164
Warak Ngendog
Informasi dan pesan Masyarakat muslim
ulama dan umara tentang Puasa Ramadhan
Gambar 47 Hubungan antarunsur pemaknaan Warak Ngendog
5.1.5. Analisis Semantik; Bentuk Warak Ngendog
Empat bentuk dasar Warak Ngendog terdiri dari 1 kepala yang menakutkan, 2 bentuk bulu yang menyolok dan membalik, 3 tubuh yang dapat
dipanggul dan dinaiki, serta 4 adanya ”telur.” Kepala binatang yang menakutkan dengan mulut menganga dan deretan
gigi tajam menampakkan sikap kebinatangan yang ganas dan rakus. Hal ini dimaknai sebagai simbol hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kendaraan setan untuk
menjerumuskan manusia pada kemaksiatan. Bila tak terkendali maka rusaklah manusia dan kehidupan ini.
Dari bagian kepala pemaknaan mengalir pada bulu yang berwarna mencolok dan tersusun terbalik. Bulu diartikan sebagai perilaku manusia di
berbagai bidang yang tak terhitung jumlahnya. Warna mencolok artinya manusia diminta untuk memperhatikan. Sedangkan susunan bulu yang terbalik artinya
manusia diminta untuk membalik perilaku, khususnya perilaku-perilaku maksiat
165
yang sering dilakukan dibalik atau diganti dengan perilaku baru yang terpuji sesuai ajaran agama dan tauladan nabi.
Warak adalah ”binatang” yang dapat dipanggul dan dinaiki. ”Binatang” warak sebagai simbol hawa nafsu dapat diletakkan di mana saja, diangkat, diajak
berjalan, melompat, berbelok, dan dikendarai. Dia bukan sesuatu yang dapat bebas bergerak menguasai sekitarnya. Warak yang dapat dipanggul dan dinaiki
manusia artinya hawa nafsu itu seharusnya dapat dikendalikan, diarahkan, dan diatasi oleh hakekat manusia sebagai hamba Allah yang mempunyai iman dan
taqwa. Endhog atau ”telur” warak adalah sesuatu yang sangat berharga dan
diharapkan banyak orang. ”Telur” warak diartikan sebagai buah, hasil, kenikmatan atau pahala bagi siapa saja yang mampu mengendalikan dan mengalahkan hawa
nafsu, serta mengubah perilaku dari perilaku-perilaku yang jelek menjadi perilaku- perilaku yang terpuji. Ibadah-ibadah agama, salah satunya adalah amalan-amalan
selama bulan Ramadhan dapat dijadikan sarana untuk mengendalikan nafsu, mengubah perilaku, dan akhirnya meraih kemuliaan di dunia dan akhirat nanti.
5.1.6. Analisis Semantik; Penyajian Warak Ngendog