20
5 Seek trusting relationship Mencari hubungan yang dapat
dipercaya Grotberg 1995: 18 menyatakan bahwa seorang individu dapat
menemukan seseorang untuk dimintai pertolongan, serta berbagi perasaan dan perhatian. Pihak-pihak tersebut di antaranya yaitu
orang tua, guru, orang dewasa lain, atau teman sebaya. Menurut Grotberg 1995: 11 seseorang yang memiliki resiliensi baik
tidak perlu memiliki kesemua ciri yang telah disebutkan di atas, namun memiliki satu ciri pun tidak cukup. Resiliensi itu terwujud dari kombinasi
ketiga ciri, yaitu I have, I am, dan I can. Seorang individu belum dapat dikatakan resilien apabila terdapat satu ciri resiliensi yang belum dimiliki.
3. Interaksi antara faktor I Have, I Am, I can
Resiliensi merupakan hasil kombinasi dari faktor-faktor I Have, I Am, dan I Can. Desmita 2014: 205 untuk menjadi seseorang yang resilien,
tidak cukup hanya memiliki satu karakteristikfaktor saja, melainkan harus ditopang oleh karakteristik-karakteristikfaktor-faktor lain. Oleh karena itu,
untuk menumbuhkan resiliensi individu, ketiga karakteristikfaktor tersebut sangat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan sosial, termasuk rumah,
sekolah dan masyarakat. Terdapat lima faktor yang sangat menentukan kualitas interaksi dari I Have, I Am, dan I Can yaitu :
a. Trust Kepercayaan
Grotberg 1999: 13 menyatakan kepercayaan merupakan tahap pertama pada tahap perkembangan individu dan juga merupakan pondasi
21
awal guna membangun resiliensi. Kepercayaan merupakan dasar dari resiliensi. Kepercayaan merupakan suatu sifat yang menunjukkan bahwa
individu dapat percaya dengan orang lain, menunjukkan percaya terhadap diri sendiri, kempuannya, tindakannya, dan masa depannya. Kepercayaan
berhubungan dengan perasaan yang dimiliki terhadap orang-orang yang dipercaya, terutama perasaan cinta tetapi juga perasaan nyaman, aman,
dan sejahtera Grotberg, 1999: 13. Desmita 2014: 206 menyatakan bahwa apabila individu diasuh
dan dididik dengan perasaan penuh kasih sayang, dan kemudian mampu mengembangkan relasi yang berlandaskan kepercayaan I Have, maka
akan tumbuh pemahaman terhadap dirinya bahwa dicintai dan dipercaya I Am. Kondisi seperti ini pada gilirannya akan menjadi dasar bagi
individu ketika berkomunikasi dengan lingkungannya I Can.
b. Autonomy Otonomi
Grotberg 1999: 27 menyatakan otonomi merupakan pondasi kedua dari resiliensi, yang berkembang sektiar pada usia dua atau tiga
tahun. Otonomi kemandirian adalah kesadaran seorang individu bahwa dirinya merupakan pribadi yang terpisah dari orang lain.
Pemahaman bahwa dirinya juga merupakan sosok mandiri yang terpisah dan berbeda dari lingkungan sekitar, akan membentuk kekuatan-
kekuatan tertentu pada individu Desmita, 2011: 206. Kekuatan tersebut akan menentukan tindakan individu ketika menghadapi masalah. Oleh
karena itu, apabila individu berada di lingkungan yang memberikan kesempatan padanya untuk menumbuhkan otonomi dirinya I Have,
maka ia akan memiliki pemahaman bahwa dirinya adalah seseorang yang mandiri, independen I Am. Kondisi demikian pada akhirnya akan
22
menjadi dasar bagi dirinya untuk mampu memecahkan masalah dengan kekuatan dirinya sendiri I Can.
c. Initiative Inisiatif
Inisiatif merupakan faktor ketiga dari resiliensi yang berkembang pada usia empat atau lima tahun Grotberg, 1999: 41. Inisiatif berperan
dalam memengaruhi individu mengikuti berbagai macam aktivitas atau menjadi bagian dari suatu kelompok. Dengan inisiatif, individu
mengahdapi kenyataan bahwa dunia adalah lingkungan dari berbagai macam aktivitas, dimana individu dapat mengambil bagian untuk
berperan aktif dari setiap aktivitas yang ada. Ketika individu berada pada lingkungan yang memberikan
kesempatan mengikuti aktivitas I Have, maka individu akan memiliki sikap optimis serta bertanggung jawab I Am. Kondisi ini pada
gilirannya juga akan menumbuhkan perasaan mampu seseorang untuk mengemukakan ide-ide kreatif, menjadi pemimpin I Can.
d. Industry Industri
Industri berhubungan dengan pengembangan keterampilan- keterampilan berkaitan dengan aktivitas rumah, sekolah, dan sosialisasi
Grotberg, 1999: 55. Melalui penguasaan keterampilan-keterampilan tersebut, siswa akan mampu mencapai prestasi, baik di rumah, sekolah,
maupun di lingkungan sosial. Prestasi tersebut, akan menentukan penerimaan siswa di lingkungannya Grotberg, 1999: 55.
23
Apabila individu berada di lingkungan yang memberikan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan, baik di
rumah, sekolah maupun di lingkungan sosial I Have, maka seseorang akan mengembangkan perasan bangga terhadap prestasi-prestasi yang
telah dan akan dicapainya I Am. Kondisi ini pada akhirnya akan menumbuhkan perasaan mampu serta berupaya untuk memecahkan
setiap persoalan, atau mencapai prestasi sesuai dengan kebutuhannya I Can.
e. Identity Identitas
Identitas berkaitan dengan pengembangan pemahaman individu akan dirinya, baik kondisi fisik maupun psikologisnya Grotberg, 1999:
71. Identitas membantu seseorang mendefinisikan dirinya dan mempengaruhi self-image-nya. Identitas ini diperkuat melalui hubungan
dengan faktor-faktor resiliensi lainnya. Apablia seseorang memiliki lingkungan yang memberikan umpan
balik berdasarkan kasih sayang, penghargaan atas prestasi dan kemampuan yang dimilikinya I Have, maka seseorang akan menerima
keadaan dirinya dan orang lain I Am. Kondisi demikian akan menumbuhkan perasaan mampu untuk mengendalikan, mengarahkan dan
mengatur diri, serta menjadi dasar untuk menerima kritikan dari orang lain I Can.
24
Kelima faktor kepercayaan, otonomi, inisiatif, industri, dan identitas tersebut merupakan landasan utama bagi pengembangan resilensi
individu terutama dalam menghadapi situasi yang penuh stres.
4. Karakteristik Individu yang Resilien