Penanganan dan Pecegahan Diare Secara Dini Pada Balita Pencegahan Perilaku Berisiko Terjadinya Diare Pada Balita

2.2.4 Penanganan dan Pecegahan Diare Secara Dini Pada Balita

Sakit adalah suatu kondisi yang dapat menimpa setiap orang. Kondisi ini sebagian dapat diupayakan pencegahannya. Orangtua khususnya ibu harus mengetahui bagaimana harus bersikap menghadapi kondisi anak yang sedang sakit sebelum mendapatkan perawatan petugas kesehatan, antara lain meliputi pengetahuan umum mengenai diagnosis penyakit seperti panas, batuk, flu, diare, dan luka, tindakan yang diperlukan, pengobatan, dan upaya lainnya yang berkaitan. Orang tua sebaiknya mampu memberikan pengobatan yang efektif Widoyono, 2010. Penanganan diare pada anak balita cukup sederhana yaitu dengan memberikan cairan oralit sesuai dengan jenis atau tingkat diare yang diderita anak. Diare pada anak termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya self limited disease, hanya terkadang para orangtua khususnya ibu khawatir melihat keadaan anaknya sehingga perlu diterapi dan penanganan agar penyakit dapat lebih tertangani dengan optimal dan cepat sembuh Purnamasari, 2011 Diare umumnya ditularkan melalui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly and Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah : - Penyiapan makanan yang higienis - Penyediaan air minum yang bersih - Kebersihan perorangan - Cuci tangan sebelum makan Universitas Sumatera Utara - Pemberian ASI ekslusif - Buang air besar pada tempatnya WC, toilet - Tempat buang sampah yang memadai - Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan - Lingkungan hidup yang sehat Sarasvati, 2010

2.2.5 Pedoman WHO Dalam Penanganan Diare

Sampai saat ini, para ahli dan dokter anak di seluruh dunia masih mencari dan melakukan penelitian tentang penanganan diare pada anak yang paling optimal. WHO World Health Organization, melalui anak cabangnya yang mengurusi anak-anak UNICEF, sering mengadakan pertemuan untuk membahas hal ini. Saat ini, penanganan diare pada anak masih berpedoman pada kesepakatan WHO yang disebut 5 Ways to Threat Diarrhea , di Indonesia dikenal dengan Lintas Diare Lima Langkah Tuntaskan Diare. Lima pendoman tersebut adalah Sofwan, 2010: 1. Berikan oralit formula baru 2. Berikan Zinc selama 10 hari berturut-turut 3. Teruskan ASI-makan 4. Antibiotik selektif 5. Nasihat untuk ibu dan keluarga

1. Pemberian Oralit Formula Baru

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memperoleh formula oralit. Dan telah terbukti bahwa oralit dapat menurunkan angka kematian akibat dehidrasi. Oralit ini sangat berperan penting dalam mengatasi kehilangan cairan dan Universitas Sumatera Utara elektrolit tubuh. Karena oralit juga mengandung elektrolit yang hilang bersama keluarnya tinja Maryunani, 2010. Langkah pertama dalam menangani diare pada anak adalah memberikan oralit. Oralit diberikan mulai dari pertama kali anak diare sampai diare berhenti. Pada waktu anak diare, selain cairan yang keluar melalui feses, ada garam tubuh yang ikut hilang bersama cairan tersebut. Garam tubuh tersebut berupa garam elektrolit seperti Natrium Na, Kalium K, Klorida CI, Glukosa, dan Karbonat. Garam- garam elektrolit ini berguna untuk menjaga keseimbangan elektrolit di dalam tubuh. Jika tubuh kekurangan cairan dan garam-garam ini, maka dapat terjadi dehidrasi dan gangguan fungsi organ dan tubuh lainnya Sofwan, 2010. Secara umum, ada dua bentuk oralit yaitu dalam bentuk larutan yang sudah siap saji dan dalam bentuk bubuk. Keduanya dapat diperoleh dengan mudah di puskesmas, toko obat, dan apotek, serta tidak memerlukan resep dokter untuk membelinya harganya juga cukup terjangkau. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa oralit formula baru memiliki beberapa kelebihan dibandingkan oralit formula lama, yaitu Sofwan, 2010: 1. Mengurangi volume feses hingga 25 2. Mengurangi efek mual-muntah hingga 30 3. Mengurangi pemberian cairan melalui intravena infuse bila anak perlu dirawat Cara penggunaan oralit adalah dengan melarutkan satu bungkus oralit dalam 1 gelas 200 ml air putih boleh hangat atau biasa saja. Untuk melarutkan oralit gunakan air matang yang telah dingin dan tidak boleh menggunakan air mendidih. Universitas Sumatera Utara Larutan yang telah 24 jam tidak boleh digunakan lagi. Semua isi bungkusan dilarutkan dalam 200 ml air. Oralit diberikan setiap kali anak menceret sebanyak 10 ml per kg berat badan anak. Jumlah yang diminum disesuaikan dengan usia dan tingkat keparahan diarenya. Aturan pakai oralit yaitu Kementerian Kesehatan RI, 2011 : Table 2.1 Aturan Pemakaian Oralit Usia Mencegah dehidrasi tiap buang air besarBAB Mengatasi Dehidrasi 3 jam pertama selanjutnya tiap BAB 11 Bulan 0.5 gelas 1,5 gelas 0,5 gelas 1-4 Tahun 1 gelas 3 gelas 1 gelas 5 tahun 1.5 gelas 6 gelas 1,5 gelas Dewasa 2 gelas 12 gelas 2 gelas Oralit dapat digantikan dengan cairan rumah tangga seperti sup, air tajin, air kelapa, dan larutan gula garam. Namun pada anak diare jangan diberikan minuman seperti soft drink atau kopi. Larutan gula garam dapat dibuat dengan mudah di rumah. Caranya adalah dengan 1 sendok teh gula ditambah ¼ sendok teh garam dilarutkan dalam 1 liter air putih Purnamasari,2011.

2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-turut

Langkah kedua yang perlu dilakukan untuk menangani diare adalah memberikan Zinc seng selama 10 hari berturut-turut. Zinc adalah zat gizi mikro yang ada di dalam tubuh dan berguna untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc akan ikut terbuang atau keluar dari dalam tubuh pada saat anak diare, sehingga mengakibatkan jumlah Zinc di dalam tubuh berkurang. Itulah sebabnya dibutuhkan tambahan Zinc untuk menggantikannya. WHO dalam penelitiannya mengemukakan beberapa manfaat zinc Sofwan, 2010, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Mengurangi angka kejadian diare sebanyak 34 2. Mengurangi durasi atau lama sakit karena diare akut sampai 20 3. Mengurangi durasi atau lama sakit karena diare persisten sampai 24 4. Mengurangi kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebanyak 42 5. Mengurangi angka pneumonia atau radang paru-paru sebesar 26 Pada kasus diare akut, Zinc diberikan minimal 10 hari berturut-turut dan satu kali sehari. Sekalipun diare telah berhenti, misalnya setelah tiga hari, pemberian Zinc tetap dilanjutkan karena Zinc akan meningkatkan sisitem imun anak dan mengurangi angka kejadian diare berulang hingga 3 bulan ke depan. Saat ini, ada dua bentuk Zinc yang tersedia di Indonesia, yaitu sirup dan tablet. Zinc diberikan sesuai dengan usia anak. Zinc dalam bentuk tablet perlu dilarutkan dalam air sebelum ditelan. Caranya adalah dengan meletakkan tablet Zinc ke sendok berisi air, ditunggu hingga lart dan setelah itu baru diminum. Efek samping Zinc yang paling sering dilaporkan adalah mual dan muntah. Zinc dapat diberikan bersama-sama dengan obat lainnya, termasuk oralit. Zinc dapat diperoleh dengan mudah di toko obat dan apotek, namun harus diakui bahwa harganya cukup mahal. Meskipun demikian, konsumsi Zinc pada saat diare sangat menguntungkan karena biasanya setelah itu anak akan terlihat lebih fit, sehat, dan jarang sakit-sakitan Sofwan, 2010.

3. Teruskan Pemberian ASI dan Makanan

Langkah ketiga adalah terus ASI Air Susu Ibu dan makan. Pemberian ASI untuk bayi dan balita tetap diteruskan pada saat diare. begitu juga dengan Universitas Sumatera Utara pemberian makanan sehari-hari pada anak yang lebih besar. ASI tidak menyebabkan diare, justru dapat membantu mencegah diare. makanan sehari-hari tetap dilanjutkan dan cobalah perbanyak makanan yang berkuah, seperti sup, sereal, dan kuah sayur-sayuran. Selain digunakan untuk energi, makanan- makanan ini dan juga ASI bila masih diberi ASI akan menambah jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh sehingga meminimalkan kemungkinan terjadinya kekurangan cairan atau dehidrasi. Pemberian susu formula untuk anak yang lebih besar juga tetap dapat dilanjutkan selama diare Sofwan, 2010. Akibat makanan yang terbuang karena tidak diserap oleh usus, diare dapat menyebabkan gangguan nutrisi. Padahal pada kondisi ini, metabolism tubuh lebih tinggi sebagai upaya melawan infeksi, sehingga nutrisi yang diperlukan pun lebih banyak. Oleh karena itu, bukan suatu hal yang dibenarkan apabila selama diare menjadi takut memberi makan dan minum. Justru makan dan minum ini sangat diperlukan Purnamasari, 2011. Ketika anak balita mengalami diare, orangtua khususnya ibu harus memperhatkan aspek gizi pada anak karena balita masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, sehingga aspek gizi ini sangat penting. Tidak jarang, ketika anak mengalami diare fokus perhatian orangtua terlalu terpaku pada cara menyembuhkan dan menghentikan diare, sehingga akhirnya lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Banyak orangtua ragu serta tidak mengetahui makanan apa yang sebaiknya diberikan ketika anak diare, sehingga akhirnya membatasi makanan yang dikonsumsi. Adapun, makanan yang perlu dihindari ketika anak mengalami diare akut dapat dilihat pada table berikut Sofwan, 2010: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Makanan yang Direkomendasikan dan yang Perlu Dihindari Makan yang direkomendasikan Makanan yang perlu dihindari Makanan yang mengandung tepung Seperti: beras, kentang, bakmi, biscuit, Sereal bubur, gandum, sup, Yogurt, Sayur-sayuran Buah-buahan Minuman dengan pemanis buatan, Minuman bersoda. Makanan berlemak atau mengandung lemak dalam jumlah tinggi. Makanan atau minuman yang terbuat dari gula sederhana Seperti: jus apel buatan, sereal dengan pemanis buatan,dan lain-lain.

4. Antibiotika Selektif

Langkah keempat dalam penanganan diare pada anak balita adalah antibiotika selektif. Maksudnya adalah adalah cobalah untuk tidak memberikan antibiotika secara sembarangan ketika anak diare. Banyak orangtua yang terkadang “sok pintar” dan langsung memberikan antibiotika ketika anak diare. Terkadang setelah diberikan antibiotika diare semakin bertambah parah. Seharusnya orang tua lebih berhati-hati dan bijak dalam memberikan pengobatan pada anak. Di dunia medis dikenal istilah antibiotic associated diarrhea atau diare yang disebabkan karena pemberian antibiotika Sofwan, 2010. Antibiotika hanya digunakan untuk membunuh bakteri. Sedangkan diare akibat virus tidak dapat diatasi dengan antibiotik, dan justru bisa semakin memburuk. Pemberian antibiotik ini harus sesuai dengan indikasi, sehingga sebaiknya sesuai dengan petunjuk dokter Ngastiyah, 2005. Universitas Sumatera Utara Kerugian utama dari penggunaan antibiotika yang tidak rasional terletak pada sisi ekonomi atau biaya, karena pemberian antibiotika menambah biaya berobat yang mubazir. Kerugian kedua adalah meningkatkan resistensi kuman. Artinya, jika diberikan tidak dalam dosis dan durasi yang tepat justru akan membuat kuman atau bakteri menjadi kebal terhadap antibiotika tersebut. Dan kerugian ketiga adalah kemungkinan diare tidak membaik dan malahan memburuk antibiotic associated diarrhea. Bila dikonsumsi, antibiotika tidak hanya akan membunuh bakteri jahat yang ada di dalam tubuh, melainkan juga membunuh sebagian bakteri baik yang ada di dalam tubuh, sehingga justru akan menyebabkan ketidakseimbangan bakteri di dalam tubuh Sofwan, 2010.

5. Konseling Untuk Ibu dan Keluarga

Sejatinya, langkah kelima tidak termasuk dalam konteks penanganan diare, melainkan lebih kepada edukasi para orangtua mengenai perlunya kewaspadaan bila terjadi hal-hal yang lebih serius terhadap diare yang dialami balita. Langkah ini diberikan oleh para praktisi kesehatan kepada orangtua agar selalu memantau keadaan balita dan bila terjadi hal-hal yang lebih serius agar segera dibawa kembali ke dokter. Sekalipun diare akut tergolong ringan, tetapi pada beberapa keadaan kesehatan balita dapat memburuk dan bahkan membahayakan jiwa. Dokter dan praktisi kesehatan lainnya perlu mengedukasi para orangtua mengenai cara pembuatan dan pemberian oralit, Zinc dan informasi lain seputar masalah diare akut Sofwan, 2010. Segala kekhawatiran orangtua mengenai keadaan anaknya sebaiknya segera dikonsultasikan dengan dokter. Pelaksanaan utama keberhasilan Universitas Sumatera Utara penanganan diare di komunitas adalah orangtua. Hal ini sangat diperlukan bagi orang tua, terutama ibu, untuk mengenali diare dan membantu penyembuhannya Nagiga dan Arti, 2009.

2.2.6 Pencegahan Perilaku Berisiko Terjadinya Diare Pada Balita

Diare pada balita merupakan penyakit yang dapat dicegah. Beberapa perilaku berikut dapat menjadi risiko terjadinya diare pada anak, yaitu: 1. Pengunaan botol susu Botol susu yang jarang dibersihkan dapat menjadi media transportasi kuman kedalam pencernaan balita. Oleh karena itu perlu untuk selalu mencuci botol susu hingga bersih dan sebaiknya direbus sebelum digunakan lagi, agar kuman yang menempel pada botol susu tersebut dapat mati dalam pemanasan. 2. Makanan masak dalam suhu kamar Makanan masak yang disimpan pada suhu kamar untuk dimakan kemudian, dapat memudahkan terjadinya pencemaran akibat terjadinya kontak dengan permukaan alat-alat yang terpapar. Bila makanan disimpan beberapa jam dalam suhu kamar, kuman dapat berkembang biak pada makanan tersebut. 3. Air minum yang tercemar kuman Air minum yang tercemar bisa terjadi melalui dua hal, yaitu tercemar pada sumber airnya dan tercemar pada tempat penyimpanan minumannya. 4. Tidak cuci tangan setelah buang air besar atau membuang tinja balita Mencuci tangan merupakan hal sederhana dan sangat penting, terutama setelah terpapar dengan sesuatu yang mengandung kuman. Apalagi setelah itu Universitas Sumatera Utara akan menyiapkan makanan. Kuman yang masih menempel pada tangan yang belum dicuci dapat terkontaminasi pada makanan. 5. Tidak membuang tinja dengan benar Orang sering menganggap tinja balita tidak berbahaya, padahal tinja balita juga mengandung kuman. Demikian juga dengan tinja binatang, juga mengandung kuman. 6. Pengelolaan dan pembuangan sampah sembarangan Pengelolaan dan pembuangan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain Purnamasari, 2011.

2.3 Landasan Teori

Dalam menyusun kerangka konsep mengenai gambaran pengetahuan dan sikap ibu terhadap upaya penanganan diare secara dini pada balita peneliti mengacu pada teori Social Learning Theory SLT. Menurut Bandura 1977 ada tiga komponen yang memepengaruhi perilaku seseorang, yaitu faktor individu itu sendiri Person P, terdiri dari personality, karakteristik seseorang, proses kognisi, self regulation atau kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri. Behavior B atau perilaku, hal yang di pengaruhi yaitu nature atau alamiah, frekuensi, dan intensitas dari suatu perilaku seperti suatu perilaku dapat dilakukan atau ditiru seseorang dari seringnya seseorang melihat atau terpapar oleh suatu perilaku tersebut dan reinforcementpunishment yang berasal dari diri sendiri atau lingkungan berfungsi sebagai kontrol bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka. Environment E atau lingkungan yang terdiri dari rangsangan atau stimulus, baik secara sosial maupun secara fisik misalnya teman sebaya, media Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Yang Memiliki Balita Terhadap Penyakit Diare Di RW.03 Kelurahan Sukawarna Wilayah Kerja Puskesmas Sukawarna Kota Bandung Tahun 2007.

3 14 27

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Pencegahan dan Penaggulangan Secara Dini Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Hegarmanah Jatinangor.

0 1 1

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

0 0 17

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

0 0 2

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

0 0 11

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

0 0 34

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

0 0 3

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Upaya Penanganan Diare secara Dini pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Gunungsitoli Utara tahun 2015

0 0 33

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP IBU DAN KETERSEDIAAN FASILITAS TERHADAP UPAYA IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BETAET KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI TAHUN 2015 - Repositori Universitas Andalas

0 0 16

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA

0 0 13