70
4.4 Fasilitas Umum dan Pelayanan Sosial
Fasilitas Umum dan Pelayanan Sosial di Desa Sionom Hudon Selatan dan dusunnya masih sangat minim. Hanya terdapat satu bangunan Sekolah Dasar SD
dan sudah dalam kondisi rusak. Demikian juga tenaga, sarana dan prasarana medis masih belum cukup tersedia. Tempat peribadatan seperti Mesjid maupun mushalla
bagi umat Islam dan Gereja bagi umat yang beragama Kristen memiliki kondisi yang cukup memprihatinkan. Jaringan listrik belum masuk ke semua dusun yang ada di
Desa Sionom Hudon Selatan sehingga sebagian besar warga setempat masih menggunakan lampu teplok sebagai penerangan di waktu malam.
Tidak ada jaringan telephone dan signal untuk telephone selular di sebagian besar dusun di desa Sionom Hudon Selatan termasuk dusun hutakalang. Kondisi
seperti ini membuat Desa Sionom Hudon Selatan dan dusunnya semakin terisolir dan tertutup dari dunia luar. Taraf kehidupan masyarakat mengarah kepada
pengembangan potensi yang ada di desa ini yakni PNPM dan Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil KAT yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
4.5 Pranata Ekonomi atau Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Desa Sionom Hudon Selatan mayoritas bertani yang terdiri dari pertanian tanaman muda dan tanaman keras. Tanaman muda seperti
padi ditanam di sawah dan perladangan darat. Penyiapan lahan dilakukan dengan tebas dan tebang, kemudian dikeringkan lebih kurang satu atau dua minggu lalu
dibakar. Setelah lahan dibersihkan barulah dilakukan penanaman. Tidak ada pembibitan, bibit padi hanya bersumber dari hasil panen sebelumnya yang dianggap
Universitas Sumatera Utara
71
baik dan pantas untuk dijadikan bibit. Musim tanam hanya 1 kali dalam setahun. Cara pemanenan masih tradisional. Hasil panen rata-rata 50 kalengha ada juga yang
mencapai 70 kaleng, tergantung pada luas arealnya yang diusahainya. Selain tanaman padi dan cabe yang merupakan tanaman muda, masih ada tanaman lain
seperti tomat serta jenis sayuran lainnya. Jenis tanaman muda yang hasilnya dijual ke pasar hanya cabe yang bisa mencapai Rp. 10.000kg. Adapun jenis tanaman lainnya
hanya untuk dikonsumsi sendiri. Kalaupun hasilnya melebihi dikonsumsi, untuk menjualnya ke pasar di Parlilitan, ongkos angkutnya terlalu mahal yaitu Rp. 500kg
sedangkan harga jualnya hanya Rp. 5500kg. Jenis tanaman keras yang dikembangkan masyarakat Desa Sionom Hudon
Selatan adalah Karet, Durian dan rotan. Lahan untuk menanam Karet adalah lahan yang dijadikan bercampur dalam satu areal dengan jengkol dan petai, sedangkan
ladang padi dipindahkan ke areal lain. Oleh karena pembibitan karet tidak ada, maka bibit diminta dari orang-orang yang memiliki kebun karet, itupun hanya biji yang
jatuh dan tumbuh di bawah pepohonan karet tersebut. Bagi yang tidak memiliki tanaman, mereka bekerja sebagai tukang deres rambung atau karet. Cara bagi hasil
50 untuk menderes, 50 untuk pemilik rambung atau karet. Hasil atau produksi tanaman keras berupa karet dijual ke pasar Parlilitan.
Harga karet mencapai Rp. 5.500kg. Hasil penjualan tanaman keras itulah yang diguanakan oleh penduduk untuk menutupi semua keperluan yang menyangkut adat
dan ritual lainnya. Semua produk pertanian yang dihasilkan masih belum menggunakan pola penanaman intensifikasi. Pola penanaman masih menggunakan
cara-cara ekstensifikasi dan tradisional, dimana tidak dikenal adanya pemupukan, penggunaan bibit unggul dan pemberantasan hama terhadap seluruh tanaman muda
Universitas Sumatera Utara
72
maupun tanaman keras. Untuk memasak segala jenis makanan seluruhnya menggunakan kayu api, sama sekali mereka tidak mengenal alat untuk mengawetkan
makanan. Dari hasil wawancara mendalam terungkap bahwa taraf ekonomi penduduk
Desa Sion Selatan masih sangat memprihatinkan, dengan pendapatan perkepala keluarga Rp. 500.000 sd Rp. 600.000. perbulan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kehidupan mereka masih berada jauh di bawah garis kemiskinan.
4.6 Pranata Politik dan Lembaga Adat