Self Esteem Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis

50 pekerjaan lebih dini merupakan hal yang sangat penting pada setiap kantor akuntan publik. Penghentian pekerjaan lebih dini akan menyebabkan perubahan tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam perencanaan audit, karena akan menghasilkan suatu tingkat risiko audit aktual yang tidak terkontrol dan tidak diketahui. Untuk mengontrol hal ini maka Kantor Akuntan Publik harus menyediakan tindakan supervisi. Supervisor yang berorientasi pada pekerjaan, ikut menentukan tujuan yang dicapai, membantu memecahkan masalah, menyediakan dukungan sosial dan material serta memberikan umpan balik atas kinerja bawahan, akan membantu mengurangi kebingungan peran dan ketidakpastian yang dialami bawahan sehingga kepuasan kerja bawahannya akan meningkat. Tindakan supervisi harus mempertimbangkan kondisi yang memungkinkan terjadinya penghentian pekerjaan lebih dini Maulina, dkk. 2010. Dengan demikian, keterkaitan antara tindakan supervisi dengan penghentian prematur atas prosedur audit dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut: Ha 2 : Tindakan supervisi berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.

2.3.3 Self Esteem

dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Penelitian yang dilakukan oleh Budiman, 2013:138 menunjukkan hasil bahwa self esteem tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Auditor dengan self esteem 51 tinggi kemungkinan dapat mengatasi kegagalan dengan baik daripada auditor dengan self esteem rendah. Auditor dengan self esteem rendah dalam penelitian ini ternyata tidak begitu mempengaruhi kinerja dan tidak mempengaruhi penghentian prematur atas prosedur audit. Walaupun seorang auditor memiliki self esteem rendah, akan tetapi tetap saja auditor tersebut melakukan prosedur audit sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa mengabaikan salah satu prosedur audit. Namun, self esteem tetap diikutsertakan dalam model penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh self esteem terhadap penghentian prematur atas prosedur audit karena self esteem berhubungan dengan depresi, kecemasan dan motivasi yang terjadi pada setiap individu. Self esteem juga berhubungan dengan tekanan kerja. Seseorang yang mempunyai self esteem rendah berkemungkinan akan mengalami tekanan dalam lingkungan kerjanya. Seseorang dengan self esteem tinggi merasa yakin akan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya dan diharapkan memiliki tekanan kerja yang rendah. Seorang auditor yang memiliki self esteem rendah cenderung tidak berkomitmen lebih baik dalam melakukan pekerjaan auditnya. Auditor tersebut merasa mengalami tekanan kerja yang tinggi, sehingga ada kecenderungan bagi auditor yang memiliki self esteem rendah untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit Budiman, 2013. 52 Dengan demikian, keterkaitan antara self esteem dengan penghentian prematur atas prosedur audit dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut: Ha 3 : Self esteem berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 2.3.4 Equity Sensitivity dengan Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Penelitian yang dilakukan Budiman, 2013:138 menunjukkan bahwa equity sensitivity tidak berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Auditor dengan tipe benevolents cenderung tidak melakukan hal-hal yang kurang etis untuk mencapai apa yang diinginkannya dibandingkan auditor dengan tipe entitleds. Auditor dengan tipe entitleds dalam penelitian ini ternyata masih tetap berperilaku etis untuk mencapai apa yang diinginkannya dan tetap melakukan prosedur audit sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa mengabaikan salah satu prosedur audit. Meskipun demikian, equity sensitivity tetap diikutsertakan dalam model penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh equity sensitivity terhadap penghentian prematur atas prosedur audit karena seorang auditor dengan tipe entitleds cenderung melakukan hal-hal yang kurang etis untuk mencapai apa yang diinginkannya dibandingkan auditor dengan tipe benevolents. Auditor yang termasuk tipe entitleds cenderung mengabaikan salah satu prosedur audit atau menghentikan prosedur 53 audit yang sudah ditetapkan hanya untuk mencapai apa yang diinginkannya tersebut Budiman, 2013. Dengan demikian, keterkaitan antara equity sensitivity dengan penghentian prematur atas prosedur audit dapat dirumuskan melalui hipotesis sebagai berikut: Ha 4 : Equity sensitivity berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. 2.4 Kerangka Pemikiran Suryanita, et al 2007 menyimpulkan bahwa proses penghentian prematur atas prosedur audit tersebut dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor karakteristik personal dari auditor faktor internal dan faktor situasional saat melakukan audit faktor eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini diwakili oleh self esteem dan equity sensitivity dari auditor dan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah risiko audit dan tindakan supervisi. Dari uraian di atas maka gambaran menyeluruh mengenai penghentian prematur atas prosedur audit disusun dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: 54 Eksternal Risiko Audit X1 Wahyudi, dkk. 2011, Qurrahman, dkk. 2012, Wardani 2013, Budiman 2013, serta Andani dan Mertha 2014 Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Internal Tindakan Supervisi X2 Maulina, dkk. 2010 Self Esteem X3 Budiman 2013 Equity Sensitivity X4 Budiman 2013 Penghentian Prematur atas Prosedur Audit Maulina, dkk. 2010, Wahyudi, dkk. 2011, Qurrahman, dkk. 2012, Wardani 2013, Budiman 2013, serta Andani dan Mertha 2014 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih Indriantoro dan Supomo, 2002:27. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen, yaitu risiko audit, tindakan supervisi, self esteem serta equity sensitivity terhadap variabel dependen, yaitu penghentian prematur atas prosedur audit. Populasi dari penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode pemilihan sampel bertujuan purposive sampling, dengan teknik berdasarkan pertimbangan judgement sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu umumnya disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002 dengan kriteria sebagai berikut: 1. Populasi dalam penelitian ini merupakan auditor yang bekerja pada seluruh Kantor Akuntan Publik wilayah DKI Jakarta sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2013 yang diterbitkan oleh Institut