commit to user
18 dan sporulasi FMA yang lebih besar, dan peningkatan terbesar terjadi pada bibit
jati yang diinokulasi Gigaspora sp mencapai 78,12 Muslimah, 2007 Hudiyono
dkk 2010,
melaporkan bahwa
inokulasi CMA
menunjukkan pada uji infektifitas pada beberapa media pada jambu air dengan media dasar 52,83, media tanah 54,16 dan media sekam gergaji 55,33,
untuk kelengkeng pada media dasar 51,16,media tanah 60 dan media sekam jerami 60,16. Hal ini menunjukkan bahwa CMA berpotensi secara signifikan
terhadap pertumbuhan dan infeksi tanaman inang. Sukarmin dan Fitria 2011 melaporkan aplikasi CMA 15 gtanaman menghasilkan jumlah daun yang lebih
banyak 30,63 helai dibandingkan dengan perlakuan CMA 1 grtanaman 27,75 helai. Hal ini diduga karena takaran CMA 15 gtanaman lebih banyak
menghasilkan spora berkecambah yang dapat mempermudah akar tanaman dalam menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah sehingga mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
D. Media Perbanyakan Sprora CMA
Pemanfaatan CMA sebagai agen pupuk hayati di tingkat petani masih sangat terbatas. Salah satu kendalanya belum meluasnya penggunaan
teknologi CMA adalah masih terbatasnya ketersediaan inokulum CMA yang diproduksi dalam skala besar secara komersial. Selain itu kurangnya
pengetahuan tentang cara perbanyakan CMA menjadi faktor kurang meluasnya penggunaan CMA oleh petani. Produksi inokulan CMA sebenarnya sederhana,
Redecker et al. dalam Nurbaity, dkk 2009 mengemukakan hal terpenting di dalam proses produksi CMA adalah tersedianya sumber daya manusia, starter
inokulum yang berkualitas baik, sumber bahan baku pembawa seperti pasir atau
commit to user
19 zeolit, tanaman inang dan fasilitas produksi. Chalimah, dkk 2007 dalam
penelitiannya menggunakan gelas plastik warna dan cawan petri plastik dalam perbanyakan CMA dengan tanaman inang Purarea phaseoloides dan sorghum.
Media pembibitan seperti tanah, pasir dan arang sekam selain sebagai media pertumbuhan bibit juga dapat digunakan sebagai media
perbanyakan spora CMA. Berbagai macam bahan padat seperti tanah, pasir, zeolit, exspanded clay, dan gambut dapat digunakan sebagai medium
pertumbuhanbahan pembawa Simanungkalit, 2004. Simanungkalit dan Riyanti 1994 memperbanyak Glomus fasciculatum pada medium campuran pasir
kuarsa dan arang sekam steril dengan perbandingan volume 3:1 dengan jagung sebagai tanaman inang dan diberi larutan hara. Nurbaity, dkk 2009
melaporkan jumlah spora pada perlakuan arang sekam menunjukkan populasi spora yang baik dan tidak berbeda nyata dengan zeolit sebagai media kontrol
pada 35 dan 70 HST hari setelah tanam namun secara visual tanaman yang ditumbukan pada media zeolit menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik.
Dehne dan Backhaus 1986 menggunakan agregat liat exspanded clay sebagai bahan pembawa dalam produksi inokulan CMA. Produksi inokulan
tertentu tidak bermasalah seandainya CMA dapat ditumbuhkan pada kultur murni seperti rhizobia. Bila spora yang akan digunakan sebagai inokulan maka
produksi dapat digunakan pada kultur pot dengan menggunakan berbagai tanaman inang pada medium tanah steril. Anas dan Tampubolon 2004
melaporkan jumlah spora CMA yang dihasilkan pada media tanah yang dicampur dengan pasir lebih banyak dibandingkan dengan jumlah spora pada media zeolit.
Ini berarti bahwa media tanah yang dicampur dengan pasir merupakan media yang lebih baik untuk perbanyakan spora E. Colombiana dan G. Manihota.
commit to user
20
E. Kerangka Berpikir