Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa SD/MI (penelitian tindakan kelas di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SD/MI

(Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: DENI IRAWAN NIM. 109018300097

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1435 H / 2014 M


(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI”, disusun oleh Deni Irawan NIM. 109018300097, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, 21 Februari 2014

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi,

Otong Suhyanto, M.Si NIP. 19681104 199903 1 001


(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN MONAQOSAH

Skripsi berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI” disusun oleh Deni Irawan, NIM. 109018300097, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 11 Maret 2014 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).

Panitia Ujian Munaqosah 1. Ketua Panitia (Ketua Jurusan PGMI)

Dr. Fauzan, MA

NIP. 19761107 200701 1 013 2. Penguji I

Maifalinda Fatra, M.Pd NIP. 19700528 199603 2 002 3. Penguji II

Dr. Gelar Dwi Rahayu, M.Pd NIP. 19720419 199903 2 002

Tanggal

...

...

...

Tanda Tangan

...

...

... Jakarta, April 2014

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Dekan,

Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D NIP. 19591020 198603 2 001


(4)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Deni Irawan

NIM : 109018300097

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI

Menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan studi di perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu saya ambil sebagai acuan. Apabila ternyata terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 21 Februari 2014


(5)

v

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Deni Irawan

NIM : 109018300097

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jenis Penelitian : Skripsi

Judul : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak penyimpanan, mengalih mediakan/mengalih formatkan.

3. Mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

4. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan perpustakaan UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta, dari segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 21 Februari 2014 Yang Menyatakan,


(6)

vi ABSTRAK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI (PTK di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi-Jakarta Barat)

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, STAD, dan Motivasi Belajar

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melalui empat tahapan; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yang terdiri dari empat kali pertemuan pada setiap siklusnya. Data penelitian berupa motivasi belajar siswa diperoleh melalui instrumen angket yang diberikan kepada setiap siswa pada setiap akhir siklus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa pada siklus I sebesar 77,62% dengan kategori “Sedang”. Pada siklus II meningkat menjadi 95,08% dengan kategori “Tinggi”. Peningkatan motivasi belajar Matematika siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 17,46%. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan motivasi belajar Matematika siswa kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi-Jakarta Barat.

Pada penelitian tindakan ini, motivasi belajar matematika siswa dapat meningkat dengan diterapkannya langkah-langkah yang terdapat pada model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) diantaranya dengan memberi angka atau nilai atas kegiatan dan hasil belajar siswa, penghargaan dan pemberian hadiah, pujian guru, persaingan antar kelompok, dan keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa juga termotivasi dengan adanya metode-metode belajar yang menarik, aktif, dan kreatif, serta tujuan belajar yang akan dicapai siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.


(7)

vii

Application of Cooperative Learning Model Type of Student Teams Achievement Divisions (STAD) to Enhance Learning Mathematics Student Motivation SD/MI (CAR in SDN 01 East Cengkareng-West Jakarta)

Keywords: Cooperative Learning, STAD, and Learning Motivation

This study aims to improve students' motivation to learn mathematics through cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) in the fourth grade students of SDN 01 Morning East Cengkareng-West Jakarta. The design of this study was Classroom Action Research (CAR) through four stages; planning, implementation, observation, and reflection. The study consisted of two cycles consisting of four meetings in each cycle. The research data in the form of student motivation is obtained through a questionnaire instrument given to each student at the end of each cycle.

The results showed that Student Teams Achievement Divisions (STAD) can increase students' motivation to learn mathematics in the first cycle of 77.62% to the category of "Moderate". In the second cycle increased to 95.08% in the category of "High". Increasing students' motivation to learn mathematics from the first cycle to the second cycle of 17.46%. From the above description it can be concluded that the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) may increase the motivation to learn mathematics fourth grade students of SDN 01 Morning East Cengkareng-West Jakarta.

In this action research, students' motivation to learn mathematics can be increased with the implementation of the measures contained in the cooperative learning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) gave them the number or value of the activity and student learning outcomes, awards and gifts, teacher praise, competition between groups, and student involvement in learning. Students are also motivated by the presence of learning methods are interesting, active, and creative, as well as the learning objectives to be achieved by students during the learning process takes place.


(8)

viii MOTTO

Masa depan adalah milik mereka yang percaya tentang keindahan mimpi-mimpi mereka. (Eleanor Roosevelt)

Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan

kemajuan selangkah pun. (Soekarno)

Hidup seekor lebah lebih bernilai daripada binatang lain bukan lantaran ia pekerja giat, tapi karena ia lebih suka bekerja (menghasilkan madu) untuk kenikmatan pihak lain.

(Anonim)

Tak ada yang dapat menghentikan orang yang bersikap mental benar dari upayanya meraih cita-cita, dan tidak ada satu pun yang dapat menolong orang bersikap mental keliru.

(Thomas Jefferson)

Kita menikmati kehangatan karena kita pernah kedinginan. Kita menghargai cahaya karena kita pernah dalam kegelapan. Maka begitu pula, kita dapat bergembira karena kita pernah

merasakan kesedihan. (David L. Weatherford)

Dari semua hal, pengetahuan adalah yang paling baik, karena tidak kena tanggung jawab maupun tidak dapat dicuri, karena tidak dapat dibeli, dan tidak dapat dihancurkan.

(Hitopadesa)

Do’a memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya menjadi

percaya, dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan. (Irawan D. Radino)


(9)

ix

For all those time you stood by me For all the truth that you made me see

For all the joy you brought to my life For all the wrong that you made right

For every dream you made come true For all the love i found in you

I’ll be forever thankful

You’re the one who held me up, never let me fall You’re the one who saw me through it all

You were my strength when i was weak You were my voice when i couldn’t speak

You were my eyes when i couldn’t see You saw the best there was in me

Lifted me up when i couldn’t reach

You gave me wings and made me fly You touch my hand i could touch the sky

I lost my faith you gave it back to me You said no star was out of reach

Kupersembahkan karya ini untuk:

o Ayah dan Bunda tersayang, yang sangat kusayangi dan segalanya bagiku, love you.

o Adik-adikku yang selalu memberikan dukungan dengan kasih sayang dan perhatiannya,


(10)

x

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain memanjatkan puji kepada Yang Maha Suci, memuja kepada Yang Maha Kuasa, dan bersyukur kepada Yang Maha Ghofur. Dia-lah Allah SWT Yang Maha Esa, Maha Agung dan Maha Bijaksana. Berkat inayah, taufiq, dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelasaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

Rasa hormat, ta’zim, dan kerinduan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang memberikan pencerahan kepada seluruh umat manusia, semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada beliau, keluarga, sahabat, para pewarisnya, dan kepada kita selaku umat akhir jaman semoga menjadi umat yang selalu mengikuti akan ajarannya, Amin.

Sebuah karya ilmiah ini tentunya masih sangat banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan dan penyusunannya. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, namun berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak maka dapat diselesaikan dengan baik.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil, sehingga skripsi ini dapat selesai. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Fauzan MA., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan untuk terus menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Syaripulloh, M.Si., Dosen Penasehat Akademik Program Studi

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan arahan.


(11)

xi

4. Bapak Otong Suhyanto, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktunnya, bimbingan, dan arahan sehingga penulis bisa menyelasaikan skripsi ini.

5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu kepada penulis, semoga dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

6. Teristimewa Keluarga Besar penulis, Ayahanda Radino dan Ibunda Suminem, atas ketulusan dan kesabaran beliau dalam membesarkan, merawat, mendidik, dan menolong penulis agar senantiasa menjadi orang yang sabar, tidak mudah putus asa, tawakal, bermanfaat bagi orang lain, serta do’a beliau yang selalu menyertai hidup penulis. Teriring do’a semoga Allah mengampuni dosa dan kekhilafan beliau dan menyayangi beliau seperti keduanya menyayangi penulis, amin. Dan kepada adik Rohman Azi Saputra dan Faozan Nur Amanullah, yang selalu mendukung penulis dengan perhatian dan kasih sayang.

7. Untuk yang tersayang, my lovely Rahesya Fara Aulia yang selalu memberikan semangat dan senyuman kasih sayang, cinta, perhatian, dan motivasinya.

8. Sahabat-sahabat seperjuangan dari awal perkuliahan satu kelas dan satu angkatan (Imam Hanafi, Abdul Aziz, Ramdan Suwarman, Rudy Purbianto, Agi Nurahmadana, Herey Purwanto, Syifa Kumala, Mailina Hidayati, Fathi Maulawi, Ahmad Maulana, Akbar Gunawan, Muhammad Sukroni, Heri Dermawan, Angga Pranata, Rizky Pradana, Wahyu Samadyo, Nayla Rizkiyah, Ryan Syahrini, Anggi Restiana, Sita Jayanti, Annisa Nurul Aini, Ina Isfarina, Yuni Anggraeni, Yanita Puspitasari, Shinta Anggraeni, Khumaira Ziya, dan Rafika Nurhidayati) yang tidak henti-hentinya memberikan bantuan, motivasi, dan kehangatan serta kebersamaan dalam ikatan persahabatan yang seperti dalam satu keluarga.

9. Kawan-kawan TQN Sirrul Asrar (Hufaz Fazari, Syahidain, Faizal Bahren, Sahari, Andre Gunawan, Hendi, Aris, Imam Baihaqi, dan Ahmad Ghozali) yang memberikan pengalaman hidup yang penuh makna dan nilai.


(12)

xii

10.Risnufa dan Al-Farisi (Toif Mustofa, Sulistiyo Feri, Ishak Mardia, Zardari Alzamendy, Ambar Primandaru, Popy Meisela, Hifzhy Zulfikar, dan Harun Ayi) bersama kawan-kawan yang terus bersemangat dan membangun untuk lebih baik, kreatif, dan mandiri.

Semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga Allah Subhanahuwata’ala membalas segala kebaikan saudara-saudari semuanya dengan yang lebih baik. Semoga Allah Subhanahu wata’ala dapat menerima sebagai amal kebaikan atas jasa baik yang diberikan kepada penulis, Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan kaum muslimin, serta semoga Allah Subhanahu wata’ala membimbing, menolong, dan memberikan taufik, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua. Semoga shalawat dan salam serta barakah senantiasa Allah Subhanahu wata’ala limpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wasallam, keluarganya, para sahabatnya, serta para pewaris dan pengikutnya.

Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin.

Jakarta, 27 Rabi’ul Awal 1435 H 29 Januari 2014 M

Penulis


(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ABSTRAK... ABSTRACT... MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xiii xvii xviii xix

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian... C. Pembatasan Fokus Penelitian... D. Perumusan Masalah Penelitian... E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian...

1 6 7 7 8


(14)

xiv

BAB II: DESKRIPSI TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik... 1. Pembelajaran Kooperatif...

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... b. Prinsip dan Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif... c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif... d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif... 2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Divisions (STAD) ... a. Pengertian STAD... b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tipe STAD... 3. Motivasi Belajar...

a. Pengertian Motivasi... b. Fungsi Motivasi... c. Macam-Macam Motivasi... d. Jenis-Jenis Motivasi... e. Motivasi Belajar... f. Tujuan Motivasi Belajar... g. Ciri-Ciri Orang Memiliki Motivasi... h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar... i. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar... 4. Pembelajaran Matematika di SD/MI... a. Pengertian Matematika... b. Pembelajaran Matematika di SD/MI... B. Hasil Penelitian yang Relevan... C. Kerangka Berpikir...

9 9 9 10 12 14 15 15 16 18 19 19 21 22 24 25 26 27 28 29 32 32 33 36 37


(15)

xv

D. Hipotesis Penelitian Tindakan... 37

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian... B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian... C. Subjek Penelitian... D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian... E. Tahapan Intervensi Tindakan... F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan... G. Data dan Sumber Data... H. Instrumen Pengumpulan Data... I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data... J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan... K. Pengembangan Perencanaan Tindakan...

38 38 41 41 41 44 44 44 47 49 49

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data... 1. Penelitian Pendahuluan... 2. Penelitian Siklus I...

a) Perencanaan... b) Pelaksanaan... c) Observasi... d) Refleksi... 3. Penelitian Siklus II...

a) Perencanaan... b) Pelaksanaan... c) Observasi... d) Refleksi... 50 50 51 51 51 62 68 70 70 70 81 86


(16)

xvi

B. Analisis Data... C. Pembahasan...

88 91

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

94 95

DAFTAR PUSTAKA... LEMBAR UJI REFERENSI... LAMPIRAN...

96 98 100


(17)

DAFTAR TABEL xvii Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif………... Penghitungan Perkembangan Skor Individu... Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok... Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas..………... Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Matematika... Kriteria Penilaian Angket Motivasi Siswa………... Kategori Nilai Angket Motivasi Belajar... Skor Perkembangan Individu 1... Skor Perkembangan Individu 2... Skor Perkembangan Individu 3... Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus I…………... Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I…………... Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I……... Hasil Wawancara Siswa pada Siklus I………... Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar pada Siklus I... Perhitungan Rata-Rata Skor Angket Siklus I………... Tindakan Perbaikan pada Siklus I………... Skor Perkembangan Individu 4... Skor Perkembangan Individu 5... Skor Perkembangan Individu 6... Skor Perkembangan Individu 7... Skor Perkembangan Individu 8... Hasil Pengamatan Catatan Lapangan Siklus II... Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus II………... Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II………... Hasil Wawancara Siswa pada Siklus II... Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar pada Siklus II……... Perhitungan Rata-Rata Skor Angket Siklus II………...

14 17 18 42 46 47 48 56 59 61 63 64 65 66 67 68 69 72 75 77 79 80 81 82 83 84 85 86


(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3

Proses Motivasi Dasar... Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin………... Diagram Persentase Aktifitas Mengajar Guru Siklus I dan II.... Diagram Persentase Aktifitas Belajar Siswa Siklus I dan II... Diagram Persentase Angket Motivasi Belajar Siklus I dan II....

20 40 88 89 90


(19)

xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lampiran 19 Lampiran 20 Lampiran 21 Lampiran 22 Lampiran 23 Lampiran 24 Lampiran 25

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II... Posisi Duduk Kelompok Belajar... Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I... Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II... Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I... Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II... Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar Matematika Siklus I... Hasil Jawaban Angket Motivasi Belajar Matematika Siklus II... Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian... Hasil Wawancara Guru Setelah Penelitian Siklus I... Hasil Wawancara Guru Setelah Penelitian Siklus II... Hasil Wawancara Siswa Setelah Penelitian Siklus I... Hasil Wawancara Siswa Setelah Penelitian Siklus II... Kisi-Kisi Instrumen Observasi Aktifitas Belajar Siswa ……….... Rubrik Penilaian Observasi Aktifitas Belajar Kelompok…….….. Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa...………... Kisi-Kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa………... Perhitungan Rata-Rata Angket Motivasi Belajar Siklus I…... Perhitungan Rata-Rata Angket Motivasi Belajar Siklus II…... Lembar Kerja Siswa Siklus I…... Lembar Kerja Siswa Siklus II... Hasil Observasi Aktifitas Belajar Kelompok... Gambar (Reward) Penghargaan…... Foto Kegiatan Pembelajaran...

100 105 110 111 112 113 114 115 119 123 125 127 128 129 130 131 133 134 135 136 137 139 141 144 145


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing.

Hal tersebut sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pada Bab II Pasal 3, menerangkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1

Tujuan pendidikan nasional dapat dicapai dengan upaya menyelenggarakan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Karena melalui pendidikan, satu persatu tujuan pendidikan nasional tersebut dapat diupayakan. Maka dari itu pemerintah wajib memberikan kesempatan kepada warga negaranya untuk memperoleh pendidikan, karena memperoleh pendidikan merupakan hak bagi setiap warga suatu negara itu sendiri, dan setiap negara harus menjamin keberlangsungan jalannya sebuah proses pendidikan bagi warga negaranya. Selain itu belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap individu agar memperoleh ilmu pengetahuan guna meningkatkan derajat kehidupan manusia. Oleh karena itu, kualitas pendidikan harus ditingkatkan secara terus menerus agar sesuai dengan tujuan yang dirancang.

1

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: DEPAG RI, 2006), h. 3.


(21)

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka perlu dilakukan beberapa rencana dan proses, salah satunya adalah dengan proses pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan kegiatan yang terpadu dan menyeluruh antara siswa dengan guru dalam suasana yang bersifat pengajaran.

Dalam hal proses pembelajaran seyogyanya para guru mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV Pasal 19 tentang Standar Proses yang berbunyi:

"Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi, aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik".2

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insan-insan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berbudi pekerti luhur.

Keadaan di atas menjadi tantangan bagi para pendidik untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan sistem pendidikan, program kurikulum, strategi belajar mengajar, serta sarana dan prasarana pendidikan mempengaruhi perkembangan siswa dalam bidang akademis, sosial, maupun pribadi. Karena pendidikan merupakan sebuah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, dan kecerdasan.

Kemampuan guru dalam menentukan metode yang sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran juga merupakan kunci keberhasilan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Tuntutan tersebut harus dimiliki oleh seorang guru ketika melakukan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Hal tersebut sejalan dengan tuntutan kurikulum saat ini yang sangat memperhatikan metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru.

2


(22)

3

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Peserta didik pada masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak yang berlangsung dari usia 6 tahun hingga 12 tahun. Menurut para ahli psikologi, yang juga harus diperhatikan dalam pendidikan adalah menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap yang sedang berlangsung. Salah satu tugas perkembangan anak usia sekolah dasar adalah belajar, bergaul dan bersahabat dengan anak-anak sebayanya, dan bekerja dalam kelompok. Tahap perkembangan ini harus bisa dimiliki anak usia SD agar perkembangan tahap berikutnya tidak mengalami gangguan yang mengakibatkan perkembangan sosial yang menyimpang.

Akan tetapi, pada kenyataannya banyak dijumpai pembelajaran di SD/MI masih jauh dari harapan. Pembelajaran di SD/MI masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yang hanya terpusat pada guru semata (teacher centered). Pembelajaran ini masih sering diterapkan oleh guru dengan alasan pembelajaran ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang banyak sehingga menyebabkan sedikit tuntutan aktifitas belajar dari siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering dijumpai adanya kecenderungan peserta didik yang menyerah meskipun mereka sebenarnya masih bingung tentang materi yang disampaikan. Ditambah lagi dalam praktik belajar, kepribadian (kecerdasan emosional) terabaikan hanya mengutamakan aspek akademik (kecerdasan intelektual) semata yang dipentingkan.

Proses pembelajaran seperti yang diungkapkan tersebut sangat tidak diharapkan. Konsep-konsep matematika lebih banyak langsung diberikan kepada siswa tanpa adanya proses yang bermakna yang melibatkan siswa untuk pengalaman dalam belajar yang nantinya akan berdampak pada hasil akademik yang rendah maupun kepribadian yang kurang baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, diperlukan strategi, pendekatan, metode, serta teknik tertentu.


(23)

Dengan kata lain, keberhasilan proses pembelajaran juga bergantung pada bagaimana suatu bahan ajar disampaikan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif. Terdapat beberapa tipe dalam pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.3 Pada tipe ini terdapat beberapa tahap yang harus dilalui selama proses pembelajaran. Tahap awal, siswa belajar dalam suatu kelompok dan diberikan suatu materi yang dirancang sebelumnya oleh guru. Setelah itu siswa bersaing dalam turnamen untuk mendapatkan penghargaan kelompok. Selain itu terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan agar pembelajaran tidak membosankan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat membuat siswa aktif dan termotivasi mencari penyelesaian masalah dan mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa yang lain, sehingga masing-masing siswa lebih menguasai materi. Dalam pembelajaran tipe STAD, guru berkeliling untuk membimbing siswa saat belajar kelompok. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru dan diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat kepada guru.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti terhadap guru matematika kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi Jakarta Barat, didapat informasi bahwa metode pengajaran didominasi oleh aktifitas guru sehingga pembelajaran masih bersifat teoritis dan jauh dari pengalaman belajar yang berdampak pada keaktifan dan keterlibatan siswa. Guru masih ragu menggunakan metode diskusi kelompok dengan asumsi bahwa siswa lebih sulit dikondisikan jika dibentuk dalam kelompok karena siswa hanya bercanda dengan temannya dan hanya menyita waktu belajar. Hal tersebut terlihat ketika guru menjelaskan konsep Matematika lebih menekankan pada pemberian materi secara langsung.

3

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009), Cet. Ke- IV, h. 143.


(24)

5

Selain itu, berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa didapat beberapa informasi yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa yaitu: 1) beberapa siswa kurang bersemangat saat mengikuti pembelajaran matematika, 2) siswa masih membutuhkan dorongan dari guru dalam mengajukan pertanyaan atau mengungkapkan pendapat, 3) masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas atau PR, 4) siswa merasa sudah puas dan paham tentang materi yang diajarkan namun ketika diajukan pertanyaan siswa terlihat kebingungan, 5) siswa kurang berminat dalam memecahkan soal matematika yang bersifat menantang, 6) beberapa siswa terlihat masih mengobrol dengan temannya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, 7) masih ada siswa yang datang terlambat, dan 8) beberapa siswa masih terlihat bermain-main di luar kelas ketika guru telah memasuki ruang kelas.

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pembelajaran matematika di sekolah tersebut, maka perlu adanya upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan pertimbangan salah satu ciri masa anak usia SD/MI adalah senang bergaul dan bekerja dalam kelompok sebayanya, maka untuk memenuhi tugas perkembangan anak pada usia tersebut digunakanlah kegiatan belajar yang salah satunya adalah melalui pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kelompok. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Apalagi pembelajaran kelompok sangat baik untuk pendidikan di Indonesia yang merupakan negara majemuk untuk segala aspeknya dan sejalan dengan ajaran Islam, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

(

٢

ةيآا نم :ةدئاملا

) ...

ِناَوْدُعْلاَو

ِمْثِإا ىَلَع ْاوُنَواَعَ ت َاَو ىَوْقَ تلاَو ِربْلا ىَلَع ْاوُنَواَعَ تَو

“Dan tolong-menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, dan janganlah kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan kejahatan” (QS. Al-Maaidah: 2)


(25)

Berdasarkan dari uraian di atas peneliti ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas guna meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menggunakan pengukuran sudut, panjang, dan berat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada siswa kelas IV SDN Cengkareng Timur 01 Pagi, jalan Daan Mogot KM. 14, Cengkareng-Jakarta Barat. Adapun judul penelitian ini yaitu “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa kurang mendapatkan pengalaman langsung dalam belajar dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan lebih didominasi oleh guru.

2. Keterlibatan siswa dalam belajar masih kurang sehingga menyebabkan rendahnya hasrat dan minat siswa dalam belajar.

3. Kurangnya interaksi belajar siswa sesama teman sebayanya, bergaul bersama, dan bekerja bersama teman sebayanya.

Penelitian ini difokuskan untuk meneliti pada aspek motivasi belajar siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).


(26)

7

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada motivasi belajar siswa.

1. Motivasi belajar.

Motivasi yang dimaksud dalam kegiatan belajar adalah adanya dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya, meliputi adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

2. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Salah satu ciri perkembangan masa anak usia SD/MI adalah senang bergaul dan bekerja dalam kelompok sebayanya, maka untuk memenuhi tugas perkembangan anak pada usia tersebut digunakan kegiatan belajar yang salah satunya adalah melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman sebayanya.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran Matematika?


(27)

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).

Manfaat dari hasil penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1) Manfaat Teoritis

Untuk menambah khazanah hasil penelitian tentang upaya peningkatan motivasi belajar matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan membuka kemungkinan dilakukan penelitian tindakan lebih lanjut tentang permasalahan sejenis. 2) Manfaat Praktis

a) Bagi guru, dapat mengetahui pola dan strategi pembelajaran yang tepat dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

b) Bagi siswa, menjadi lebih aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran, berani dalam mengungkapkan pendapat, mengajukan pertanyaan, sehingga siswa mendapatkan pengalaman dalam belajarnya.

c) Bagi sekolah, dapat mengadakan perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan, khususnya mata pelajaran Matematika.

d) Bagi peneliti, mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan motivasi belajar matematika siswa, sehingga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam pengembangan mata kuliah Strategi Pembelajaran.


(28)

9

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoretik

1. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberikan petunjuk kepada guru di kelas.

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam kelas untuk mempermudah proses belajar siswa. Di antara model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar di kelas adalah pembelajaran kooperatif.

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan interaksi antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Menurut Slavin, pembelajaran konstruktivis dalam pengajaran menerapkan metode pembelajaran kooperatif secara ekstensif, atas dasar teori bahwa siswa akan menjadi lebih mudah untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut secara bersama-sama.1

Lebih lanjut Sanjaya menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yang bersifat heterogen, yaitu antara 4-6 orang degan latar belakang

1

Robert E. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009), Cet. Ke- IV, h. 35-36.


(29)

kemampuan akademik berbeda yang harus saling membantu anggota tim untuk mencapai tujuan pembelajaran, jenis kelamin, dan ras yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok2

Riyanto menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill), dan termasuk interpersonal skill.3

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model yang digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar yang berpusat pada siswa terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemuka n guru dalam mengaktifkan siswa dengan cara membelajarkan kecakapan akademik sekaligus keterampilan sosial yang menggunakan pengelompokan kecil yang bersifat heterogen untuk mencapai tujuan yaitu mencapai ketuntasan belajar dan dapat meningkatkan hasil belajar, serta dapat meningkatkan kepekaan sosial dan empati di antara siswa.

b. Prinsip dan Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Ada yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran yang lainnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari prinsip dan cirinya. Unsur yang mendasari pembelajaran kooperatif sebagaimana yang dijelaskan oleh Riyanto yaitu:4

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 244-245.

3

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: PT. Kencana, 2009), h. 271.

4


(30)

11

1) Positive independence, artinya adanya saling ketergantungan positif yaitu anggota kelompok menyadari pentingnya kerjasama dalam pencampaian tujuan.

2) Face to face interaction, artinya antar anggota berinteraksi dengan saling berhadapan.

3) Individual accountability, artinya setiap anggota kelompok harus belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai keberhasilan kelompok.

4) Use of collaborative/social skill, artinya harus menggunakan keterampilan bekerja sama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru.

5) Group processing, artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka bekerja secara efektif.

Jadi, dalam menggunakan pembelajaran kooperatif harus menerapkan lima prinsip tersebut agar mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.

Sedangkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1) Kelompok dibentuk secara heterogen dengan komposisi siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, serta pria dan wanita berdasarkan etnik dan ras yang berbeda.

2) Siswa dalam kelompok sehidup semati.

3) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama. 4) Membagi tugas dan tanggung jawab yang sama.

5) Akan dievaluasi untuk semua.

6) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. 7) Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang


(31)

c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif banyak sekali model-model pembelajaran yang diperkenalkan, antara tipe pembelajaran yang satu dengan yang lainnya memiliki masing-masing perbedaan, baik pada keunggulan, cara pembelajaran, maupun kekurangannya. Tipe pembelajaran kooperatif yang sudah diterapkan di antaranya yaitu: STAD (Student Teams Achievement Division), TAI (Team Assisted Individualization), TGT (Teams Games Tournament), Jigsaw, dan Penelitian Kelompok (Group Investigation);5

1) STAD (Student Teams Achievement Division)

Dalam STAD siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan beranggotakan 4-5 siswa, dalam kelompok tersebut harus berbagai macam siswa, seperti tingkatan dalam prestasi, jenis kelamin, rasa atau suku dan agama. Selanjutnya guru memberikan materi kepada tiap kelompok, setiap siswa dalam kelompok tersebut harus mengerjakan tugas secara sendiri-sendiri. Dalam penilaiannya guru memeberikan skor kepada masing- masing siswa sesuai kesepakatan bersama.

2) TAI (Team Accelerated Instruction)

TAI atau pembelajaran individual dibantu tim pada dasamya hampir sama dengan STAD, dalam penggunaan tim belajar empat anggota berkemampuan campur dan penghargaan untuk tim berkinerja tinggi, bedanya bila STAD menggunakan satu langkah pengajaran di kelas, TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran individu.

3) TGT (Teams Games Tournament)

TGT atau pertandingan-pertandingan tim merupakan pengembangan dari STAD. Setelah siswa belajar dalam kelompoknya, masing-masing anggota kelompok akan mengadakan

5


(32)

13

lomba dengan anggota kelompok lain, sesuai dengan tingkat kemampuannya. Penilaian kelompok didasarkan pada jumlah nilai yang diperoleh dari masing masing anggota kelompok.

4) Jigsaw

Dalam penerapan jigsaw, siswa dibagi dalam kelompok- kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang yang berbeda tingkat kemampuan, ras, atau jenis kelaminnya. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama, Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap ini setiap siswa diperbolehkan bertanya, mengungkapkan pendapat, berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Pada akhir kegiatan setiap anggota mengerjakan tes untuk semua sub topik dan topik yang dipelajari. Skor hasil tes tiap kelompok dihitung dan diumumkan secara terbuka.

5) GI (Group Investigation)

Group Investigation adalah strategi pembelajaran yang dirancang agar siswa bekerja dalam kelompok untuk memecahkan masalah dan mengembangkan keterampilan meneliti. Di dalam teknik ini siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan perencanaan serta proyek kooperatif. Tiap kelompok diberi tanggung jawab untuk memilih topik yang diminati, membagi tugas-tugas menjadi sub-sub topiknya tersebut. Mereka juga mengintegrasikan materi sub-sub topiknya untuk menyusun laporan kelompok. Laporan hasil kerja kelompok dilaporkan kesemua anggota kelompok.


(33)

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran yang lain. Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Dalam menjalankannya harus sistematis dan saling terkait. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1: Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif6

Fase Tingkah laku guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada pelajaran dan menekankan pentingnya materi ajar tersebut serta memotivasi siswa belajar. Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa melalui demonstrasi atau bahan bacaan. Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa tata cara membentuk kelompok-kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas belajar mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan terhadap hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.

6

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Ed. 2, Cet. Ke-V, h. 211.


(34)

15

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD a. Pengertian STAD

Model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkin. Model STAD (Student Teams Achievement Divisions) ini merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti dan juga sangat mudah diadaptasi.7

Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan suatu pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhimya, seluruh siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dengan catatan pada saat kuis berlangsung mereka tidak boleh saling membantu.

Lebih jauh Slavin memaparkan bahwa: “Gagasan utama di belakang STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru”.8

Jika siswa menginginkan timnya memperoleh hadiah, mereka harus saling membantu teman sekelompoknya dalam memahami pelajaran. Mereka harus saling mendorong dan memotivasi teman sekelompoknya untuk melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa belajar itu sangat penting, berharga, dan menyenangkan.

7

Ibid., h. 213.

8


(35)

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam menerapkan model pembelajaran tipe STAD ini guru harus memperhatikan gambaran secara baik tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar tujuan yang dinginkan dapat tercapai. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:9

1) Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin, dan rasa atau etnik.

3) Presentasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan pula tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan, dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD.

9


(36)

17

5) Kuis (evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individual bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut.

6) Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0–100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

a) Menghitung skor individu

Menurut Slavin, untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel 2.2: Penghitungan Perkembangan Skor Individu

Nilai Tes Skor

Lebih dari 10 Poin dibawah skor awal 0 Poin 10-1 poin di bawah skor awal 10 Poin Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal 20 Poin Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 Poin

b) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua perkembangan indvidu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana pada tabel berikut:


(37)

Tabel 2.3:Penghitungan Perkembangan Skor Kelompok Rata-Rata Skor Kualifikasi

0 N 6 Tim yang Sangat Kurang Baik

7 N 12 Tim yang Kurang Baik

13 N 18 Tim yang Cukup Baik

19 N 24 Tim yang Baik

25 N 30 Tim yang Sangat Baik

c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Keunggulan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:10

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan saling membantu sesama siswa yang lain.

2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan.

3) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif. 4) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.

5) Meningkatkan kecakapan individu. 6) Meningkatkan kecakapan kelompok. 7) Meningkatkan komitmen.

8) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya. 9) Tidak bersifat kompetitif, dan

10)Tidak memiliki rasa dendam.

10


(38)

19

Sedangkan kekurangan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1) Membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami dan melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2) Siswa cenderung tidak mau apabila disatukan dengan temannya yang kurang pandai apabila ia sendiri yang pandai, dan yang kurang pandai pun merasa minder apabila dikelompokkan dengan temannya yang lebih pandai meskipun lama-kelamaan perasaan itu akan hilang dengan sendirinya.

3) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang, dan 4) Penghargaan terhadap kelompok berdasarkan skor peningkatan

individu yang diperoleh masing-masing kelompok. Dengan demikian, skor kelompok sangat tergantung dari sumbangan skor individu.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata “motif” yang artinya sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.11 Menurut Mc. Donald, “Motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald, bahwa motivasi juga mengandung tiga elemen penting, yaitu:12

11

Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. 11, h. 73.

12

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-9, h. 106.


(39)

1) Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. 2) Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan (affective arousal).

Mula-mula berupa ketegangan psikologis, lalu berupa suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif.

3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi memberikan respons-respons ke arah suatu tujuan tertentu.

Menurut Sartain, dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior, mengemukakan bahwa “…pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang menentukan/membatasi tingkah laku organisme itu”.13

Dengan demikian motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Seperti proses yang digambarkan menurut Irwanto, dkk. sebagai berikut:

Gambar 2.1: Proses Motivasi Dasar14

13

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h. 65.

14

Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), h. 79. KEBUTUHAN TUJUAN

TEGANG PERILAKU


(40)

21

Dari beberapa pengertian tentang motivasi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan secara maksimal dengan cara meningkatkan kemampuannya.

b. Fungsi Motivasi

Dalam proses belajar mengajar, motivasi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pada diri seseorang, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.

Sehubungan hal tersebut Sardiman menjelaskan ada tiga fungsi motivasi, antara lain:15

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikin motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya; 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa fungsi motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut: (1) Mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan; (2) Menentukan arah tujuan yang hendak dicapai; (3) Menentukan perbuatan yang harus dilakukan.16

15

Sardiman, op. cit., h. 85.

16

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), Cet. VII, h. 9.


(41)

Selanjutnya, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi belajar merupakan suatu dorongan untuk memenuhi kebutuhan pada diri seseorang dengan tujuan agar seseorang yang belajar dapat melahirkan prestasi yang lebih baik. Dengan hal tersebut seseorang akan melakukan suatu usaha yang sungguh-sungguh karena adanya motivasi yang baik.

c. Macam-Macam Motivasi

Macam atau jenis motivasi dapat ditinjau dari; Dasar Pembentukkannya, menurut pendapat Frandsen, menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis, motivasi Jasmaniah dan Rohaniah, motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik, sebagaimana dikutip dalam buku Sardiman sebagai berikut:17

1) Motivasi dilihat dari Dasar Pembentukkannya terdiri dari:

a) Motif bawaan, adalah motif yang dibawa sejak lahir dan tanpa dipelajari. Misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat, dan sebagainya.

b) Motif yang dipelajari, adalah dorongan yang timbul karena dipelajari. Misalkan: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial karena manusia hidup dalam

17


(42)

23

lingkungan sosial dengan sesama manusia lain sehingga motivasi itu terbentuk.

2) Motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis terdiri dari:

a) Motif atau kebutuhan orgamis, misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, dan kebutuhan untuk beristirahat. b) Motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha. Motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.

c) Motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Yang termasuk motivasi jasmaniah adalah seperti, refleksi, insting otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan.

4) Motivasi instrinsik dan ekstrinsik

a) Motivasi instrinsik, adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang yang senang membaca, tidak disuruh atau didorong oleh orang lain.

b) Motivasi ekstrinsik, adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya, seseorang berperilaku menolong jika dipuji oleh orang lain.


(43)

d. Jenis-Jenis Motivasi

Para ahli mengadakan pembagian jenis-jenis motivasi menurut teorinya masing-masing. Dari keseluruhan teori motivasi, dapat diajukan tiga pendekatan untuk menentukan jenis-jenis motivasi, yakni:18

1) Pendekatan Kebutuhan

Abaraham H. Maslow melihat motivasi dari segi kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia sifatnya bertingkat-tingkat. Pemuasan terhadap tingkat kebutuhan tertentu dapat dilakukan jika tingkat kebutuhan sebelumnya telah mendapat pemuasan. Kebutuhan-kebutuhan itu ialah:

a) Kebutuhan fisiologi, yakni kebutuhan primer yang harus dipuaskan lebih dahulu, yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan tempat berlindung.

b) Kebutuhan keamanan, baik keamanan batin maupun keamanan barang atau benda.

c) Kebutuhan sosial, yang terdiri dari kebutuhan perasaan untuk diterima oleh orang lain, perasaan dihormati, kebutuhan untuk berprestasi dan kebutuhan perasaan berpartisipasi.

d) Kebutuhan berprestasi, yakni kebutuhan yang erat hubungannya dengan status seseorang.

2) Pendekatan Fungsional. Pendekatan ini berdasarkan pada konsep motivasi, yakni:

a) Penggerak, yang memberi tenaga tetapi tidak membimbing, bagaikan mesin tetapi tidak mengemudikan kegiatan.

b) Harapan, keyakinan sementara bahwa suatu hasil akan diperoleh setelah dilakukannya suatu tindakan tertentu. c) Insentif, objek tujuan yang aktual. Ganjaran (reward) dapat

diberikan dalam bentuk konkrit atau simbolik.

18


(44)

25

3) Pendekatan Deskriptif

Masalah motivasi ditinjau dari pengertian-pengertian deskriptif yang menunjuk pada kejadian-kejadian yang dapat diamati dan hubungan-hubungan pelajaran.

e. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.

Uno, berdasarkan sumbernya motivasi juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu ”motivasi intrinsik timbulnya tidak dari luar karena karena memang ada dalam diri individu tersebut, dan motivasi ekstrinsik timbul karena adanya rangsangan dari luar individu.”19 Di mana untuk proses belajar mengajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lama. Untuk motivasi ekstrinsik dapat diberikan oleh guru dengan jalan mengatur kondisi dan situasi belajar menjadi kondusif. Dengan jalan memberi penguatan-penguatan maka motivasi yang mulanya bersifat ekstrinsik diharapkan akan berubah menjadi motivasi intrinsik.

19


(45)

Berikut beberapa hal yang dapat menimbulkan motivasi ekstrinsik:

a) Pendidik memerlukan anak didiknya sebagai manusia yang berpribadi, menghargai pendapatnya, pikirannya, perasaanya, maupun keyakinannya.

b) Pendidik menggunakan berbagai metode dalam melaksanakan kegiatan pendidikannya.

c) Pendidik senantiasa memberikan bimbingan dan juga pengarahan kepada anak didiknya dan membantu apabila mengalami kesulitan, baik secara pribadi maupun akademis.

d) Pendidik harus mempunyai pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi atau materi yang diajarkan kepada peserta didiknya. e) Pendidik harus mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada

profesinya sebagai pendidik.

Sedangkan motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat di klasifikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) Adanya penghargaan dalam belajar, 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. 20

f. Tujuan Motivasi Belajar

Secara umum, dapat dikatakan bahwa “tujuan motivasi adalah menggerakkan atau mengunggah seseorang agar timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu”. Bagi seorang guru, “tujuan motivasi

20


(46)

27

adalah untuk mennggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang digarapkan dalam kurikulum sekolah”.21

Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi.

g. Ciri-Ciri Orang Memiliki Motivasi

Menurut Sardiman, motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:22

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak mudah putus asa). Tidak memerlukan dorongan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

21

Iska, op. cit., h.76.

22


(47)

Motivasi belajar dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut: a) Minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran; b) Semangat belajar siswa dalam melaksanakan tugas-tugas belajar; c) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajar; d) Reaksi yang ditunjukkan terhadap stimulus yang diberikan oleh guru; e) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki motivasi tinggi dapat dilihat dari beberapa ciri-ciri, di antaranya siswa tekun menghadapi tugas, siswa ulet menghadapi kesulitan belajar, siswa senang terhadap mata pelajaran, siswa memperhatikan saat guru menerangkan materi pelajaran, siswa rajin mengikuti proses pembelajaran, siswa tidak cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, siswa memiliki keinginan berhasil yang tinggi, siswa berani mempertahankan pendapat selagi merasa benar dan yakin, siswa tidak mudah menyerah mengerjakan soal-soal latihan yang dianggap sulit, siswa percaya diri bertanya tentang materi yang belum dikuasai. Apabila terdapat ciri-ciri tersebut pada diri pribadi siswa, maka dapat dikatakan bahwa siswa telah memiliki motivasi belajar tinggi.

h. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Agar motivasi belajar matematika siswa dapat meningkat, guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, diantaranya :23

1) Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah lakunya untuk tujuan belajar yang hendak dicapainya. 2) Sikap guru terhadap kelas, artinya guru yang selalu merangsang

siswa berbuat kearah tujuan yang jelas dan bermakna akan menumbuhkan motivasi belajar siswa.

23


(48)

29

3) Pengaruh kelompok siswa. Bila pengaruh kelompok terlalu kuat maka motivasi yang timbul cenderung ke arah ekstrinsik.

4) Suasana kelas. Kelas dengan suasana kebebasan yang bertanggung jawab akan lebih merangsang munculnya motivasi dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.

Berdasarkan uraian tersebut hendaknya guru memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena keberhasilan siswa dalam belajar salah satunya ditentukan oleh unsur motivasi belajar.

i. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Motivasi pada dasarnya dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar, (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.24

Motivasi merupakan salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Jika seseorang tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan motivasi siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan, mengingat pentingnya motivasi bagi siswa dalam belajar, maka guru diharapkan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa-siswanya. Menciptakan

24


(49)

kondisi tertentu dapat meningkatkan motivasi belajar. Ada beberapa cara untuk meningkatkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu sebagai berikut:25

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang belajar, yang utama untuk mencapai nilai yang baik. Biasanya siswa mengejar nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka atau nilai yang baik bagi siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.

2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3) Persaingan atau kompetisi

Persaingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Keterlibatan diri

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas-tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa. Para siswa akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.

25


(50)

31

5) Memberi ulangan

Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan harapan hasilnya akan terus meningkat.

7) Pujian

Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan merupakan motivasi yang baik. Supaya pujian merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat bisa menjadi alat motivasi.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu tanpa maksud. Pada diri anak didik memang ada motivasi untuk belajar, sehingga hasilnya akan lebih baik. Cara menumbuhkan hasrat untuk belajar adalah guru memberi tugas, sehingga ada maksud untuk siswa mau belajar dan guru memberikan informasi kepada siswa bahwa belajar dapat memberikan ilmu dan pengetahuan.

10)Minat

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga dengan minat. Sehingga minat merupakan alat motivasi. Minat dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut:


(1)

141

Hasil Observasi Aktifitas Belajar Kelompok Siswa

*Perte muan 1

N o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 6 6 9 7,5 9 7,5 45 7,5%

2 Mengerjakan LKS 4 4 6 5 6 5 30 5%

3 Berdiskusi kelompok 4 4 6 5 6 5 30 5%

4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 4 4 6 5 6 5 30 5% 5 Memperhatikan pendapat temannya 4 4 6 5 6 5 30 5%

6 Mengerjakan soal/kuis 6 6 9 7,5 9 7,5 45 7,5%

7 Berani bertanya 4 4 6 5 6 5 30 5%

8 Menjawab pertanyaan guru 4 4 6 5 6 5 30 5%

Jumlah 36 36 54 45 54 45 45%

Persentase (%) 4,5% 4,5% 6,7% 5,6% 6,7% 5,6% 5,6%

Rata-Rata 33,6% (5,6%)

Keterangan Sebagian Kecil (Sangat Rendah)

*Pertemuan 2

N

o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 9 7,5 10,5 9 7,5 9 52 8,6%

2 Mengerjakan LKS 6 5 7 6 7 6 37 6,1%

3 Berdiskusi kelompok 6 5 7 6 7 6 37 6,1%

4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 6 5 7 6 7 6 37 6,1% 5 Memperhatikan pendapat temannya 9 7,5 10,5 9 7,5 9 52 8,6%

6 Mengerjakan soal/kuis 9 7,5 10,5 9 7,5 9 52 8,6%

7 Berani bertanya 6 5 7 6 7 6 37 6,1%

8 Menjawab pertanyaan guru 9 7,5 10,5 9 7,5 9 52 8,6%

Jumlah 60 50 70 60 50 60 58,8%

Persentase (%) 7,5% 6,2% 8,7% 7,5% 6,2% 7,5% 7,3%

Rata-Rata 43,6% (7,2%)

Kete rangan Hampir Setengahnya (Rendah) *Perte muan 3

N o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5%

2 Mengerjakan LKS 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5%

3 Berdiskusi kelompok 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5%

4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5% 5 Memperhatikan pendapat temannya 7 6 8 8 9 8 46 7,6% 6 Mengerjakan soal/kuis 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5%

7 Berani bertanya 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5%

8 Menjawab pertanyaan guru 10,5 9 12 12 13,5 12 69 11,5%

Jumlah 80 69 92 92 103 92 88,1%

Persentase (%) 10% 8,6% 11% 11% 13% 11% 11%

Rata-Rata 64,6% (10,7%)


(2)

142

*Perte muan 4 N

o

Aspek yang Diamati Kelompok (∑) (%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13%

2 Mengerjakan LKS 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13%

3 Berdiskusi kelompok 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13% 4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13% 5 Memperhatikan pendapat temannya 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13% 6 Mengerjakan soal/kuis 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13%

7 Berani bertanya 8 7 9 9 10 9 52 8,6%

8 Menjawab pertanyaan guru 12 10,5 13,5 13,5 15 13,5 78 13%

Jumlah 92 80 103 103 115 103 99,6%

Persentase (%) 11% 10% 12% 12% 14% 12% 12,4%

Rata-Rata 71% (11,8%)

Kete rangan Sebagian Besar (Rendah) *Perte muan 5

N o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 18 16 20 18 22 20 114 19%

2 Mengerjakan LKS 13,5 12 15 13,5 16,5 15 85 14%

3 Berdiskusi kelompok 13,5 12 15 13,5 16,5 15 85 14% 4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 13,5 12 15 13,5 16,5 15 85 14% 5 Memperhatikan pendapat temannya 13,5 12 15 13,5 16,5 15 85 14% 6 Mengerjakan soal/kuis 13,5 12 15 13,5 16,5 15 85 14%

7 Berani bertanya 9 8 10 9 11 10 57 9,5%

8 Menjawab pertanyaan guru 13,5 12 15 13,5 16,5 15 85 14%

Jumlah 108 96 120 108 132 120 112,5%

Persentase (%) 13% 12% 15% 13% 16% 15% 14%

Rata-Rata 84% (14%)

Kete rangan Sebagian Besar (Sedang) *Perte muan 6

N o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6%

2 Mengerjakan LKS 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6%

3 Berdiskusi kelompok 20 18 22 20 24 22 126 21%

4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6% 5 Memperhatikan pendapat temannya 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6% 6 Mengerjakan soal/kuis 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6%

7 Berani bertanya 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6%

8 Menjawab pertanyaan guru 15 13,5 16,5 15 18 16,5 94 15,6%

Jumlah 125 106 137 125 150 137 130,2%

Persentase (%) 15% 13% 17% 15% 18% 17% 16,2%

Rata-Rata 95% (15,8%)


(3)

143

*Perte muan 7 N

o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 16,5 15 18 16,5 19,5 18 103 17,1%

2 Mengerjakan LKS 16,5 15 18 16,5 19,5 18 103 17,1%

3 Berdiskusi kelompok 16,5 15 18 16,5 19,5 18 103 17,1% 4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 16,5 15 18 16,5 19,5 18 103 17,1% 5 Memperhatikan pendapat temannya 16,5 15 18 16,5 19,5 18 103 17,1%

6 Mengerjakan soal/kuis 22 20 24 22 26 24 138 23%

7 Berani bertanya 22 20 24 22 26 24 138 23%

8 Menjawab pertanyaan guru 16,5 15 18 16,5 19,5 18 103 17,1%

Jumlah 143 130 156 143 169 156 148,6%

Persentase (%) 17% 16% 19% 17% 21% 19% 18,5%

Rata-Rata 109% (18,1%)

Kete rangan Seluruhnya (Sedang) *Perte muan 8

N o

Aspek yang Diamati Kelompok

(∑)

(%)

I II III IV V VI

1 Memperhatikan penjelasan guru 24 22 26 22 28 24 146 24,3%

2 Mengerjakan LKS 18 16,5 19,5 16,5 21 18 109 18,1%

3 Berdiskusi kelompok 24 22 26 22 28 24 146 24,3%

4 Mempresentasikan hasil kerja kelompok 18 16,5 19,5 16,5 21 18 109 18,1% 5 Memperhatikan pendapat temannya 18 16,5 19,5 16,5 21 18 109 18,1% 6 Mengerjakan soal/kuis 18 16,5 19,5 16,5 21 18 109 18,1%

7 Berani bertanya 24 22 26 22 28 24 146 24,3%

8 Menjawab pertanyaan guru 24 22 26 22 28 24 146 24,3%

Jumlah 168 154 182 154 196 168 169,6%

Persentase (%) 21% 19% 22% 19% 24% 21% 21,2%

Rata-Rata 126% (21%)

Kete rangan Seluruhnya (Tinggi)

No. Persentase Penafsiran

1. 100% Seluruhnya

2. 90% - 99% Hampir seluruhnya

3. 60% - 89% Sebagian besar

4. 51% - 59% Lebih dari setengahnya

5. 50% Setengahnya

6. 40% - 49% Hampir setengahnya

7. 20% - 39% Sebagian kecil

8. 10% - 19% Sedikit

9. 0,1% - 9% Sedikit sekali

10. 0% Tidak ada sama sekali

Kategori Motivasi: Sangat Tinggi : 25% - 30% Tinggi : 19% - 24% Sedang : 13% - 18% Rendah : 7% - 12% Sangat Rendah : 0% - 6%


(4)

(5)

(6)

SURAT KETERANGAN

Nomor: ...

Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cengkareng Timur 01 Pagi Cengkareng-Jakarta Barat,

dengan ini menerangkan bahwa:

Nama Mahasiswa

: Deni Irawan

NIM

: 109018300097

Fakultas

: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Universitas

: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Judul Skripsi

:

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Student

Teams Achievement Divisions

(STAD) untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Matematika Siswa SD/MI

Benar mahasiswa tersebut telah melaksanakan penelitian di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi

Cengkareng-Jakarta Barat pada tanggal 21 Oktober 2013 s.d 7 November 2013, dalam rangka

pengumpulan data untuk penyusunan skripsi.

Demikian surat keterangan ini kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Cengkareng, 11 November 2013

Kepala SDN Cengkareng 01 Pagi

Joko Sarwono, S.Pd


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran terpadu tipe connected untuk meningkatkan konsep diri siswa dalam belajar matematika (penelitian tindakan klas di madrasah tsanawiyah pembangunan UIN Jakarta

0 9 373

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor terstruktur untuk meningkatkan aktivitas belajar matemetika siswa (penelitian tindakan kelas di SMP Islam al-Ikhlas Cipete)

1 9 47

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (Stad) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Sd/Mi (Penelitian Tindakan Kelas Di Sdn Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

0 4 165

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa SD/MI (penelitian tindakan kelas di SDN Cengkareng Timur 01 Pagi - Jakarta Barat)

0 4 165

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipi Inside-outside circle untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa (penelitian tindakan kelas di MTSN Tangerang 11 Pamulang)

4 20 61

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan motivasi belajar PAI siswa SD Negeri Ciherang 01: penelitian tindakan kelas

1 8 0