BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Bahan Tumbuhan
Identifikasi bahan tumbuhan yang telah dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Jakarta, Indonesia
menunjukkan rumput laut yang digunakan adalah Turbinaria decurrens, divisi Phaeophyta, kelas Phaeophyceae, bangsa Fucales, suku Sargassaceae, marga
Turbinaria.
4.2 Hasil Karakteristik Tumbuhan Segar dan Simplisia
Hasil pemeriksaaan makroskopik tumbuhan segar yang diperoleh dari Turbinaria decurrens
Bory adalah memiliki bau yang khas, warna coklat tua, keras dan kasar, “batang” silindris, tegak, terdapat bekas percabangan,
panjang sekitar 7 cm, lebar 2 cm, memiliki holdfast bercabang. Bentuk “daun” kerucut segitiga, panjang 11-17 mm dan pinggir “daun” bergerigi tajam.
Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia diperoleh berupa “batang” dan “daun” yang menciut, berwarna coklat kehitaman, tidak berbau dan tidak
berasa, sedangkan hasil mikroskopik serbuk simplisia Turbinaria decurrens Bory terlihat adanya sel parenkim yang berisi pigmen berwarna coklat
keemasan dan terdapat sel-sel propagule yang mempunyai dua sel yang berfungsi untuk menghasilkan cabang pada talus rumput laut Dawes, 1981;
Sari, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia Turbinaria decurrens Bory
No. Parameter
Hasil Persyaratan Menurut
Atmadja 1.
Penetapan kadar air 9,986
12,37 2.
Penetapan kadar sari yang larut dalam air
12,91 Tidak tercantum
3. Penetapan kadar sari yang larut
dalam etanol 2,09
Tidak tercantum 4.
Penetapan kadar abu total 14,96
46,19 5.
Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
0,74 Tidak tercantum
Hasil penetapan kadar air yang diperoleh lebih kecil dari 9.986, hasil ini memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Kadar air dalam simplisia
menunjukkan jumlah air yang terkandung dalam simplisia tersebut, kadar air dalam simplisia berhubungan dengan proses pengeringan simplisia.
Pengeringan merupakan usaha untuk menurunkan kadar air simplisia sampai tingkat yang diinginkan. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan
batasan kandungan air yang memenuhi persyaratan, karena kandungan air dalam simplisia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim dan aktivitas mikroba Badan POM RI, 2005. Penetapan kadar sari larut dalam air dan etanol dilakukan untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia yang larut dalam air maupun etanol dari suatu simplisia. Kadar sari yang larut dalam air adalah senyawa yang bersifat
polar akan tersari oleh air diantaranya senyawa metabolit primer misalnya karbohidrat, protein. Sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol adalah
Universitas Sumatera Utara
senyawa yang bersifat polar dan non polar diantaranya senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, steroid triterpenoid, glikosida. Hasil pemeriksaan
kadar sari yang larut dalam air lebih tinggi daripada kadar sari yang larut dalam etanol, hal ini disebabkan alga coklat mengandung karbohidrat yang cukup
tinggi Atmadja, dkk., 1996.
Penetapan kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik dan kandungan mineral dalam simplisiayang biasanya terdiri dari
natrium, kalsium, fosfor, magnesium. Kadar abu yang terkandung dalam suatu produk menunjukkan tingkat kemurnian produk tersebut. Tingkat kemurnian
ini sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kandungan mineral. Hasil pemeriksaan kadar abu total yang diperoleh cukup tinggi, karena umumnya
alga coklat mengandung mineral yang tinggi Sulistijo dan Rachmaniar, 1996.
4.2 Hasil Skrining Fitokimia