46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Sampel
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan di Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor menunjukkan bahwa tumbuhan yang
digunakan adalah daun jambu bol Syzygiun malaccense L. Merr Perry suku Myrtaceae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 51.
4.2 Hasil Ekstraksi Serbuk Daun Jambu Bol
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96. Hasil maserasi dari 900 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak
kental 113,7 g dan setelah di freezer diperoleh sebanyak 109,5 g.
4.3 Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Jambu Bol
Hasil karakterisasi simplisia dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 56–61.
Tabel 4.1 Hasil karakterisasi simplisia
No Parameter
Hasil 1
Kadar air 7,93
2 Kadar sari larut air
13,28 3
Kadar sari larut etanol 15,61
4 Kadar abu total
10 5
Kadar abu tidak larut asam 0,5
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan kadar air simplisia daun jambu bol
sebesar 7,93 memenuhi persyaratan umum yaitu di bawah 10. Kadar air yang lebih besar dari 10 dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik
Universitas Sumatera Utara
47 lainnya Depkes RI, 1985. Penetapan kadar air dilakukan untuk memberikan
batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam sampel karena tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat,
bakteri dan jamur cepat tumbuh dan bahan aktif yang terkandung didalamnya dapat terurai.
Hasil penetapan kadar sari larut air simplisia daun jambu bol dan kadar sari larut etanol simplisia daun jambu bol adalah 13,28 dan 15,61. Penetapan kadari
sari yang larut dalam air menyatakan jumlah zat yang tersari larut dalam air yaitu glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna dan asam organik. Penetapan
kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan jumlah zat yang tersari dalam pelarut etanol seperti glikosida, antrakinon, steroid, flavonoid, klorofil, saponin,
tanin dan dalam jumlah sedikit yang larut yaitu lemak Depkes RI, 1995. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa simplisia tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena dapat berbahaya toksik bagi kesehatan dan
mengetahui kandungan mineral internal yang terdapat di dalam simplisia yang diteliti serta senyawa organik yang tersisa selama pembakaran. Abu total terbagi
dua yang pertama abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri dan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal dari
bahan-bahan dari luar yang terdapat pada permukaan simplisia. Kadar abu tidak larut asam untuk menentukan jumlah silika, khususnya pasir yang ada pada
simplisia dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida WHO, 1998. Hasil penetapan kadar abu total simplisia daun jambu bol adalah 10 dan
hasil penetapan kadar abu tidak larut asam simplisia daun jambu bol sebesar 0,5.
Universitas Sumatera Utara
48
4.4 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol