Faktor Manusia Faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Pasal 12, 13 dan 15

71 kewajiban yang dimilki. Dengan begitu ketertiban dalam bermasyarakat akan tercipta dengan baik. Undang-undang No 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dibentuk dalam rangka meningkatkan ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas. Karena ketertiban lalu lintas sering disebut sebagai cermin dari tingkat disiplin nasional. Bahkan ketertiban berlalu lintas juga kadang-kadang dianggap mencerminkan kebudayaan bangsa. Untuk mewujudkannya tidak hanya peran polisi atau satuan lalu lintasnya saja. Akan tetapi peran serta masyarakat justru sangat penting di dalamnya. Dalam wawancara penulis dengan Herry . H Sub. Bagian Lalu Lintas, Dinas Perhubungan Kabupaten Pandeglang mengatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya tertib berlalu lintas itu sendiri diantaranya adalah :

a. Faktor Manusia

Manusia adalah faktor penggerak dari segala faktor-faktor dibawahnya. Karena manusia adalah pemegang kunci utama sebagai pelaksana dalam penegakan hukum dalam bidang lalu lintas. Tanpa manusia, pelaksanaan ketertiban dalam berlalu lintas tersebut tidak akan berjalan. Menurut Hery .H Kepala Sub. Bagian Lalu lintas, seorang pengemudi yang mudah terpengaruh keadaannya sehari-hari dapat menjadi pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas dan pelanggaran wawancara: Hery.H Sub bagian Lalu lintas Dishub Pandeglang, 17 Maret 2009. 72 Kesalahan manusia sangat dominan dalam melakukan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, bahkan kekacauan yang terjadi pada lalu lintas di jalan raya, pada saat ini sering kali berakibat fatal. Dan nyawa seseorang melayang sia-sia karena kecerobohan manusia itu sendiri. Kecerobohan pengemudi merupakan faktor utama terjadinya kecelakaan, pelanggaran dan kekacauan lalu lintas. Misalnya pengemudi yang dalam keadaan tidak fit atau kelelahan memaksakan diri untuk mengemudi. Kejemuan dan cacat tubuh atau pengemudi yang sengaja tidak menghiraukan etika berlalu lintas dan tidak memanfaatkan sarana dan prasarana lalu lintas dengan baik. Kegiatannya sehari-hari yang bersifat majemuk dapat juga mempengaruhinya pada saat mengemudikan kendaraanya seperti ketika seorang pengemudi yang sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil dan tidak bisa mengendalikan dirinya secara sadar dan tidak sadar ketidak stabilannya pada saat mengemudikan kendaraannya dapat berakibat fatal di jalan raya apabila pengemudi tersebut kurang mengontrol keadaan dirinya. Dikatakan juga bahwa ternyata tingkat pendidikan seorang pengemudi juga berpengaruh untuk menentukan apakah ia mampu untuk menjadi seorang pengemudi yang baik atau tidak. Dalam hal ini jika seorang pengemudi memiliki riwayat pendidikan yang rendah maka kemampuan untuk bisa menjadi pengemudi yang baik perlu untuk dipertanyakan, karena untuk menjadi pengemudi yang baik ia harus mampu untuk mengontrol dirinya agar dalam kondisi yang stabil baik secara fisik maupun psikologinya. 73 Seorang pengemudi juga harus mampu menguasai keadaan jalan apabila ia sedang berada dalam keadaan darurat. Harus mampu menguasai medan di jalan raya dan yang paling penting adalah seorang pengemudi harus mampu memahami pentingnya berlalu lintas yang baik. Untuk memenuhi standar tersebut setidaknya seorang pengemudi yang baik harus memiliki taraf intelektual yang cukup. Usia seorang pengemudi juga harus diperhitungkan karena hal tersebut juga berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk melihat dan secara alamiah kemampuan seseorang jika umur semakin bertambah maka kemampuan rata-rata seseorang untuk beraktifitas juga akan menurun. Banyak kasus kecelakaan yang terjadi akibat pengemudi yang dalam kondisi fisik tidak layak karena sakit atau mengantuk. Dan pengemudi yang ceroboh atau sengaja tidak menghiraukan sopan santun di jalan raya pada akhirnya akan berakibat fatal.

b. Faktor Pembentukan Peraturan Perundang-undangan