diperlukan sebagai bahan additive antara lain pada industri tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida, pestisida, pelindung kayu dan pencegah api
Aslan, 1998. Penggunaan alginat dalam berbagai industri adalah sebagai berikut:
a. Industri makanan:
Alginat dapat digunakan sebagai stabilisator pada produk coklat susu, serta produk susu lainnya, seperti yoghurt, susu asam, dan lain sebagainya
untuk membantu menstabilkan keutuhanbentuk body dari produk tersebut
Winarno, 1990.
Alginat banyak digunakan pada produk roti-kue karena sifatnya yang bagus dalam mencengkeram air water holding capacity sehingga produk
tersebut tidak cepat kering di udara dengan kelembaban rendah. Di samping itu, dengan penambahan alginat tekstur yang halus dapat dipertahankan. Dosis
yang digunakan sekitar 0,1-0,5 persen. Alginat tersebut dapat digunakan dalam berbagai produk kue dan roti seperti cake filling dan toppings, bakery jellies,
meringues, glazes, pie filling, dan lain sebagainya Winarno, 1990.
Sifat unik yang dimiliki propilen glikol alginat yaitu sebagai emulsifier dan bahan pengental yang sangat tepat diterapkan pada produk french dressing
bumbu salad. Dressing dengan algin dapat tahan lama dan tidak pecah bila disimpan pada suhu tinggi maupun suhu rendah. Propilen glikol alginat cepat
larut dalam air tanpa pemanasan dan sangat mudah bercampur dengan larutan asam. Dosis yang digunakan kira-kira 0,5 persen atau lebih rendah Winarno,
1990.
Universitas Sumatera Utara
Kombinasi alginat dengan garam kalsium atau asam digunakan untuk membuat candy gels permen agar-agar sehingga dapat dicapai tekstur empuk
sampai pada pengunyahannya chewing body gels. Candy permen tersebut bersifat bening dan tahan lama.Dengan algin permen memiliki retention
penyimpanan air yang bagus. Dosis yang digunakan sekitar 0,1-0,7 persen Winarno, 1990.
Alginat banyak digunakan untuk proses stabilisasi buih bir. Dalam produksi bir, bila ditambahkan propilen glikol alginat 40 sampai 80 ppm 1
mgliter, akan menghasilkan buih yang stabil, tahan lama, dan lebih creamer Winarno, 1990.
Pengalengan pangan yang mengandung cairan atau gravying, waktu pemrosesan pemanasan dikurangi dengan mengganti sebagian besar pati
dengan 0,3-0,8 persen alginat. Pelepasan kalsium dihambat sehingga memiliki viskositas cukup rendah untuk membiarkan proses berlangsung secara
pemanasan konveksi. Ketika suhu diturunkan setelah proses sterilisasi, ion kalsium bereaksi dengan algin sehingga menyebabkan viskositas meningkat
untuk mencapai nilai akhir Winarno, 1990.
b. Industri farmasi