HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. 20 “Setiap orang pemakai barang danatau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”. Asas-asas tersebut merangkul semua kepentingan-kepentingan antara pelaku usaha dengan konsumen, Tidak ada satu asaspun yang memihak kepada kepentingan sepihak semata baik itu konsumen ataupun pelaku usaha. Dengan adanya Undang- undang Perlindungan Konsumen ini bukan semata-mata mementingkan kepentingan konsumen saja, akan tetapi undang-undang tersebut juga merangkul semua hak-hak konsumen serta pelaku usaha.

D. HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN

Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen, memberikan pengertian konsumen, sebagai berikut: 21 20 M. Sadar dan Moh. Taufik Makarao dan Habloel Mawad, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia Jakarta: Akademia, 2012, hal. 19 Universitas Sumatera Utara Sebagai suatu konsep, konsumen telah diperkenalkan beberapa puluh tahun lalu di berbagai negara dan sampai saat ini sudah puluhan negara memiliki undang- undang atau peraturan khusus yang memberikan perlindungan kepada konsumen termasuk penyediaan sarana peradilannya. Sejalan dengan perkembangan itu, berbagai negara telah pula menetapkan hak-hak konsumen yang digunakan sebagai landasan pengaturan perlindungan kepasa konsumen. 22 Pada dasarnya jika berbicara soal hak dan kewajiban, maka kita harus kembali kepada undang-undang. Undang-undang ini, dalam hukum perdata, selain dibentuk oleh pembuat undang-undang lembaga legislatif, juga dapat dilahirkan dari perjanjian antara pihak-pihak yang berhubungan hukum satu dan yang lainnya. Baik perjanjian yang dibuat dan disepakati oleh para pihak maupun undang-undang yang dibuat oleh pembuat undang-undang, keduanya itu membentuk perikatan diantara para pihak yang membuatnya. Perikata tersebutlah yang menentukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh salah satu pihak dalam perikatan. 23 Sebenarnya kita semua tahu, bahwa hubungan hukum antara antara pelaku usaha dengan konsumen selama ini sangat sering terjadi hanya sebatas kesepatan lisan mengenai “harga” dan “barang danatau jasa”, tanpa diikuti atau ditindaklanjuti 21 Pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen 22 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hal. 22 23 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 25 Universitas Sumatera Utara dengan suatu bentuk perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan. Pada ketentuan umum mengenai perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang- undang Hukum Perdata, suatu perjanjian memang tidak diharuskan untuk dibuat secara tertulis, kecuali untuk perjanjian-perjanjian tertentu yang secara khusus diisyaratkan adanya formalitas ataupun perbuatan tertentu. Dalam ketentuan pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata secara tegas dikatakan bahwa suatu perjanjian adalah sah jika: 1. Dibuat berdasarkan kesepakatan dari kedua belah pihak yang membuat suatu perjanjian, tanpa ada unsur paksaan, kekhilafan maupun penipuan; 2. Dibuat oleh mereka yang sudah cakap untuk bertindak dalam hukum, dalam arti sudah cukup umur, sehat akal dan tidak dibawah pengampuan orang lain; 3. Memiliki objek perjanjian yang jelas; 4. Didasarkan pada suatu klausula yang halal. 24 Selanjutnya, didalam ketentuan pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Perdata ditegaskan setiap perjanjian yang sudah dibuat secara sah, dalam arti telah memenuhi syarat sah perjanjian menurut pasal 1320 diatas, maka perjanjian tersebut telah mengikat bagi para pihak yang membuatnya, bahkan ketentuan mengikatnya sama dengan mengikatnya suatu undang-undang yang dibuat oleh 24 Ibid hal. 26 Universitas Sumatera Utara pemerintah. Persetujuan tersebut tidak dapat ditarik kembali atau dibatalkan oleh salah satu pihak dalam perjanjian, kecuali jika hal tersebut memang dikehendaki secara bersama oleh kedua belah pihak, atau berdasarkan alasan yang dianggap cukup oleh undang-undang. Artinya, selama terjadi kesepakatan antara para pihak mengenai “harga” yang harus dibayar oleh konsumen dan “barang danatau jasa” yang wajib disediakan oleh pelaku usaha, maka perjanjian telah mengikat, baik untuk konsumen maupun pelaku usaha, kecuali terdapat suatu paksaan, kekhilafan maupun penipuan atas diri konsumen. 25 25 Ibid hal. 27 Hak dan Kewajiban Konsumen Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen A. Hak-hak Konsumen Istilah Perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum. Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum. Adapun materi yang mendapat perlindungan itu bukan hanya sekedar fisik, melainkan terlebih-lebih hak- haknya yang bersifat abstrak. Dengan kata lain, perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan yang diberikan hukum tentang hak-hak konsumen. Secara umum dikenal ada 4 empat hak dasar konsumen, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. hak untuk mendapatkan keamanan the right to safety; 2. hak untuk mendapatkan informasi the right to be informed 3. hak untuk memilih the right to choose 4. hak untuk didengar the right to be heard Empat hak dasar ini diakui secara internasional. Dalam perkembangannya, organisasi-organisasi konsumen yang tergabung dalam The International Organization of Consumer Union IOCU menambahkan beberapa hak, seperti hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian, dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Namun, tidak semua organisasi konsumen menerima penambahan hak-hak tersebut. Mereka bebas untuk menerima semua atau sebagian. YLKI, misalnya, memutuskan untuk menambahkan satu hak lagi sebagai pelengkap empat hak dasar konsumen, yaitu hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sehingga keseluruhannya dikenal sebagai puncak hak konsumen. 26 26 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.Cit, hal. 31 Setelah itu, Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor 39248 Tahun 1985 tentang Perlindungan Konsumen Guidelines for consumer protection, juga merumuskan berbagai kepentingan konsumen yang perlu untuk dilindungi, meliputi: Universitas Sumatera Utara a. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya; b. Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen; c. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk memberikan kemampuan mereka melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi; d. Pendidikan konsumen; e. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif; f. Kebebasa untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan merekan. 27 Berikut ini adalah hak-hak konsumen menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen, yaitu terdapat dalam pasal 5 dikatakan bahwa: a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; b. hak untuk memilih barang danatau jasa, serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta jaminan yang dijanjikan; 27 Gunawan Widjaja dan Ahmat Yani, Op. Cit, hal. 28 Universitas Sumatera Utara c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur serta tidak diskriminatif; h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 28 Dari sembilan butir hak konsumen yang diberikan diatas, terlihat bahwa masalah kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen. Barang danatau jasa penggunaannya tidak memberikan kenyamanan, terlebih lagi yang tidak aman atau membahayakan keselamatan konsumen jelas tidak layak untuk diedarkan dalam masyarakat. Selanjutnya, untuk menjamin suatu barang danatau jasa dalam 28 Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Universitas Sumatera Utara penggunaannya akan nyaman, aman maupun tidak membahayakan konsumen penggunanya, maka konsumen diberikan hak untuk memilih barang danatau jasa yang dikehendakinya berdasarkan atas keterbukaan informasi yang benar, jelas, dan jujur. Jika terdapat penyimpangan yang merugikan, konsumen berhak untuk didengar, memperoleh advokasi, pembinaan, perlakuan yang adil, kompensasi sampai ganti rugi. 29 Setiap produk yang diperkenalkan kepada konsumen harus disertai informasi yang benar. Informasi ini diperlukan agar konsumen tidak sampai mempunyai gambaran yang keliru atas produk barang dan jasa. Informasi ini dapat disampaikan dengan berbagai cara, seperti lisan kepada kepada konsumen, melalui iklan di berbagai media, atau mencantumkan dalam kemasan produk barang. Akhirnya, jika semua hak-hak yang disebutkan itu disusun kembali secara sistematis mulai dari yang diasumsikan paling mendasar, akan diperoleh urutan- urutan sebagai berikut. a. Hak Konsumen Mendapatkan Keamanan Konsumen berhak mendapatkan keamanan dari barang danjasa yang ditawarkan kepadanya. Produk barang dan jasa itu tidak boleh membahayakan jika dikonsumsi sehingga konsumen tidak dirugikan baik secara jasmani dan rohani. b. Hak untuk Mendapatkan Informasi yang Benar 29 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 30 Universitas Sumatera Utara Menurut Troelstrup, konsumen pada saat ini membutuhkan banyak informasi yang lebih relevan dibandingkan dengan saat sekitar 50 tahun lalu. Alasannya, saat ini: 1. terdapat lebih banyak produk, merek, dan tentu saja penjualnya 2. daya beli konsumen makin meningkat 3. lebih banyak variasi merek yang beredar di pasaran, sehingga belum banyak diketahui oleh semua orang 4. model-model produk lebih cepat berubah 5. kemudahan transfortasi dan komunikasi sehingga membuka akses yang lebih besar kepada bermacam-macam produsen atau penjual. c. Hak untuk Didengar Hak yang erat kaitannya dengan hak untuk mendapatkan informasi adalah hak untuk didengar. Ini disebabkan oleh informasi yang diberikan pihak yang berkepentingan atau berkompeten sering tidak cukup memuaskan konsumen. Untuk itu konsumen berhak mengajukan permintaan informasi lebih lanjut. d. Hak untuk Memilih Dalam mengkonsumsi suatu produk, konsumen berhak menentukan pilihannya. Ia tidak boleh mendapat tekanan dari pihak luar sehingga ia tidak lagi Universitas Sumatera Utara bebas untuk membeli atau tidak membeli. Seandainya ia jadi pembeli, ia juga bebas menentukan produk mana yang akan dibeli. e. Hak untuk Mendapatkan Produk Barang danatau Jasa Sesuai dengan Nilai Tukar yang Diberikan Dengan hak ini berarti konsumen harus dilindungi dari permainan harga yang tidak wajar. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas barang danatau jasa yang dikonsumsi harus sesuai dengan nilai tukar uang yang dibayar sebagai penggantinya. Namun, dalam ketakbebasan pasar, pelaku usaha dapat saja mendikte pasar dengan menaikkan harga, dan konsumen menjadi korban dari ketiadaan pilihan. Konsumen dihadapkan pada kondisi : take it or leave it. Jika setuju silakan beli, jika tidak silakan mencari tempat yang lain padahal di tempat lain pun pasar sudah dikuasainya. Dalam situasi demikian, biasanya konsumen terpaksa mencari produk alternatif bila masih ada, yang boleh jadi kualitasnya malahan lebih buruk. f. Hak untuk Mendapatkan Ganti Kerugian Jika konsumen merasakan, kuantitas dan kualitas barang danjasa yang dikonsumsinya tidak sesuai dengan nilai tukar uang yang diberikannya, ia berhak mendapatkan ganti kerugian yang pantas. Jenis dan jumlah ganti kerugian itu tentu saja harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau atas kesepakatan masing- masing pihak. Universitas Sumatera Utara Untuk menghindar dari kewajiban memberikan ganti kerugian, sering terjadi pelaku usaha mencantumkan klausul-klausul eksonerasi di dalam hubungan hukum antara psodusenpenyalur produk dan konsumennya. Klausul seperti “barang yang dibeli tidak dapat dikembalikan” merupakan hal yang lazim ditemukan pada toko- toko. Pencantuman secara sepihak demikian tetap tidak dapat menghilangkan hak konsumen untuk mendapatkan ganti kerugian. g. Hak untuk Mendapatkan Penyelesaian Hukum Hak untuk mendapatkan ganti kerugian harus ditempatkan lebih tinggi daripada hak pelaku usaha produsenpenyalur produk untuk membuat klausul eksonerasi secara sepihak. Jika permintaan yang diajukan konsumen dirasakan tidak mendapat tanggapan yang layak dari pihak-pihak terkait dalam hubungan hukum dengannya, maka konsumen berhak mendapatkan penyelesaian hukum, termasuk advokasi. Dengan kata lain, konsumen berhak menuntut pertanggungjawaban hukum dari pihak-pihak yang dipandang merugikan karena mengkonsumsi produk itu. h. Hak untuk Mendapatkan Lingkungan Hidup yang Baik dan Sehat Hak konsumen atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak yang diterima sebagai salah satu hak dasar konsumen oleh berbagai organisasi konsumen di dunia. Lingkungan hidup yang baik dan sehat berarti sangat luas, dan setiap mahkluk hidup adalah konsumen atas lingkungan hidupnya. Lingkungan hidup meliputi lingkungan hidup dalam arti fisik dan non fisik. Universitas Sumatera Utara i. Hak untuk Dilindungi dari Akibat Negatif Persaingan Curang Persaingan curang atau dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1999 disebut dengan “persaingan usaha tidak sehat” dapat terjadi jika seorang pengusaha berusaha menarik langganan atau klien pengusaha lain untuk memajukan usahanya atau memperluas penjualan atau pemasarannya dengan menggunakan alat atau sarana yang bertentangan dengan iktikat baik dan kejujuran dalam pergaulan perekonomian. Walaupun persaingan terjadi antara pelaku usaha, namun dampak persaingan itu selalu dirasakan oleh konsumen. Jika persaingan sehat, konsumen memperoleh keuntungan. Sebaliknya, jika persaingan curang konsumen pula yang dirugikan. Kerugian itu boleh jadi dirasakan dalam jangka pendek tetapi cepat atau lambat pasti terjadi. j. Hak untuk Mendapatkan Pendidikan Konsumen Masalah perlindungan konsumen di Indonesia termasuk masalah yang baru. Oleh karena itu, wajar bila masih banyak konsumen yang belum menyadari hak- haknya. Kesadaran akan hak tidak dapat dimungkiri sejalan dengan kesadaran hukum. Makin tinggi tingkat kesadaran hukum masyarakat, makin tinggi penghormatannya pada hak-hak dirinya dan orang lain. Upaya pendidikan konsumen Universitas Sumatera Utara tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melewati media massa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat. 30 4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. B. Kewajiban Konsumen Selain memperoleh hak tersebut, sebagai balance, konsumen juga diwajibkan untuk: 1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; 3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 31 Hal ini dimaksudkan agar konsumen sendiri dapat memperoleh hasil yang optimum atas perlindungan konsumen danatau kepastian hukum bagi dirinya. 32 30 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit, hal. 33-40 31 Pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen 32 Gunawan Widjaja dan Ahmat Yani, Op. Cit, hal. 31

E. HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 11

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 1

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 15

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 35

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan) Chapter III V

0 0 56

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 3