Buku IV KUHPerdata, mengatur tentang aturan-aturan yang khusus berlaku bagi sewa menyewa tanah. Pada bagian ini ada sebelas 11
pasal yang dimulai dari Pasal 1588 samapai pada Pasal 1600. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa rumah toko, dan sebagainya diatur
di dalam ketentuan-ketentuan BAB VII Buku Ketiga dari KUHPerdata.
B. Jenis Jenis Sewa Menyewa
Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam bab VII Buku III KUHPerdata yang berjudul “Tentang Sewa-Menyewa” yang meliputi Pasal 1548 sampai
dengan Pasal 1600 KUHPerdata. Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUHPerdata menyebutkan bahwa: “ Perjanjian sewa-menyewa adalah
suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama
waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayaranya.” Sewa menyewa dalam bahasa
Belanda disebut dengan huurenverhuur dan dalam Bahasa Inggris disebut dengan rent
atau hire. Sewa-menyewa merupakan salah satu perjanjian timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI sewa berarti pemakaian sesuatu
dengan membayar uang sewa dan menyewa berarti memakai dengan membayar uang sewa.
Dalam sewa menyewa belum dibuat secara khusus mengenai jenis-jenis sewa menyewa akan tetapi wawancara secara langsung terhadap beberapa
narasumber mengenai tersebut. Dalam wawancara tersebut Bapak Suprayitno,SH.Mkn selaku narasumber menyatakan bahwa sewa menyewa
merupakan perjanjian bernama yang termasuk di dalam KUHPerdata yang
Universitas Sumatera Utara
memiliki unsur berupa uang yaitu uang sewa, harga sewa dan jangka waktu sewa.
28
Bapak Rustam Idris, SH menyatakan bahwa sewa menyewa dibagi atas 2 dua yaitu sewa guna usaha Leasing dan sewa dengan hak membeli kembali.
Dalam hal tersebut narasumber mengatakan bahwa jenis sewa menyewa adalah sewa menyewa dengan jangka waktu, sewa dengan jangka waktu tersebut
diatur di dalam Undang-undang Nomor 44 Tahun 1994 tentang penghuni rumah oleh bukan pemilik.
29
Sewa guna usaha Leasing adalah suatu kegiatan pembiayaan kepada perusahaan badan hukum atau perorangan dalam bentuk pembiayaan barang modal.
Pembayaran kembali oleh peminjam dilakukan oleh peminjam dilakukan secara berkala, dan dalam jangka waktu menengah atau panjang. Perusahaan yang
menyelenggarakan leasing disebut dengan lessor sedangkan perusahaan yang mengajukan leasing disebut lessee
30
28
Wawancara Langsung Notaris PPAT Medan, Suprayitno, di kantor Notaria PPAT Suprayitno SH Jalan Tengku Hamir Hamzah No. 11 Medan, tanggal 23 April 2016 pukul 13.30 WIB.
29
Wawancara Langsung Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Medan, Rustam Idris, di Pengadilan Tinggi Medan Jalan Ngumban Surbakti, tanggal 9 juni 2016, pukul 11.00 WIB.
30
Subagyo, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Ke-2, Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Yogyakarta, 2002, hal 223.
. Sedangkan sewa dengan hak membeli kembali diatur dalam Pasal 1519 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang
berbunyi “kekuasaan untuk membeli kembali barang yang telah dijual diterbitkan dari suatu janji, dimana si penjual diberikan hak untuk mengambil kembali barang
yang dijual, dengan mengembalikan harga pembeli asal, dengan disertai penggantian yang disebut dalam Pasal 1532 KUHPerdata. Hampir sama dengan
ketentuan Pasal 1532 ayat 3 KUHPerdata tentang perjanjian sewa yang dibuat oleh pembeli, Pasal 1577 mengatur tentang pembeli yang dengan janji membeli
kembali tidak dapat menggunakan kekuasaannya untuk memaksa si penyewa
Universitas Sumatera Utara
mengosongkan barang yang disewanya, sebelum pembeli dengan lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan dalam jual beli dengan hak membeli kembali menjadi
pemilik mutlak dari barang. Jadi pembeli tidak berhak menghentikan perjanjian sewa menyewa sebelum jangka waktu untuk kembali daluarsa.
Akan tetapi beliau juga menambahkan bahwa di dalam KUH Perdata terdapat Pasal yang menyatakan bahwa sewa menyewa di bagi atas 2 yaitu
perjanjian sewa menyewa tertulis dan sewa menyewa lisan sebagaimana diatur di dalam Pasal 1570 dan Pasal 1571 KUHPerdata. Pasal 1570 KUHPerdata
menyatakan jika sewa di buat dengan tulisan, maka sewa itu berakhir demi hukum, apabila waktu yang telah di tentukan telah lampau, tanpa diperlukan
sesuatu pemberhentian untuk itu. Sedangkan Pasal 1571 menyatakan jika sewa tidak di buat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang
ditentukan, melainkan jika pihak lain memberitahukan bahwa ia hendak menghentikan sewanya, dengan menghindari tenggang-tenggang waktu yang
diharuskan menurut kebiasaan setempat.
C. Risiko Serta Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa