71
kewajiban yang dimilki. Dengan begitu ketertiban dalam bermasyarakat akan tercipta dengan baik. Undang-undang No 14 tahun 1992 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan dibentuk dalam rangka meningkatkan ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas. Karena ketertiban lalu lintas sering disebut
sebagai cermin dari tingkat disiplin nasional. Bahkan ketertiban berlalu lintas juga kadang-kadang dianggap mencerminkan kebudayaan bangsa.
Untuk mewujudkannya tidak hanya peran polisi atau satuan lalu lintasnya saja. Akan tetapi peran serta masyarakat justru sangat penting di
dalamnya. Dalam wawancara penulis dengan Herry . H Sub. Bagian Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Kabupaten Pandeglang mengatakan ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya tertib berlalu lintas itu sendiri diantaranya adalah :
a. Faktor Manusia
Manusia adalah faktor penggerak dari segala faktor-faktor dibawahnya. Karena manusia adalah pemegang kunci utama sebagai
pelaksana dalam penegakan hukum dalam bidang lalu lintas. Tanpa manusia, pelaksanaan ketertiban dalam berlalu lintas tersebut tidak akan
berjalan. Menurut Hery .H Kepala Sub. Bagian Lalu lintas, seorang pengemudi yang mudah terpengaruh keadaannya sehari-hari dapat
menjadi pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran wawancara: Hery.H Sub bagian Lalu lintas Dishub Pandeglang, 17
Maret 2009.
72
Kesalahan manusia sangat dominan dalam melakukan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, bahkan kekacauan yang terjadi
pada lalu lintas di jalan raya, pada saat ini sering kali berakibat fatal. Dan nyawa seseorang melayang sia-sia karena kecerobohan manusia itu
sendiri. Kecerobohan pengemudi merupakan faktor utama terjadinya kecelakaan, pelanggaran dan kekacauan lalu lintas. Misalnya pengemudi
yang dalam keadaan tidak fit atau kelelahan memaksakan diri untuk mengemudi. Kejemuan dan cacat tubuh atau pengemudi yang sengaja
tidak menghiraukan etika berlalu lintas dan tidak memanfaatkan sarana dan prasarana lalu lintas dengan baik. Kegiatannya sehari-hari yang
bersifat majemuk dapat juga mempengaruhinya pada saat mengemudikan kendaraanya seperti ketika seorang pengemudi yang sedang dalam
kondisi emosi yang tidak stabil dan tidak bisa mengendalikan dirinya secara sadar dan tidak sadar ketidak stabilannya pada saat mengemudikan
kendaraannya dapat berakibat fatal di jalan raya apabila pengemudi tersebut kurang mengontrol keadaan dirinya. Dikatakan juga bahwa
ternyata tingkat pendidikan seorang pengemudi juga berpengaruh untuk menentukan apakah ia mampu untuk menjadi seorang pengemudi yang
baik atau tidak. Dalam hal ini jika seorang pengemudi memiliki riwayat pendidikan yang rendah maka kemampuan untuk bisa menjadi
pengemudi yang baik perlu untuk dipertanyakan, karena untuk menjadi pengemudi yang baik ia harus mampu untuk mengontrol dirinya agar
dalam kondisi yang stabil baik secara fisik maupun psikologinya.
73
Seorang pengemudi juga harus mampu menguasai keadaan jalan apabila ia sedang berada dalam keadaan darurat. Harus mampu menguasai
medan di jalan raya dan yang paling penting adalah seorang pengemudi harus mampu memahami pentingnya berlalu lintas yang baik.
Untuk memenuhi standar tersebut setidaknya seorang pengemudi yang baik harus memiliki taraf intelektual yang cukup. Usia seorang
pengemudi juga harus diperhitungkan karena hal tersebut juga berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk melihat dan secara
alamiah kemampuan seseorang jika umur semakin bertambah maka kemampuan rata-rata seseorang untuk beraktifitas juga akan menurun.
Banyak kasus kecelakaan yang terjadi akibat pengemudi yang dalam kondisi fisik tidak layak karena sakit atau mengantuk. Dan pengemudi
yang ceroboh atau sengaja tidak menghiraukan sopan santun di jalan raya pada akhirnya akan berakibat fatal.
b. Faktor Pembentukan Peraturan Perundang-undangan