Karya Seni dalam Tradisi Ritual

31

1.5.4. Karya Seni dalam Tradisi Ritual

Telah disampaikan di muka bahwa kesenian sebagai ekspresi budaya merupakan pemenuhan kebutuhan estetis yang secara langsung dan tidak langsung terkait dengan kebutuhan serta unsur budaya yang lain dalam sebuah sistem yang integratif. Sebagai pedoman berkreasi kadang kesenian menghasilkan sebuah hasil karya yang bisa dianggap mandiri sebagai ekspresi estetis, namun di pihak lain sebuah hasil karya bisa jadi muncul karena terkait dengan unsur kebudayaan yang lain. Salah satu unsur yang banyak terkait adalah sistem religi masyarakat. Sedyawati, dkk 2002:13 mengatakan bahwa rata-rata karya seni tradisional diciptakan dan digunakan karena terkait dengan sistem religi masyarakat pendukungnya. Sistem religi itu terwujud dalam upacara-upacara atau ritual kepercayaan, entah itu animisme dinamisme atau agama ketuhanan. Karya seni di sini berperan sebagai media dalam ritual tersebut. Karya-karya yang dapat digolongkan sebagai karya estetik dapat difungsikan sebagai alat pemujaan, alat- alat pendukung upacara, dan media simbolis penyampaian nilai-nilai religius tertentu. Jadi secara integratif memang kesenian saling terkait dengan nilai dan aktivitas religi. lihat Koentjaraningrat, 1990:377 Kemudian terkait dengan ritual agama Islam, terdapat tiga hubungan antara bentuk-bentuk kesenian dengan agama Islam. Pertama adalah bentuk kesenian yang sudah ada sebelum Islam masuk, kemudian mengalami perubahan karena pengaruh Islam. Kedua adalah bentuk seni baru bermuatan Islam sepenuhnya yang tidak ada sebelumnya di Indonesia. Yang terakhir adalah karya–karya di luar keduanya yang diciptakan sebagai kombinasi keduanya atau 32 bisa jadi sebagai strategi adaptasi dalam interaksi sosialnya lihat Sedyawati, 2002:58. Ritual–ritual keagamaan yang menggunakan bentuk–bentuk karya seni ada yang dilakukan secara individual dan ada pula yang dilakukan secara massal dalam kelompok masyarakat tertentu. Salah satu contoh model ritual yang dilakukan secara massal adalah prosesi ritual Dugderan di komunitas masyarakat Semarang pada waktu menjelang Bulan Puasa yang di dalamnya menggunakan bentuk karya seni rupa Warak Ngendog. Warak Ngendog sebagai simbol utama ritual Dugderan penulis jadikan sebagai obyek kajian dalam penelitian ini.

1.5.5. Kajian Semiotika sebuah Karya Seni