commit to user
42 panjang dan bercabang. Jaringan hifa ini memiliki jangkauan yang jauh lebih luas
daripada jangkauan akar tanaman itu sendiri. Hifa CMA yang jangkauannya lebih luas ini selanjutnya berperan sebagai akar tanaman dalam menyerap air dan
hara dari dalam tanah. Simbiosis antara CMA dengan akar tanaman menunjukkan struktur kerjasama yang saling menguntungkan antara cendawan
mikoriza dengan akar tanaman, mempunyai kemampuan untuk meningkatkan masukan air dan hara dari tanah ke dalam jaringan tanaman Anwarudin dkk.
2007. Menurut Jamin 2002 akar yang kurus dan panjang mempunyai luas permukaan yang lebih besar bila dibandingkan dengan akar yang tebal dan
pendek, karena dapat menjelajah sejumlah volume yang sama.
B. Infektifitas CMA pada tanaman sonokeling pada berbagai media tanam
Ada banyak cara yang digunakan untuk mengukur efektivitas kultivasi CMA. Salah satunya adalah perbandingan respon tumbuh dari tanaman inang
yang dikolonisasi CMA dengan tanaman inang yang tidak dikolonisasi CMA kontrol. Ukuran lainnya dalam mengukur efektivitas adalah persentase
kolonisasi akar tanaman inang. CMA memiliki hifa yang berada di luar jaringan akar hifa eksternal dan hifa yang di dalam jaringan akar hifa internal. Hasil
analisis pengaruh variasi media tanam dengan penambahan CMA pada infektivitas akar sonokeling terbaik pada penggunaan media M5+C yaitu 43,8
pada uji DMRT dengan taraf uji 5, sedangkan infektivitas terendah yaitu pada penggunaan media M1+C yaitu 31 . Pada penggunaan media M2+C dengan
media M4+C tidak menunjukkan hasil tidak beda nyata, dengan rerata infektivitas 35,6 dan 38,8 . Hasil berbeda nyata pada media M3+C dengan media M5+C
yaitu 32,6 dan 43,8 Tabel 4.2. Secara umum derajat infeksi akar
commit to user
43 sonokeling relatif tinggi dimana media yang digunakan dikombinasi dengan CMA
15 gr. Persentase Infektivitas CMA terbaik pada media M5+C yaitu media campuran antara tanah, pasir dan arang sekam 43.8.
Tabel 4.2 Infektivitas CMA terhadap akar tanaman D.latifolia sonokeling
Media Infeksi akar
M1+C 31.00 a
M2+C 35.60 ab
M3+C 32.60 a
M4+C 38.80 ab
M5+C 43.80 b
Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada DMRT taraf 5 .
Keterangan : M1+C = tanah kontrol ditambah 15 gram inokulan CMA,
M2+C = tanah:pasir 1:1 ditambah 15 gram inokulan CMA, M3+C = tanah:arang sekam 1:1 ditambah 15 gram inokulan CMA,
M4+C = pasir:arang sekam 1:1 ditambah 15 gram inokulan CMA dan M5+C = tanah:pasir:arang sekam 1:1:1 ditambah 15 gram inokulan CMA.
Adanya hifa yang berada di dalam jaringan akar tanaman menunjukkan adanya infektivitas CMA pada perakaran tanaman. Jaringan akar tanaman yang
tidak terinfeksi hifa terlihat bersih sebab hanya tampak sel-sel penyusun jaringan saja tanpa telihat struktur hifa di dalamnya Gambar 4.8. Kemampuan
infektivitas CMA dapat diketahui melalui tingkat infeksi akar yaitu dengan melihat banyaknya hifa yang terdapat pada jaringan akar. Secara teoritis CMA
digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1 CMA yang infektif dan juga efektif artinya CMA menginfeksi akar tanaman dan juga memberikan respon dalam
meningkatkan pertumbuhan tanaman dibandingkan dengan perlakuan kontrol, 2 CMA yang infektif tetapi tidak efektif artinya CMA menginfeksi akar tanaman,
tetapi tidak memberikan respon dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman, 3 CMA yang tidak infektif dan juga tidak efektif.
commit to user
44
Gambar 4.8. Perbandingan penampang akar D.latifolia sonokeling yang tidak terinfeksi I dan terinfeksi CMA II
Keterangan : A = kolonisasi CMA hifa internal; B = hifa eksternal
Proses infeksi CMA diawali oleh adanya propagul yang infektif dapat berupa hifa, fragmen hifa akar, dan spora Smith dan Read, 1997. Spora
cendawan mikoriza arbuskula maupun potongan akar yang dikolonisasi oleh CMA merupakan propagul yang efektif untuk awal kolonisasi pada inangnya,
meskipun kemampuan bertahan hidupnya di dalam tanah sangat bergantung pada propagul yang dibentuk. Gunawan, 1993.
Menurut Corryanti 2001 ada beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi CMA, yaitu kepekaan inang terhadap infeksi, serta faktor-faktor iklim dan
tanah. Tanaman yang ketergantungan fosfatnya tinggi cenderung berasosiasi dengan dengan mikorhiza, cahaya dan temperatur. Infeksi diduga terjadi karena
kondisi yang menguntungkan bagi spora yaitu dengan penambahan bahan- bahan lain pada media dimana bahan tambahan tersebut mempengaruhi struktur
tanah, gerakan udara,sirkulasi air, pH tanah, kandungan hara, dan kapasitas menyimpan air secara langsung maupun tidak langsung. Kelembaban tanah
yang tinggi pada tanah basah akan merangsang perkembangan spora dan terbentuknya kolonisasi dengan tanaman inang. Delvian, 2004.
A B
I II
commit to user
45 Anas 2004 menyatakan derajat infeksi akar sorgum oleh CMA pada
media tanah dicampur pasir lebih tinggi dibandingkan dengan derajat infeksi akar pada media zeolit yaitu berkisar dari 41.53 sampai maksimum 65.51.
Muas 2003 menyatakan bahwa tidak semua spesies CMA efektif meningkatkan pertumbuhan tanaman, Hal serupa sejalan dengan penelitian Bakhtiar 2002
yang menggunakan jenis inokulum dan jenis inang yang berbeda akan menghasilkan pertumbuhan yang berbeda pula, dimana keduanya menghasilkan
respon perubahan pada setiap perlakuan yang digunakan, walaupun besar respon tersebut tidak sama persis. Widiastuti 2004 menyatakan bahwa untuk
memproduksi inokulum perlu dipertimbangkan kombinasi tempat tumbuh tanaman, jenis CMA dan jenis inang yang digunakan, lingkungan, fisiologi CMA
karena setiap jenis CMA mempunyai karakter yang berbeda baik infektivitas maupun efektivitasnya, selain itu cekaman fisik juga mampu merangsang
terjadinya sporulasi, misalkan dengan pemotongan kotiledon, Pada media tanah dicampur pasir, derajat infeksi akar sudah mencapai
65.16 pada bulan ke dua dan mencapai nilai maksimum pada bulan ke tujuh yaitu 96.03. Tingkat kesuburan tanah juga berpengaruh terhadap derajat
infeksi akar, pada lahan kering dengan makin baiknya perkembangan akar tanaman, akan lebih mempermudah tanaman untuk mendapatkan unsur hara
dan air, karena memang pada lahan kering faktor pembatas utama dalam peningkatan produktivitasnya adalah kahat unsur hara dan kekurangan air.
Akibat lain dari kurangnya ketersediaan air pada lahan kering adalah kurang atau miskin bahan organik. Mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan
bakteri pelarut fosfat atau bakteri pengikat N. Inokulasi bakteri pelarut fosfat PSB dan mikoriza dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman tomat Kim et
commit to user
46 al,1998 dan pada tanaman gandum Singh dan Kapoor, 1999. Hasil analisis
unsur makro dan mikro media menujukkan pada media M5+C, kandungan C organik paling rendah diantara media yang lain yaitu 3,9 , begitu pula pada
kandungan bahan organik yaitu 6,72 . Kandungan P pada media M5+C sedikit lebih tinggi dibandingkan media M2+C yaitu 0,27 Tabel 4.3. Banyak
penelitian yang menyatakan bahwa beberapa jenis tanaman memberikan respon positif terhadap inokulasi cendawan mikoriza MVA.
Tabel. 4.3 Hasil analisis kandungan unsur makro dan mikro pada media tanam
No Kode
Satuan Media
M1 M2
M3 M4
M5
1 C Organik
5,22 4,05 12,55 6,00
3,90 2
Bahan Organik 9,00 6,99
21,63 10,34 6,72 3
N Total 0,39 0,48
0,46 0,32
0,39 4
P
2
O
3
0,30 0,20 0,39
0,46 0,27
5 K
2
O 0,22 0,12
0,33 0,26
0,28 6
pH 6,62 7,26
7,33 7,94
7,32
Keterangan : M1 = tanah kontrol
M2 = tanah:pasir 1:1 M3 = tanah:arang sekam 1:1
M4 = pasir:arang sekam 1:1 M5 = tanah:pasir:arang sekam 1:1:1
Tanaman bermikoriza dapat menyerap P, dalam jumlah beberapa kali lebih besar dibanding tanaman tanpa mikoriza, khususnya pada tanah yang
miskin P. Kolonisasi akar yang maksimum akan dicapai pada tanah yang kurang subur kondisinya. Baik Nitrogen maupun Fosfor akan mengurangi kolonisasi akar
bila terdapat didalam tingkat ketersediaan yang tinggi. Kolonisasi juga terdapat lebih banyak pada akar yang mengalami kekeringan dari pada tempat yang
mendapat ketersediaan air yang cukup. Kolonisasi akar terjadi banyak pada tempat yang mengalami kekeringan walaupun tempat tersebut subur, karena
rendahnya kadar air menyebabkan berkurangnya rata-rata penyerapan nutrisi
commit to user
47 seperti fosfor dan mengurangi tersediaanya nutrisi tersebut untuk tanaman.
Hubungan antara tanaman dengan mikorhiza merupakan simbiosis mutualisme. Tanaman mendapat serapan hara yang lebih baik, tahan terhadap kekeringan
dan patogen akar serta dapat meningkatkan kandungan hormon tanaman dari mikorhiza, sedangkan mikorhiza memperoleh faktor pertumbuhannya antara lain
karbohidrat dari tanaman inangnya Setiadi, 1989. Secara rinci ada dua faktor yang berpengaruh terhadap infeksi akar
yaitu faktor dalam dan faktor luar, Faktor luar diantaranya adalah fotosintat yang dihasilkan oleh inang, Inang yang kompatibel mampu memacu pertumbuhan dan
perkembangan CMA melalui pembentukan struktur CMA di dalam akar, Fotosintat merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap penyebaran
hifa, yang selanjutnya berperan terhadap infeksi akar, sedangkan faktor dalam meliput infektivitasdan kepadatan propagul, Selain itu dinyatakan bahwa faktor
eksternal juga mencakup pH lahan, persediaan fosfor dan potensi air, Infektivitas juga sangat bergantung pada volume inokulum atau kepadatan inokulum,
penempatan inokulum Wilson dan Tommerup, 1992 Persentase akar terinfeksi merupakan parameter untuk melihat
bagaimana kemampuan infektivitas CMA pada tanaman sonokeling, hal ini ditunjukkan oleh banyaknya hifa yang terdapat di dalam akar tersebut, Semakin
banyak hifa dalam akar, maka semakin baik pula tingkat infektivitas CMA, Inokulasi CMA dapat mempercepat pertumbuhan akar dan dapat mengubah
bentuk percabangan akar sehingga tanaman mempunyai lebih banyak akar lateral Tisserant et al, 1996: Masri dan Azizah 1998. Lucia 2005 menyatakan
bahwa semua inokulum CMA yang diinokulasikan pada bibit manggis menghasilkan jumlah akar lateral yang nyata lebih banyak, apabila dibandingkan
commit to user
48 dengan yang tidak diinokulasi CMA, Widiastuti 2004 menyatakan bahwa infeksi
CMA terhadap kelapa sawit dapat terjadi perubahan akar pada tingkat sel, yaitu dengan terlihat adanya hifa eksternal, internal, hifa gelung, vesikula dan
arbuskula dalam korteks akar, serta hifa eksternal di rhizosfer.
C. Jumlah spora CMA