Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol

48

4.4 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol

Skrining fitokimia terhadap simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol dilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalam simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol. Skrining fitokimia yang dilakukan terhadap simplisia daun jambu bol meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroidtriterpenoid dan glikosida. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daun jambu bol No Metabolit sekunder Simplisia Ekstrak Etanol Daun Jambu Bol 1 Alkaloid + + 2 Flavonoid + + 3 Saponin + + 4 Tanin + + 5 Steroidtriterpenoid + + 6 Glikosida + + Keterangan: + = mengandung golongan senyawa metabolit sekunder - = tidak mengandung golongan senyawa metabolit sekunder Hasil skrining menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol daun jambu bol mengandung senyawa golongan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroidtriterpenoid, dan glikosida. 4.5 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi n-heksan, Fraksi etilasetat dan Fraksi air Daun Jambu Bol Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeroginosa dapat dilihat pada tabel 4.3, tabel 4.4, dan table 4.5 Universitas Sumatera Utara 49 Tabel 4.3 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus No . Konsentrasi mgml Diameter Daerah Hambatan mm Ekstrak etanol Fraksi n-heksan Fraksi etilasetat Fraksi air 1 500 17,7 11,73 19,47 13,67 2 400 16,35 10,76 18,37 12,3 3 300 15,33 10,13 17,76 10,73 4 200 14,86 8,93 16,2 9,77 5 150 14,56 8,53 15,56 9,20 6 125 13,63 8,23 14,96 8,70 7 100 13,5 8,01 14,5 8,25 8 75 10,9 7,37 12,9 7,6 9 50 9,96 6,5 11,2 6,41 10 25 8,67 5,5 8,93 - 11 12,5 7,23 - 7,9 - 12 6,25 5,73 - 6,65 - 13 3,125 - - - - 14 Blanko DMSO - - - - Keterangan : mm = diameter rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri tiga kali pengulangan - = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = dimetilsulfoksida Berdasarkan hasil pengukuran yang terlihat pada tabel, bahwa konsentrasi ekstrak yang dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Ditjen POM RI 1995, adalah konsentrasi ekstrak dengan batas daerah hambatan yang efektif lebih kurang 14-16 mm. Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan memperlihatkan bahwa fraksi etilasetat dan ekstrak etanol daun jambu bol memberikan aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Fraksi etilasetat pada konsentrasi 100 mgmL memiliki nilai diameter daerah hambat adalah 14,5 mm dan untuk ekstrak etanol pada konsentrasi 150 mgmL nilai diameter daerah hambatnya adalah 14,56 mm. Universitas Sumatera Utara 50 Tabel 4.4 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis No . Konsentrasi mgml Diameter Daerah Hambatan mm Ekstrak etanol Fraksi n-heksan Fraksi etilasetat Fraksi air 1 500 17,93 12,8 19,87 12,95 2 400 16,76 10,73 17,61 12,03 3 300 15,7 9,53 16,77 10,38 4 200 14,73 8,61 15,83 8,86 5 150 14,33 8,26 15,57 8,60 6 125 13,76 7,93 15,23 8,30 7 100 13,73 7,77 14,93 8,03 8 75 12,2 7,01 14,1 7,37 9 50 10,13 5,67 12,03 6,83 10 25 - 4,8 10,1 5,6 11 12,5 - - 8,33 - 12 6,25 - - 7,07 - 13 3,125 - - - - 14 Blanko DMSO - - - - Keterangan : mm = diameter rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri tiga kali pengulangan - = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = dimetilsulfoksida Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan pada konsentarsi 500 mgmL memperlihatkan bahwa fraksi etilasetat dan ekstrak etanol daun jambu bol memberikan aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. Fraksi etilasetat pada konsentrasi 100 mgmL memiliki diameter daya hambat adalah 14,93 mm dan ekstrak etanol konsentrasi 150 mgmL dengan nilai diameter daerah hambat adalah 14,33 mm. Hasil pengukuran diameter hambat fraksi air dan dan fraksi n-heksan menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah bila dibandingkan dengan fraksi etilasetat dan ekstrak etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Universitas Sumatera Utara 51 Tabel 4.5 Hasil pengukuran diameter rata-rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeroginosa No . Konsentrasi mgml Diameter Daerah Hambatan mm Ekstrak etanol Fraksi n-heksan Fraksi etilasetat Fraksi air 1 500 19,53 11,75 19,57 11,9 2 400 18,1 10,6 18,5 10,87 3 300 16,53 9,53 17,63 9,9 4 200 15,9 8,73 16,23 8,57 5 150 15,4 8,46 15,93 8,06 6 125 14,83 8,37 14,36 7,73 7 100 14,6 8,2 13,83 7,47 8 75 13,23 7,5 12,47 6,87 9 50 11,57 6,57 11,57 5,87 10 25 10,2 5,57 10,17 - 11 12,5 8,67 - 8,53 - 12 6,25 7,27 - 6,9 - 13 3,125 - - - - 14 Blanko DMSO - - - - Keterangan : mm = diameter rata- rata daerah hambatan pertumbuhan bakteri tiga kali pengulangan - = tidak terdapat daerah hambatan pertumbuhan bakteri DMSO = dimetilsulfoksida Berdasarkan hasil pengukuran diameter daerah hambatan pada konsentrasi 500 mgmL memperlihatkan bahwa fraksi etilasetat dan ekstrak etanol daun jambu bol memberikan aktivitas antibakteri yang terkuat dalam menghambat pertumbuhan Pseudomonas aeroginosa. Fraksi etilasetat pada konsentrasi 125 mgmL memiliki diameter daerah hambat adalah 14,36 mm dan ekstrak etanol konsentrasi 150 mgmL dengan nilai diameter daerah hambat adalah 15,4 mm. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol memberikan hasil efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas aeroginosa pada konsentrasi 150 mgmL dengan nilai diameter hambatnya adalah 14,56 mm, 14,33 mm dan 15,4 mm. Universitas Sumatera Utara 52 Hasil pengujian aktivitas antibakteri fraksi etilasetat memberikan hasil efektif terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Pseudomonas aeroginosa pada konsentrasi 125 mgmL dengan nilai diameter hambatnya adalah 14,96 mm, 15,23 mm dan 14,36 mm. Hasil pengukuran diameter hambat fraksi air dan dan fraksi n-heksan menunjukkan aktivitas antibakteri yang lemah bila dibandingkan dengan fraksi etilasetat dan ekstrak etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeroginosa. Hasil pengukuran diameter hambat fraksi air terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeroginosa pada konsentrasi 500 mg adalah 13,67 mm, 12,95 mm dan 11,9 mm. Nilai ini tidak memenuhi persyaratan diameter hambatan efektif yang ditetapkan, sedangkan untuk fraksi n- heksan hasil pengukuran diameter hambatnya terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Pseudomonas aeroginosa pada konsentrasi 500 mgml adalah 11,73 mm, 12,8 mm dan 11,75 mm. Aktivitas antibakteri yang didapatkan dari fraksi etilasetat merupakan aktivitas antibakteri terkuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas aeroginosa, dikarenakan kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam fraksi etilasetat daun jambu bol Syzygium malaccense L. Merr Perry adalah senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yaitu flavonoid, tanin dan saponin. Aktivitas antibakteri yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol tidak jauh berbeda dibandingkan dengan dengan fraksi etilasetat sehingga pembuatan gel menggunakkan ektsrak daun jambu bol 15 dibandingkan menggunakan fraksi etilasetat karena hasil aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol tidak jauh berbeda Universitas Sumatera Utara 53 dibandingkan dengan fraksi etilasetat dan juga untuk meminimalisir biaya yang digunakan serta membuat sediaan gel yang efektif sebagai antibakteri. Berdasarkan hasil skrining fitokimia dari ekstrak etanol menunjukkan senyawa metabolit sekunder yang lebih banyak dibandingkan dengan fraksi etilasetat namun menghasilkan zona hambatan yang lebih kecil dibandingkan dengan zona hambatan fraksi etilasetat. Menurut Marliana dan Saleh 2011, hal ini mungkin disebabkan karena adanya kerja yang tidak sinergis antara senyawa metabolit sekunder dalam ekstrak etanol dalam peranannya sebagai antibakteri.. Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi air dan fraksi n-heksan lebih rendah dibandingkan fraksi etilasetat dan ekstrak etanol, hal ini disebabkan oleh kandungan senyawa yang terdapat dalam fraksi air yang merupakan fraksi sisa sangat sedikit karena senyawa metabolit sekunder yang memiliki aktivitas anti bakteri kuat telah ditarik oleh pelarut etil asetat sehingga hanya tersisa beberapa senyawa metabolit sekunder dengan kuantitas yang sedikit, sedangkan pada fraksi n-heksan disebabkan karena dari hasil skrining fitokimia fraksi n-heksan hanya memiliki senyawa triterpenoid, walaupun triterpenoid memiliki sifat antibakteri namun jumlahnya tidak mencukupi untuk menghasilkan daya antibakteri sehingga pada pengujian antibakteri hasilnya lebih rendah dibandingkan fraksi etilasetat dan ekstrak etanol. 4.6 Evaluasi Formula 4.6.1 Pemeriksaan stabilitas fisik sediaan