BAB IV PERLINDUNGAN BAGI KONSUMEN TERHADAP USAHA
WARALABA FRANCHISE BERDASARKAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN STUDI PADA USAHA ROTI CAPPIE MEDAN
A. HUBUNGAN ANTARA PERJANJIAN WARALABA DENGAN
PERLINDUNGAN KONSUMEN
Berbicara mengenai hubungan antara perjanjian waralaba dengan perlindungan konsumen, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui klausula-
klausula yang wajib dicantumkan dalam suatu perjanjian waralaba. Perjanjian waralaba antara franchisor dengan franchisee harus dibuat secara tertulis
sebagaimana amanat dari pasal 4 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba.
Di dalam pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 dikatakan klausula-klausula yang wajib dicantumkan dalam suatu perjanjian waralaba ialah:
a. nama dan alamat para pihak;
b. jenis Hak Kekayaan Intelektual;
c. kegiatan usaha;
d. hak dan kewajiban para pihak;
Universitas Sumatera Utara
e. bantuan, fasilitas, bimbingan operasional, pelatihan dan pemasaran yang
diberikan Pemberi f.
Waralaba kepada Penerima Waralaba; g.
wilayah usaha; h.
jangka waktu perjanjian; i.
tata cara pembayaran imbalan; j.
kepemilikan, perubahan kepemilikan dan hak ahli waris; k.
penyelesaian sengketa; dan l.
tata cara perpanjangan, pengakhiran dan pemutusan perjanjian. Namun disamping klausula-klausula diatas, tidak menutup kemungkinan Para
Pihak menambahkan klausula-klausula lain, seperti klausula kerahasiaan, dan klausula lainnya, sepanjang klausula tambahan tersebut tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, kesusilaan, kepatutan, dan kebiasaan yang berlaku umum di dalam masyarakat.
Bisnis Waralaba saat ini sedang menjamur dan berkembang di Indonesia, bila kita melihat di mall, pusat keramaian, maupun di media, banyak sekali bisnis yang
diwaralabakan, seperti Food and Beverages, salon, dan masih banyak lagi. Nilai investasi waralaba bervariasi, mulai dari yang puluhan juta rupiah hingga ratusan juta
rupiah, tergantung bisnis yang diwaralabakan.
Universitas Sumatera Utara
Saat ini, bisnis waralaba merupakan suatu usaha yang banyak diminati oleh pelaku usaha di lapangan, karena bisnis tersebut memberikan banyak sekali
keuntungan baik bagi Pemberi Waralaba maupun Penerima Waralaba. Bagi Pemberi Waralaba tentunya akan mendapatkan royalty atau kompensasi atas Waralaba yang
diberikan, artinya cukup bermodal pengetahuan tentang bisnis yang bersangkutan, maka Pemberi Waralaba akan mendapatkan pemasukan setiap harinya.
Penerima Waralaba pastinya juga akan mendapatkan keuntungan, karena dengan dukungan pengalaman dan pengetahuan dari Pemberi Waralaba, Penerima
Waralaba akan lebih mudah dalam menjalankan bisnis yang ia terima. Waralaba sebagai bentuk usaha yang bergerak dibidang makanan dan
minuman, maka dalam menjalankan usaha tersebut pelaku usaha harus menghormati hak-hak daripada konsumen. Pelaku usaha wajib memasarkan makanan dan minuman
yang sehat, bagus, dan aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Dalam menjalankan suatu bisnis usaha, antara pelaku usaha dengan konsumen mempunyai posisi tawar-
menawar yang seimbang atau sejajar. Pelaku usaha tidak boleh semena-mena berbuat kecurangan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat berdampak bagi kelanjutan
usaha yang ditekuninya sehari-hari. Jika kita lihat pengertian dari konsumen yang terdapat dalam UUPK No. 8 Tahun
1999, dimana dalam UU tersebut dikatakan.
Universitas Sumatera Utara
“konsumen adalah setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup dan tidak untuk diperdagangkan”. Disamping pengertian konsumen diatas, kemudian kita melihat pengertian
pelaku usaha yang diberikan oleh UUPK tersebut, di mana dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pelaku usaha adalah:
“setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama- sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang
ekonomi”.
65
Sejalan dengan hubungan perjanjian waralaba dengan perlindungan konsumen, maka pelaku usaha yang menjalankan usaha waralaba melalui perjanjian
Dari dua pengertian diatas, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa antara pelaku usaha dan konsumen merupakan subjek hukum yang tidak dapat dipisahkan.
Karna, pelaku usaha memerlukan konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi barang danatau jasa yang ia perdagangkan, sedangkan konsumen juga sangat
memerlukan barang danatau jasa yang diperdagangkan oleh pelaku usaha.
65
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 5
Universitas Sumatera Utara
tertulis harus memberikan perlindungan kepada konsumen yang mengkonsumsi makanan dan minuman atau barang dan jasa yang ia perdagangkan.
Dalam perjanjian waralaba tersebut harus dicantumkan klausula perlindungan terhadap konsumen yang memakai, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
diperdagangkan. Dalam perjanjian juga harus memuat pertanggungjawaban dari pihak pelaku usaha kepada konsumen yang mengalami kerugian akibat
mengkonsumsi makanan dan minuman yang di produksi oleh pelaku usaha.
B. KONTRAK ROTI CAPPIE DALAM PERSPEKTIF WARALABA DAN