49
aspek penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang resiliensi mahassiswa tunanetra tidak dari lahir.
D. Kerangka Pikir
Mata atau indera penglihatan merupakan salah satu indera yang penting bagi tubuh manusia. Pentingnya indera penglihatan bagi kehidupan membuat
setiap manusia menginginkan untuk memiliki mata yang normal dan dapat berfungsi dengan baik. Indera penglihatan atau mata dapat kehilangan
fungsinya atau tidak dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi indera penglihatan dapat terjadi dari lahir ataupun setelah lahir. Kehilangan fungsi
indera penglihatan akan memberikan dampak bagi individu yang mengalaminya. Jika seorang individu kehilangan fungsi indera penglihatannya
setelah lahir, hal tersebut akan mempengaruhi kesehariannya dan kehidupannya. Individu yang mengalami hal tersebut akan membutuhkan
penyesuaian diri dari yang tadinya bisa melihat menjadi tidak bisa melihat. Kondisi dimana individu pada awalnya dapat melihat kemudian menjadi
tidak bisa melihat merupakan suatu kondisi yang tidak mudah untuk dijalani. Seperti mahasiswa tunanetra tidak dari lahir sebagai individu yang
kehidupannya tidak lepas dari kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan. Mahasiswa tunanetra membutuhkan penyesuaian diri lebih ketika berada di
lingkungan barunya seperti kampus, kosan, dan lain sebagainya. Selain itu masih terdapat diskriminasi dari lingkungan sekitar terhadap mahasiswa
tunanetra. Mahasiswa tunanetra di tuntut untuk bisa beradaptasi di tengah keterbatasan yang dimilikinya. Maka dibutuhkan adanya resiliensi untuk
50
membantu individu beradaptasi, bertahan, mengatasi atau mengahadapi kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Mahasiswa tuanentra yang memiliki
resiliensi akan dapat merespon secara positif dan mengurangi dampak negatif dari permasalahan yang mungkin dialaminya.
Penelitian ini mendasarkan pada teori Grotberg yang meliputi tiga faktor pemebentuk resiliensi seseorang. Ketiga faktor tersebut di antaranya I Have, I
Am, dan I Can. I Have merupakan dukungan eksternal yang mengembangkan resiliensi. Individu yang memiliki keyakinan tentang I Have akan memiliki
hubungan yang penuh kepercayaan, mempunyai strustur dan aturan di rumah, mempunyai sosok panutan, memperoleh dukungan untuk mandiri dari orang di
sekitarnya, serta mendapatkan jaminan kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan serta keamanan dari orang di sekitarnya. Sebaliknya, apabila
individu tidak memiliki keyakinan tentang I Have maka akan merasa selalu sendirian dan tidak mempunyai dukungan dari orang di sekitarnya. Semakin
banyak I Have yang dimiliki individu, maka ia akan semakin resilien. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit I Have yang dimiliki maka individu
tersebut semakin tidak resilien. I Am merupakan perasan, sikap, dan keyakinan yang terdapat dalam diri
individu. Individu yang memiliki keyakinan tentang I Am, mereka mempunyai perasaan dicintai dan sikap yang menarik, penyayang, empati, dan peduli
terhadap sesama. Individu merasa bangga terhadap dirinya sendiri dan bangga terhadap apa yang telah dicapai. Individu mampu mandiri dalam mencari solusi
dan bertanggung jawab saat mendapatkan kesulitan. Individu juga dipenuhi
51
dengan harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Sebaliknya, apabila individu yang tidak memiliki keyakinan I Am maka akan menjadi pribadi yang putus
asa, acuh tak acuh, ketergantungan dengan orang lain dan tidak mampu bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan. Semakin banyak I Am yang
dimiliki individu, maka ia akan semakin resilien. Begitupun sebaliknya, semakin sedikit I Am yang dimiliki maka semakin tidak resilien individu
tersebut. I Can merupakan ketrampilan sosial dan interpersonal yang dimiliki
individu. Individu yang memiliki keyakinan tentang I Can mampu berkomunikasi dan memecahkan masalah yang dialaminya dengan baik,
mengatur perasaan dan impuls, mengukur tempramen diri sendiri dan orang lain. Selain itu, mereka juga mampu untuk mencari bantuan, berbagi perasaan
dan perhatian, dan mencari cara untuk memecahkan masalah pribadi dan interpersonal yang dialaminya. Sebaliknya, jika individu tidak memiliki
keyakinan tentang I Can maka ia akan menjadi pribadi yang tempramental, tidak dapat mengatur dirinya dalam bersikap, serta tidak merespon apa yang
terjadi di sekelilingnya dengan baik. Semakin banyak I Can yang dimiliki seseorang maka ia akan semakin resilien. Begitupun sebaliknya, semakin
sedikit I Can yang dimiliki seseorang maka ia semakin tidak resilien. Setiap individu memiliki resiliensi yang berbeda dalam menanggapi
masalah yang dialaminya. Resiliensi dapat terlihat dengan jelas apabila seseorang berada pada tantangan atau masalah. Semakin seseorang berhadapan
dengan banyak tantangan dan hambatan, maka akan semakin terlihat apakah ia
52
telah berhasil mengembangkan karakteristik resiliensi dalam dirinya atau tidak. Seperti yang terjadi pada mahasiswa tunanetra tidak dari lahir apabila ia bisa
menyesuaikan diri dan beradaptasi ditengah keterbatasan yang dimiliki dengan baik terhadap permasalahan yang dihadapinnya maka ia memiliki resiliensi.
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
E. Pertanyaan Penelitian