commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan sektor informal berperan cukup penting dalam pengembangan masyarakat dan pembangunan nasional. Setidaknya,ketika program pembangunan
kurang mampu menyediakan peluang kerja bagi angkatan kerja, sektor informal dengan segala kekurangannya mampu berperan sebagai penampung dan alternatif
peluang kerja bagi para pencari kerja. ketidakmampuan pembangunan menyediakan peluang kerja menjadikan bertambahnya jumlah pengangguran
sehingga sektor informal mampu meredam gelombang para pengangguran dan kemiskinan tidak meledak. Peran sektor informal ini telah berlangsung sejak lama
dalam pasang surut perkembangan masyarakat dan dinamika perkembangan ekonomi. Sektor informal cukup dominan menyerap angkatan kerja khususnya di
perkotaan. Terbukti sulitnya lapangan pekerjaan yang tersedia bagi anggota masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengalaman serta ketrampilan
yang sangat terbatas sektor informal mampu memegang peranan penting menampung angkatan kerja, terutama angkatan kerja muda yang masih belum
berpengalaman atau angkatan kerja yang pertama kali masuk pasar kerja. Peran sektor informal yang cukup positif dalam proses pembangunan sangat diperlukan,
terutama sebagai sumber alternatif penciptaan kesempatan kerja. Sektor informal merupakan unit usaha kecil maka modal yang diperlukan juga kecil bahkan sistem
pengolahannya sangat sederhana. Meskipun dengan modal kecil tersebut orang-
commit to user 2
orang yang bekerja di sektor informal mampu mempertahankan hidupnya. Data menunjukkan bahwa tahun 1995 tenaga kerja Indonesia yang ditampung sektor
informal berturut-turut sebesar 62,7 persen serta pada tahun 1999 sebesar 62,0 persen SAKERNAS 1999.
Hal ini menunjukkan bahwa sektor informal merupakan sektor penyangga buffer sector dari luapan tenaga kerja yang tidak
dapat ditampung oleh sektor formal. Solo merupakan salah satu kota pertama di Indonesia yang dibangun
dengan konsep tata kota modern dan Pasar Gede merupakan salah satu tujuan wisata, terutama wisatawan domestik. Selain bangunannya terkesan antik, di
bagian dalam pasar tradisional ini tampak lega, tertib, dan bersih. Bangunan semacam ini memiliki nilai-nilai filosofi bangunan Jawa. Dalam filosofi
kebudayaan Jawa dalam hubungannya dengan bangunan yang ada dikomplek keraton dikenal adanya Catur Gatra Tunggal, yaitu :
a. Kraton, merupakan pusat pemerintahan b. Alun-alun, sebagai simbol suara rakyat
c. Masjid Agung, sebagai tempat peribadatan d. Pasar, sebagai sarana penghidupan rakyat
Pasar Gede Hardjonagoro adalah pasar terbesar di Kota Surakarta. Pasar ini asalah salah satu ciri khas atau identitas Kota Surakarta, karena kekhasannya dan
aktivitasnya. Kekhasan pasar ini adalah karena Pasar Gede menjual kebutuhan primer yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya. Pasar tradisional ini
menggabungkan konsep arsitektur Jawa-Eropa buatan 1930. Tjan Sie Ing, seorang Lieutenant de Chinezen, yaitu pimpinan golongan etnis Cina yang diberi
commit to user 3
legitimasi oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar 100 tahun silam. Selain mendapat fasilitas dari Pemerintah Belanda, pimpinan kelompok Cina ini juga
mendapat konsensi dari pemerintah keraton Kasunanan Surakarta berupa hak pengelolaan pasar tradisional Hardjonegoro, yang kemudian menjadi Pasar Gede.
Pada masa lalu pusat berkumpulnya masyarakat sebenarnya ada di pasar tradisional. Pasar tradisional berfungsi sebagai ruang ekonomi, ruang sosial dan
ruang budaya. Sebagai ruang ekonomi karena jelas merupakan tempat jual beli. Sebagai ruang sosial karena merupakan tempat interaksi, dan sebagai ruang
budaya terlihat dari fungsinya sebagai sarana pembelajaran. Pasar Gede mulanya merupakan sebuah pasar kecil yang didirikan di area seluas 10.421 hektar,
berlokasi di persimpangan jalan dari Balaikota Surakarta. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten pada tahun 1930 dan
diberi nama Pasar Gede Hardjanagara. Pasar ini diberi nama pasar gede atau “pasar besar” karena terdiri dari atap yang besar. Seiring dengan perkembangan
masa, pasar ini menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta. Di pasar Gede terdapat berbagai jenis barang dagangan yang merupakan dagangan unggulan atau
ciri khas pasar Gede, yaitu : ikan laut, daging babi, daging sapi, ayam goreng ditempat, dan buah-buahan. Namun pasar Gede lebih dikenal dengan pasar
buahnya atau lebih lengkapnya dagangan yang ada dipasar Gede, yaitu : wade, grosir buah, kembang, daging sapi, daging babi, ikan laut, ayam potong, ayam
hidup, pakaian, buah, penjahit, pedagang sayur, grabatan, pedagang makanan, dan oleh-oleh khas Solo.
commit to user 4
Tabel 1.1 Penduduk Perkecamatan Menurut Mata Pencaharian di Kota Surakarta Tahun 2009
Kecamatan petani
sendiri Buruh tani
Pengusaha Buruh
Industri Buruh
Bangunan Farmers
Farm workers Enterpreneur
Industry Workers
Workers of constructor
Laweyan 50
40 996
14.980 12.486
Serengan 1089
5.258 3.135
Pasar Kliwon
2506 10.433
7.134 Jebres
84 1721
16.519 16.012
Banjarsari 344
412 3087
21.366 19.579
Jumlah 478
452 9399
68556 58346
Kecamatan Pedagang
Angkutan PNSTNIPOLRI
Pensiunan Lain-Lain
Retail Transportation
Laweyan 5.700
2.744 5.056
3.705 42.263
Serengan 4.259
1.928 1.614
907 32.150
Pasar Kliwon
8.029 4.909
2.848 4.376
32.602 Jebres
5.047 2.748
8.025 3.680
49.061 Banjarsari
10.491 6.315
9.392 6.934
37.935 Jumlah
33526 18644
26935 19602
194011
Sumber : BPS Kota Surakarta
Berdasarkan tabel 1.1 di atas dapat di lihat, bahwa mata pencaharian tertinggi yang berdiri sendiri di Kota Surakarta ialah pedagang retail yaitu
sebanyak 33.526 orang. Mata pencaharian buruh menduduki peringkat pertama namun tidak menjadi patokan mata pencaharian yang dominan, hal ini di
karenakan buruh menggantungkan hidupnya kepada pabrik sedangkan jumlah permintaan buruh jumlahnya tidak stabil tiap tahunnya. Mata pencaharian formal
tercatat sebanyak 26.935 orang yang terserap dan sisanya masuk ke dalam sektor informal sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian di
sektor informal mampu menjadi sektor penyangga buffer sector dari luapan tenaga kerja yang tidak dapat ditampung oleh sektor formal.
commit to user 5
Keberadaan Pasar Gede sebagai pasar tradisional juga pasar wisata diharapkan mampu membuka peluang kerja di sektor informal khususnya
terhadap pedagang. Pedagang adalah orang yang dengan modal yang relatif bervariasi yang berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang atau
jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat. Modal yang dimiliki relatif tidak terlalu besar sehingga berdagang merupakan
salah satu alternatif lapangan kerja informal yang banyak menyerap tenaga kerja. Untuk itu perlu dikembangkan lapangan kerja pada sektor informal yang mampu
menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus menyerap tenaga kerja. Pasar Gede sebagai tradisional yang digunakan sebagian masyarakat untuk
mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari juga sebagai pasar wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Surakarta.
Potensi Pasar Gede bila dikembangkan dan dikelola lagi akan menguntungkan pemerintah daerah baik dari sisi financial maupun penyediakan
peluang kerja dalam sektor informal. berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini mengambil judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE KOTA SURAKARTA”.
commit to user 6
B. Perumusan Masalah