19
2.1.3 Teori Belajar
Terdapat berbagai teori-teori belajar dalam pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Teori Belajar Bruner
Secara khusus Bruner Hudoyo, 1990: 48 menyatakan belajar matematika merupakan belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu, siswa
harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengutak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa.
Dengan demikian siswa dalam belajar haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang
dibicarakan. Bruner, melalui teorinya, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar sebaiknya anak diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat
peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik siswa dalam memahami konsep matematika.
Terkait dengan proses perolehan pengetahuan dan keterampilan, Bruner Arsyad, 2006: 7 membagi 3 modus belajar, yaitu pengalaman langsung
enactive, pengalaman gambar iconic, dan pengalaman abstrak symbolic. Tahapan enactive merupakan tahapan dalam belajar dimana seorang siswa
belajar melalui pengalaman langsung, dengan menggunakan benda-benda konkrit. Pada tahapan iconic, siswa berusaha mewujudkan pengetahuan dalam
bentuk bayangan visual visual emagery, yang menggambarkan situasi
20
konkrit yang ada pada tahap enactive. Sedangkan dalam tahapan symbolic, siswa berusaha mempresentasikan pengetahuannya dalam bentuk simbol-
simbol abstrak.
Bruner dalam mengembangkan teorinya mendasarkan atas dua asumsi yaitu: Pertama, perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif,
artinya orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan terjadi pada diri individu dan lingkungannya. Kedua, seseorang
mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang
masuk dengan informasi yang telah dimilikinya.
Selanjutnya Bruner Dwijanto, 2007: 48, menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran, pengertian penemuan inkuiri bagi siswa adalah
penemuan kembali reinvention. Jadi dalam proses pembelajaran siswa diajak untuk menemukan kembali sifat-sifat, aturan-aturan atau dalil-dalil yang
sudah ada. Dengan kata lain Bruner memandang bahwa belajar penemuan merupakan proses pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa, oleh karena
itu dengan metode penemuan membuat pengetahuan siswa akan menjadi lebih
baik. b.
Teori Belajar Piaget
Piaget terkenal dengan teori perkembangan mental manusia atau teori perkembangan kognitif. Menurut Piaget Krismanto, 2004: 3 manusia
tumbuh, beradaptasi, dan berubah melalui perkembangan fisik, perkembangan kepribadian, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh siswa
21
memanipulasi dan aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan. Kemampuan kognitif berkembang melalui tahap sensori motorik sensory-motor-stage
sejak manusia lahir sampai usia 2 tahun; tahap pra-operasional pre- operational-stage
dari usia 2 tahun sampai 7 tahun; tahap operasi konkrit cooncrete-operational-stage, dari usia 7 tahun sampai 12 tahun; dan tahap
operasi formal formal-operational-stage, usia 12 tahun ke atas.
Terkait dengan teori Piaget, usia siswa SMK Kelas X berada dalam tahapan operasional formal. Namun demikian, meski pada usia tersebut siswa
sudah mampu berfikir logis tanpa kehadiran benda konkrit, akan tetapi kemampuan siswa untuk berfikir abstrak masih belum berkembang dengan
baik, sehingga dalam beberapa hal kehadiran peraga atau media belajar lainnya masih sangat dibutuhkan. Prinsip Piaget dalam pembelajaran
diterapkan dalam program-program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-pengalaman nyata serta peranan guru sebagai
fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan kemungkinan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.
c. Teori Belajar Vygotsky