari 2 zona barat dan timur dan kepulauan Riau satu zona tersendiri. Sedangkan Blok frekuensi BWA 2 GHz ini dibagi menjadi enam blok frekuensi yaitu 1 Blok frekuensi 1 2053-2058 MHz, 2 Blok frekuensi 2 2058-2063 MHz, 3 Blok frekuensi 3 2063-2068 MHz, 4 Blok frekuensi 4 2068-2073 MHz, 5 Blok frekuensi 5 2073-2078 MHz, dan 6 Blok frekuensi 6 2078-2083 MHz . Dari blok frekuensi dan zona layanan tersebut, penetapan pengguna pita frekuensi radio BWA 2 GHz ini baru dilakukan untuk blok frekuensi 1, 2 dan