h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha
untukpembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
2 Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit
dimengerti. 3 Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau
perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dinyatakan batal demi hukum.
4 Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan undang-undangini.
C. PERLINDUNGAN BAGI KONSUMEN YANG MENGALAMI
KERUGIAN DAN KERACUNAN AKIBAT MENGKONSUMSI ROTI CAPPIE MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN.
Perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha bukan merupakan hal baru. Hal ini disebabkan oleh banyaknya transaksi yang dibuat diluar peraturan yang ada,
dalam perkembangannya konsumen semakin menyadari akan hak-haknya dan berjuang dalam hal konsumen menerima prestasi yang tidak sesuai dengan isi
kontrak, makanan dan minuman yang dikonsumsi kualitasnya tidak bagus atau tidak sehat untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa kini fungsi dan perananan Negara terhadap masyarakat bukan hanya menjaga ketertiban dan keamanan, tetapi lebih luas dari itu untuk memberikan
kesejahteraan kepada masyarakat atau dikenal juga dengan Negara kesejahteraan. Dalam melaksanakan konsep tersebut, perlindungan bagi warga Negara baik sebagai
individu maupun sebagai kelompok merupakan suatu bentuk tindakan yang sangat penting, karena tanpa ada perlindungan yang menimbulkan rasa aman bagi rakyat
tidak mungkin tercapai suatu kesejahteraan bagi masyarakat. Bentuk perlindungan bagi masyarakat khususnya konsumen yang mengalami kerugian ataupun keracunan
akibat mengkonsumsi makanan dan minuman ialah: Adapun bentuk perlindungannya diatur dalam Undang-undang nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Hal tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu.
1. Perlindungan Hukum Dari Aspek Hukum Administratif
Bentuk perlindungan hukum yang dilakukan melalui hukum administratif terhadap konsumen yang mengalami kerugian akibat mengkonsumsi makanan dan
minuman ataupun barang danatau jasa milik pelaku usaha yang melanggar tanggung jawabnya, maka terhadap pelaku usaha dibebankan untuk memberikan
ganti rugi kepada konsumen yang dirugikan oleh makanan dan minuman yang diperdagangkan olehnya.
Universitas Sumatera Utara
Saksi administratif yang dijatuhkan bagi pelaku usaha yang melanggar Pasal 19 ayat 2 UUPK tersebut berupa penetapan ganti rugi paling banyak Rp.
200.000.000,00, dua ratus juta rupiah, sedangkan pihak yang berwenang untuk menjatuhkan sanksi administratif terhadap pelaku usaha adalah Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen BPSK. Dalam hal ini diatur dalam pasal 60 ayat 1, 2 dan 3 Undang-undang Perlindungan Konsumen.
Pemberian ganti rugi tersebut harus diberikan kepada konsumen paling lambat 7 tujuh hari setelah transaksi dilaksanakan. Akan tetapi, pembebanan ganti rugi
yang diberikan kepada pelaku usaha dapat terhapus apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan bukan berada pada pelaku usaha melainkan kesalahan
dilakukan oleh konsumen sebagaimana diatur dalam pasal 19 ayat 5. 2.
Perlindungan Hukum Dari Aspek Hukum Pidana Secara umum pelaku usaha seharusnya menjaga mutu barang danatau
jasa yang dipasarkan sehingga tetap sepadan dengan pengeluaran konsumen yang ingin mendapatkan produk tersebut, hal ini berarti pengaturan dibidang perlindungan
konsumen harus sejalan dengan peraturan dibidang perlindungan bisnis yang sehat dan jujur.
Di Indonesia pengaturan tidak jujur terdapat dalam Pasal 382 bis KUH Pidana, yang berbunyi “Barang siapa untuk mendapatkan, melangsungkan atau
memperluas hasil perdagangan atau perusahaan milik sendiri atau orang lain, melakukan perbuatan curang untuk menyesatkan khalayak umum atau seseorang
tertentu, diancam jika perbuatan itu dapat menimbulkan kerugian bagi konkurennya
Universitas Sumatera Utara
atau konkuren-konkuren orang lain karena persaingan curang dengan pidana penjara paling lama 1 satu tahun 4 empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga belas
ribu lima ratus rupiah.” Perbuatan yang dirumuskan dalam pasal tersebut merupakan sebagian dari perbuatan
persaingan curang dan terletak dalam hukum pidana. Terhadap konsumen yang mengalami kerugian akibat memakai,
menggunakan atau mengkonsumsi makanan dan minuman serta barang danatau jasa yang diperdagangkan oleh pelaku usaha, maka bentuk perlindungan hukum terhadap
konsumen dapat dilakukan melalui penuntutan pidana terhadap pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 62 UUPK. Adapun dalam pasal 62 UUPK tersebut
dikatakan, bahwa: 1
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat 2, Pasal 15, Pasal 17 ayat 1 huruf a,
huruf b, huruf c,huruf e, ayat 2 dan Pasal 18 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun atau pidana denda paling banyak Rp
2.000.000.000,00 dua milyar rupiah. 2
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat 1 huruf
d dan huruf f dipidana penjara paling lama 2 dua tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.
3 Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap
atau kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penerapan sanksi pidana terhadap pelaku usaha yang telah memproduksi atau mengedarkan kosmetika yang mengandung zat aditif berbahaya
menurut ketentuan Pasal 63 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dapat juga dijatuhkan hukuman tambahan berupa :
a. Perampasan barang tertentu
b. Pengumuman keputusan Hakim
c. Pembayaran ganti rugi
d. Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian
konsumen e.
Kewajiban penarikan barang dari peredaran, atau f.
Pencabutan izin usaha
D. TANGGUNG-JAWAB