yang membesar yang mungkin disebabkan oleh proses inflamasi, maka FIGO memperkenalkan surgical staging pada tahun 1988 yang kemudian telah direvisi.
9,16
Stadium Klinis
Stadium I Tumor terbatas di vulva
IA
Invasi stroma 1,0 mm. Tumor terbatas di vulva atau perineum dengan diameter terbesar 2 cm. Tidak ada kelenjar getah bening yang positif.
IB Tumor terbatas di vulva atau perineum, dengan diameter terbesar 2 cm, dan
dengan invasi stroma 1,0 mm. Tidak ada kelenjar getah bening yang positif.
Stadium II Tumor dengan segala ukuran 2 cm, dapat meluas keluar vulva dan perineum
13 distal uretra, 13 distal vagina, danatau meluas sampai ke anus, kelenjar getah bening negatif.
Stadium III Tumor telah menginvasi uretra bawah, vagina, anus, danatau telah
bermetastasis pada kelenjar regional unilateral.
IIIA i Dengan 1 kelenjar positif 5 mm
IIIA ii
Dengan 1 – 2 kelenjar positif 5 mm
IIIB i Dengan 2 kelenjar positif 5 mm
IIIB ii Dengan 3 kelenjar positif 5 mm
IIIC Kelenjar positif ekstrakapsular
Stadium IV Tumor menginvasi 23 proksimal uretra, 23 proksimal vagina, dan metastasis
jauh.
IVA i Tumor telah menginvasi mukosa kandung kemih, mukosa rektum, uretra bagian
atas, atau tumor terfiksir pada tulang, danatau telah bermetastasis pada kelenjar regional bilateral.
IVA ii
Kelenjar getah bening inguino-femoral terfiksir atau ulserasi.
IVB Metastasis jauh termasuk metastasis pada kelenjar pelvis.
Tabel 2.2. Stadium Klinis FIGO untuk kanker vulva 2008
15,16,17
2.3.7. DIAGNOSA BANDING
Kanker vagina, kanker metastasis misalnya: penyakit trofoblas gestasional.
15
2.3.8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
15
- Biopsi diagnosis seharusnya berdasarkan biopsi yang representatif
- FNAB fine needle aspiration biopsy pada kelenjar inguinal yang dicurigai - Pap smear serviks
Universitas Sumatera Utara
- Kolposkopi serviks dan vagina - Radiologi
- Foto toraks - Foto pelvis bila ada kecurigaan keterlibatan tulang
- CT Scan bila ada keurigaan kelenjar getah bening pelvis terlibat - Laboratorium : darah lengkap, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, tes gula darah
2.3.9. TERAPI
Terapi standar adalah vulvektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening inguinal groin secara en bloc dengan atau tanpa limfadenektomi pelvik. Sejak dilaporkan oleh Taussig
USA dan Way UK hal tersebut hingga 15 tahun terakhir ini belum ada perubahan yang berarti. Perubahan terutama dimaksudkan untuk mengurangi morbiditas fisik dan psikologis, di
antaranya adalah:
9
- Individualisasi pada setiap kasus - Konservasi vulva pada lesi unifokal
- Menghindari diseksi kelenjar getah bening inguinal pada lesi tumor mikroinvasi - Meninggalkan limfadenektomi pelvik
- Memilih teknik insisi inguinal terpisah - Menghindari diseksi kelenjar getah bening kontralateral pada kelenjar getah bening
ipsilateral yang tidak mengandung anak sebar - Memberikan radioterapi neoajuvan pada stadium lanjut untuk memberikan
kesempatan kemungkinan operasi eksenterasi - Memberikan radioterapi ajuvan pada kasus dengan anak sebar kelenjar getah bening
yang multinodul Penanganan yang dilakukan berdasarkan stadium dari kanker vulva yang ada. Himpunan
Onkologi Ginekologi Indonesia HOGI dalam buku Pedoman Pelayanan Medik Kanker
Universitas Sumatera Utara
Ginekologi edisi kedua pada tahun 2011 memberikan pedoman untuk penanganan kanker vulva sebagai berikut:
15
- VIN III asimtomatik dilakukan penanganan ekspektatif.
- VIN III simtomatik dilakukan penanganan dengan bedah laser atau eksisi lokal. - VIN III lesi vulva in situ dilakukan penanganan dengan bedah laser atau eksisi lokal.
- Stadium IA invasif superfisial dilakukan eksisi lokal luas, tanpa diseksi KGB inguinal.
- Stadium IB dilakukan vulvektomi radikal dengan diseksi KGB inguinal dengan insisi terpisah tripple incisions technique.
- Karsinoma vulva lanjut atau rekurensi : - Jika kelenjar getah bening tidak dapat direseksi, tetapi tumor primer dapat
direseksi, berikan radioterapi pasca vulvektomi. - Jika tumor primer tidak dapat direseksi diberikan terapi kemoradiasi. Bila secara
klinis kelenjar getah bening negatif, pertimbangkan reseksi kelenjar terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan radioterapi.
- Bila vulva dan kelenjar getah bening tidak dapat direseksi, terapi kemoradiasi setelah pembedahan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Penanganan kanker vulva stadium dini
15
Tumor primer stadium dini
Lesi 2cm, KGB klinis - Lesi 2 cm, KGB klinis -
Eksisi lokal radikal Limfadenektomi
inguiofemoral Wedge biopsy
Invasi 1 mm Invasi 1 mm
Biopsi eksisional
Invasi 1 mm Invasi 1 mm
Eksisi lokal radikal Eksisi lokal radikal Limfadenektomi inguinofemoral
unilateral kecuali : -
Diameter garis tengah 1 cm -
Keterlibatan labia minora -
Nodus ipsilateral positif
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Penanganan KGB inguinal + suspicious secara klinis
15
Tersangka KGB + secara klinis
CT Scan Pelvis
Reseksi nodus inguinal makroskopik dan potong beku
Positif Negatif
Reseksi retroperitoneal dari nodus pelvis
makroskopik yang terlihat di CT Scan
Limfadenektomi Inguinofemoral
Terapi radiasi pelvis dan inguinal
Dualebih nodus + atau penyebaran
ekstrakapsular Negatif atau 1
nodus - secara makroskopik
Observasi
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3. Penanganan KGB inguinal + obvious secara klinis
15
Reseksi nodus inguinal makroskopik dan nodus pelvis yang membesar
ketika kemoterapi Radioterapi preoperatf
+- kemoterapi Dapat direseksi secara operasi
Tidak dapat direseksi Nodus terfiksasi atau ulserasi
Radioterapi pasca operasi terhadap inguinal dan pelvis
Reseksi post operatif terhadap residu
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Penanganan kanker vulva stadium lanjut
15
2.3.10. PENGAMATAN LANJUTAN