Hasil Skrining Fitokimia Hasil Isolasi Natrium Alginat

senyawa yang bersifat polar dan non polar diantaranya senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, steroid triterpenoid, glikosida. Hasil pemeriksaan kadar sari yang larut dalam air lebih tinggi daripada kadar sari yang larut dalam etanol, hal ini disebabkan alga coklat mengandung karbohidrat yang cukup tinggi Atmadja, dkk., 1996. Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik dan kandungan mineral dalam simplisiayang biasanya terdiri dari natrium, kalsium, fosfor, magnesium. Kadar abu yang terkandung dalam suatu produk menunjukkan tingkat kemurnian produk tersebut. Tingkat kemurnian ini sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kandungan mineral. Hasil pemeriksaan kadar abu total yang diperoleh cukup tinggi, karena umumnya alga coklat mengandung mineral yang tinggi Sulistijo dan Rachmaniar, 1996.

4.2 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia simplisia rumput laut Turbinaria decurrens Bory, dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Skrining Fitokimia Simplisia talus Turbinaria decurrens Bory. No. Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan 1. Alkaloid - 2. Flavonoid - 3. Glikosida + 4. Glikosida sianogenik - 5. Glikosida antrakinon - 6. Saponin + 7. Tanin + 8. Triterpenoidsteroid + Universitas Sumatera Utara Keterangan: + = mengandung senyawa golongan. - = tidak mengandung senyawa golongan. Senyawa golongan alkaloid tidak terdapat di dalam simplisia talus Turbinaria decurrens Bory. Hal ini dilihat dengan tidak terbentuknya endapan berwarna putihputih kekuningan, coklathitam, dan merahjingga dengan penambahan masing-masing larutan pereaksi Mayer, Bouchardat, dan Dragendorff pada simplisia tersebut. Simplisia rumput laut juga mengandung senyawa golongan glikosida. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan air dan asam sulfat pekat. Senyawa golongan glikosida sianogenik tidak terdapat di dalam simplisia talus Turbinaria decurrens Bory. Hal ini dapat dilihat dengan tidak timbulnya warna merah pada kertas saring. Hasil skrining fitokimia juga memperlihatkan simplisia rumput laut tidak mengandung senyawa golongan glikosida antrakinon. Hal ini dibuktikan dengan tidak terbentuknya warna merah pada lapisan air. Simplisia talus Turbinaria decurrens Bory mengandung senyawa golongan saponin. Hal ini ditunjukkan dengan timbulnya busa yang stabil setinggi 2 cm selama sepuluh menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N. Selain itu, terdapat senyawa golongan tanin di dalam simplisia rumput laut. Hal ini ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau melalui penambahan pereaksi besi III klorida 1. Universitas Sumatera Utara Simplisia talus Turbinaria decurrens Bory juga mengandung senyawa golongan triterpenoidsteroid. Hal ini dapat dilihat dengan terbentuknya warna biru kehijauan melalui penambahan pereaksi Liebermann-Burchard.

4.3 Hasil Isolasi Natrium Alginat

Metoda ekstraksi yang digunakan adalah maserasi pada suhu diatas suhu kamar bertujuan untuk meningkatkan kelarutan senyawa yang akan diekstraksi dalam waktu relatif singkat Supomo, 2002. Pada tahap praekstraksi dilakukan perendaman dengan larutan asam klorida 5 bertujuan untuk melarutkan garam-garam mineral, karbohidrat dan protein. Hasil ekstraksi dengan penambahan larutan natrium karbonat yang pertama berkonsistensi kental karena terbentuknya garam natrium alginat yang larut, ekstraksi menggunakan natrium karbonat mampu untuk memisahkan selulosa dan alginat yang terdapat pada sel alga coklat. Penggunaan basa ini, dapat mengakibatkan sel alga menjadi menggelembung kemudian pecah dan rusak sehingga alginat dapat keluar dari sel. Sedangkan penambahan dengan larutan kalsium klorida bertujuan untuk memisahkan alginat dengan polimer asidik lain seperti laminaran sehingga diperoleh endapan kalsium alginat. Penambahan asam klorida bertujuan untuk mengubah kalsium alginat menjadi asam alginat yang mengapung di permukaan larutan dan perendaman dengan larutan hidrogen peroksida ke dalam asam alginat ini bertujuan untuk menghasilkan serbuk natrium alginat yang lebih putih. Pada penambahan larutan natrium karbonat, asam alginat tersebut diubah kembali menjadi Universitas Sumatera Utara natrium alginat pH 9. Menurut Rowe, dkk., 2009 garam alginat paling stabil pada pH antara 4-10. Larutan natrium alginat diendapkan dengan larutan isopropanol 95 yang bertujuan untuk memurnikan natrium alginat, karena isopropanol mempunyai kemampuan dalam mengikat air dari larutan natrium alginat sehingga natrium alginat dapat tertinggal dan mengendap Mushollaeni, 2011. Pengeringan dilakukan pada suhu 50 o C selama 15 jam, kemudian digerus hingga didapatkan serbuk natrium alginat Rasyid, 2003. Penggunaan larutan pemutih yaitu hidrogen peroksida dalam isolasi natrium alginat ini bertujuan untuk menghasilkan serbuk natrium alginat yang lebih cerah. Perendaman pemutih hidrogen peroksida menghasilkan warna yang lebih cerah, karena hidrogen peroksida termasuk zat oksidator kuat yang dapat digunakan sebagai pemutih. Penggunaan pemutih hidrogen peroksida dilakukan pada tahap akhir, yaitu setelah pembentukan asam alginat floating, karena hidrogen peroksida sangat stabil pada kondisi asam dan hidrogen peroksida sering digunakan pada tahap akhir rangkaian proses pemutihan dan menghasilkan peningkatan derajat putih. Identifikasi natrium alginat yang dilakukan secara kualitatif dengan penambahan natrium hidroksida 0,1N dan kalsium klorida memberikan hasil yang positif yaitu terbentuk endapan putih seperti jeli sedangkan penambahan asam sulfat 4N dan kalsium klorida memberikan hasil yang positif yaitu terbentuk endapan berat seperti jeli. Identifikasi natrium alginat secara kualitatif dapat memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia 1995. Universitas Sumatera Utara Rendemen dari natrium alginat dengan berbagai konsentrasi pemutih dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Hasil rendemen natrium alginat dengan berbagai konsentrasi pemutih Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa rendemen natrium alginat yang diperoleh darihasil isolasi 50 g simplisia Turbinaria decurrens dengan konsentrasi pemutih 5 paling kecil yaitu 6,20, sedangkan rendemen natrium alginat tanpa pemutih paling besar yaitu 34,94, tetapi warna serbuk coklat kehitaman, sehingga serbuk tidak memenuhi persyaratan warna yang ditetapkan yaitu putih atau krem. Menurut Ekstra Farmakope Indonesia 1974, syarat rendemen natrium alginat adalah 18. Nilai rendemen yang diperoleh dari penelitian ini yangsebagian memenuhi persyaratan, yaitu rendemen natrium alginat tanpa pemutih diperoleh sebesar 34,94, natrium alginat konsentrasi pemutih 1 dengan perolehan rendemen 22,10 dan konsentrasi pemutih 2 menghasilkan rendemen sebesar 19,80, sedangkan natrium alginat konsentrasi pemutih 3, 4, 5 tidak memenuhi persyaratan. Hal ini diduga karena pada saat pencucian asam alginat banyak yang terbuang dan tentunya berpengaruh pada bobot hasil akhir ekstraksi, sehingga pada saat dihitung nilai rendemennya menjadi rendah. Hal lain juga disebabkan No. Konsentrasi Pemutih H 2 O 2 Rendemen 1. Tanpa Pemutih 34,94 2. 1,0 22,10 3. 2,0 19,80 4. 3,0 12,78 4. 4,0 11,60 5. 5,0 6,20 Universitas Sumatera Utara karenarendemen natrium alginat sangat ditentukan oleh berbagai faktor antara lain jenis alga coklat, metode isolasi yang digunakan dan jumlah daun juga menentukan kadar natrium alginat yang ada, karena di dalam daun terdapat alginat yang lebih banyak daripada batang dan akar Taylor, 1979. Nilai rendemen dihitung berdasarkan perbandingan berat isolasi yang dihasilkan terhadap berat kering simplisia.

4.4 Hasil Karakteristik Natrium Alginat

Dokumen yang terkait

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Ekstrak N-Heksan Rumput Laut Turbinaria Ornata (Turner) J. Agardh

11 91 78

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 6 69

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 13

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 2

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 3

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 9

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 3 3

Karakterisasi Simplisia dan Skrining Fitokimia Serta Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Rumput laut Turbinaria decurrens Bory terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

0 0 19

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Ekstrak N-Heksan Rumput Laut Turbinaria Ornata (Turner) J. Agardh

0 1 22

Karakterisasi Simplisia Dan Skrining Fitokimia Serta Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid Dari Ekstrak N-Heksan Rumput Laut Turbinaria Ornata (Turner) J. Agardh

1 1 14