21 4.
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90
C selama 15 menit Ditjen POM RI, 1979. 5.
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan air bersuhu 90
C sambil diaduk berulang-ulang dengan pemanas air selama 30 menit Voigt, 1984.
2.3 Fraksinasi
Proses pemisahan selanjutnya masih menggunakan prinsip ekstraksi yang dikenal dengan ekstraksi cair-cair atau yang biasa dikenal dengan nama fraksinasi.
Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa berdasarkan dua pelarut yang tidak saling bercampur,
biasanya antara pelarut air dan pelarut organik Dey, 2012. Teknik pemisahan ekstraksi cair-cair ini biasanya dilakukan dengan
menggunakan corong pisah. Kedua pelarut yang saling tidak bercampur tersebut dimasukkan ke dalam corong pisah, kemudian digojok dan didiamkan. Senyawa
organik akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing bergantung pada kelarutannya terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan,
yaitu lapisan atas dan lapisan bawah yang dapat dipisahkan dengan membuka kunci pipa corong pisah Odugbemi, 2008.
Pemilihan pelarut pada ekstraksi umumnya bergantung pada sifat analitnya dimana pelarut dan analit harus memiliki sifat yang sama, contohnya analit yang
sifat lipofilitasnya tinggi akan terekstraksi pada pelarut yang relatif nonpolar seperti n-heksan sedangkan analit yang semipolar terlarut pada pelarut yang
semipolar seperti etilasetat atau diklorometana Venn, 2008.
Universitas Sumatera Utara
22 Aglikon pada umumnya terekstraksi pada fraksi non-polar seperti
terpenoid dan steroid sedangkan flavonoid, glikosida, saponin dan gula ester ditemukan pada fraksi yang lebih polar dan fraksi air. Petroleum eter dan n-
heksana juga dapat digunakan untuk menghilangkan lipid dan senyawa lemak Dey, 2012.
2.4 Bakteri 2.4.1 Uraian umum
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” dari bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang, sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
mikroorganisme yang bersel satu, berkembangbiak dengan pembelahan diri serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop Dwidjoseputro,
1978. Menurut Waluyo 2010 morfologi bakteri dapat dibedakan atas tiga
bagian yaitu : a.
Bacilli Basil dari bacillus, merupakan bakteri yang mempunyai bentuk tongkat
pendek batang kecil dan silindris. Sebagian bakteri berbentuk basil, yang dapat bergandeng-gandengan panjang, bergandeng-gandengan dua-dua atau terlepas
satu sama lain. Berdasarkan jumlah koloni, basil dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :
- Monobasil monobacillus, yakni basil yang hidup menyendiri atau tidak bergerombol.
- Diplobasil diplobacillus, bila koloni terdiri dari dua basil. - Streptobasil streptobacillus, bila koloni bakteri berbentuk rantai.
Universitas Sumatera Utara
23 b.
Spiral Spiral merupakan bakteri yang berbentuk bengkok atau berbengkok-
bengkok seperti spiral. Bakteri yang berbentuk spiral sangat sedikit jumlahnya. Golongan ini merupakan golongan paling kecil jika dibandingkan dengan
golongan basil dan golongan kokus. c.
Coccicoccus Kokus adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola-bola kecil.
Kelompok ini ada yang bergerombol dan bergandeng-gandengan membentuk koloni. Berdasarkan jumlah koloni, kokus dapat dibedakan menjadi beberapa
kelompok, yaitu : - Monokokus monococcus, bila kokus hidup menyendiri.
- Diplokokus diplococcus, bila kokus membentuk koloni terdiri dari dua kokus. - Streptococcus streptococcus, bila koloni berbentuk rantai.
- Stafilokokus staphylococcus, bila koloni bakteri kokus membentuk untaian seperti buah anggur.
- Sarsina Sarcina, bila koloni bakteri mengelompok serupa kubus. - Tetrakokus tetracoccus, bila koloni bakteri terdiri dari empat kokus.
2.4.2 Proses terjadinya infeksi pada kulit
Menurut Anhira 2011 proses berawal terjadinya infeksi pada kulit adalah :
a. Bakteri masuk kedalam tubuh lewat jaringan kulit
b. Bakteri tersebut kemudian mengeluarkan toksin atau racun yang bisa membunuh sel-sel disektarnya
c. Tubuh akan melakukan pertahanan dengan cara mengeluarkan sel darah putih untuk membunuh toksin tersebut
Universitas Sumatera Utara
24 d. Secara otomatis, sel kulit akan menghalangi toksin tersebut menyebar dengan
cara membentuk jaringan sehingga toksin tetap terkumpul disatu titik
e. Karena toksin ini mengumpul disatu titik kulit, maka terjadilah benjolan berisi nanah.
2.4.3 Bakteri yang memasuki tubuh melalui kulit
Kulit utuh adalah penghalang yang efektif yang mencegah banyak agen penginfeksi memperoleh jalan masuk ke tubuh. Akan tetapi, sepanjang kehidupan
normal kulit tidak selalu utuh. Sobekan kulit yang begitu kecil sehingga tidak terlihat bisa memungkinkan bakteri masuk dan berlipat ganda. Beberapa
organisme memasuki tubuh melalui kontak dengan kulit. Bakteri yang masuk melalui lecet kulit diantaranya Stapylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
dan Pseudomonas aeruginosa Volk dan Wheeler, 1984. 1.
Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus adalah jenis kuman yang terutama menimbulkan
penyakit pada manusia. Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya yang menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas yaitu,
peradangan, nekrosis dan pembentukan abses Staf Pengajar FK UI, 1994. Staphylococcus aureus bersifat aerob atau anaerob fakultatif, berbentuk
bulat atau coccus dengan diameter 0,4 – 1,2 µm. Hasil pewarnaan yang berasal dari perbenihan padat akan memperlihatkan susunan bakteri yang bergerombol
seperti buah anggur. Kuman ini tidak dapat bergerak. Suhu optimal pertumbuhannya adalah 37
C. Staphylococcus aureus akan membentuk pigmen kuning emas. Koloni yang tumbuh berbentuk bulat, berdiameter 1 – 2 mm,
permukaannya mengkilat Tim Mikrobiologi FK Brawijaya, 2003.
Universitas Sumatera Utara
25 2.
Staphylococcus epidermidis Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau
aerob fakultatif, berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8 – 1,0 µm, tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih.
Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37 C. Koloni pada pembenihan padat
berbentuk bulat halus, menonjol, berkilau, tidak menghasilkan pigmen, berwarna putih porselen sehingga Staphylococcus epidermidis disebut juga Staphylococcus
alba Jawetz, et al., 2001. Kuman ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka Dwijoseputro, 1978.
3. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri berbentuk batang, ukurannya 0,6 x 2 µm. Merupakan bakteri gram negatif dan terlihat sebagai bentuk tunggal,
ganda dan kadang-kadang dalam rantai pendek. Pseudomonas aeruginosa bersifat aerobik obligat yang tumbuh dengan cepat pada berbagai tipe media dan tumbuh
baik pada suhu 37 – 42 C Brooks, et al., 2001. Organisme ini tidak membentuk
sporula dan ditemukan baik sebagai bagian flora normal saluran usus maupun kulit manusia Volk dan Wheeler, 1984.
2.5 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Menurut Pratiwi 2008 ada empat macam fase pertumbuhan mikroorganisme, yaitu fase lag, fase log fase esksponensial, fase stasioner dan
fase kematian. -
Fase lag Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme
pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah
Universitas Sumatera Utara
26 sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Waktu penyesuaian ini umumnya
berlangsung selama 2 jam. Kuman belum berkembang biak dalam fase ini, tetapi aktivitas metabolismenya sangat tinggi. Fase ini merupakan persiapan untuk fase
berikutnya. - Fase log fase esksponensial
Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat
media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Hal yang dapat menghambat laju
pertumbuhan adalah bila satu atau lebih nutrisi dalam kultur habis, sehingga hasil metabolisme yang bersifat racun akan tertimbun dan menghambat pertumbuhan
bakteri. Hasil metabolisme bakteri yang bersifat racun dapat mengganggu pertumbuhan bakteri.
- Fase stationer
Pada fase ini pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati,
Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik . - Fase kematian
Pada fase ini jumlah sel yang mati meningkat. Konsentrasi produk buangan yang bersifat toksis meningkat dan ketersediaan makanan untuk bakteri
menurun. Jumlah bakteri yang mati meningkat dengan cepat.
2.6 Pengukuran Aktivitas Antibakteri