UNSUR-UNSUR PERJANJIAN WARALABA Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

perlindungan yang memadai bagi francisee dalam menghadapi dalam menghadapi pemutusan perjanjian dan penolakan franchisor untuk memperbaharui perjanjian. 52 Perjanjian franchise adalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Franchisor dalam jangka waktu tertentu memberikan lisensi kepada franchisee untuk melakukan usaha pendistribusian barang dan jasa di bawah nama dan indentitas franchisor dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara yang ditetapkan franchisor. Franchisor memberikan bantuan assistance terhadap franchisee. Sebagai imbalannya franchisee membayar sejumlah uang berupa inntial fee dan royalty. Ketidakseimbangan kekuatan tawar-menawar antara franchisor dengan franchisee juga terdapat di dalam kontrak Roti Cappie. Dimana klausul-klausul yang terdapat didalam kontrak Roti Cappie tersebut adalah kehendak dari franchisor. Franchisee tidak dapat menawar atau tidak mempunyai wewenang untuk memberikan pendapat mengenai isi daripada kontrak tersebut.

C. UNSUR-UNSUR PERJANJIAN WARALABA

53 52 Suharnoko, Op. Cit, hal. 85 53 Suharnoko, Loc. It, hal. 83 Dari pengertian perjanjian Waralaba yang dikemukakan di atas, maka unsur- unsur yang dapat disimpulkan adalah: 1. Adanya suatu perjanjian yang disepakati franchisor dengan franchisee Universitas Sumatera Utara Waralaba sebagai suatu sistem bisnis dilakukan dengan adanya perjanjian antara para pihak, yaitu pemilik waralaba franchisor dengan penerima waralaba franchisee. Di dalam kesepakatan ini menjelaskan secara rinci mengenai segala hak, kewajiban dan tugas dari pemberi Waralaba dan penerima waralaba. Demi menjamin kepastian hukum bagi kedua belah pihak, sebaiknya perjanjian waralaba dibuat dihadapan pejabat yang berwenang Notaris. 2. Adanya pemberian hak dari Pemilik waralaba kepada penerima waralaba untuk memproduksi dan memasarkan produk danatau jasa. Dari unsur yang kedua ini, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa si penerima waralaba franchisee mempunyai hak untuk memakai, menggunakan logo dan cap dagang dari pemilik waralaba untuk dipasarkan oleh penerima waralaba kepada masyarakat konsumen. 3. Pemberian hak tersebut terbatas pada waktu dan tempat tertentu. Dalam hal ini Pemberi Waralaba memberi hak kepada Penerima Waralaba untuk menggunakan nama, merek dagang dan logo dari usahanya kepada Penerima Waralaba terbatas pada tempat dan waktu yang telah diperjanjikan dalam perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Menurut saya, unsur pemberian hak terbatas pada waktu dan tempat tertentu ini adalah salah satu unsur yang tidak menguntungkan kepada franchisee. Franchisor disini dapat memanfaatkan kedudukan franchisee untuk menguji pasar, dan setelah mengetahui bahwa kondisi pasar menguntungkan, maka franchisor memutuskan perjanjian dengan franchisee, selanjutnya franchisor mengoperasikan outlet atau Universitas Sumatera Utara tempat usaha sendiri di wilayah franchisee. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah, supaya memberikan perlindungan hukum yang jelas kepada franchisee yang mendapatkan tindakan semena-mena dari franchisor dalam hubungan perdagangan. 4. Adanya pembayaran sejumalah uang tertentu dari Penerima Waralaba kepada Pemberi Waralaba Adapun pembayaran ini antara lain: a. Pembayaran awal yang dilakukan setelah adanya kesepakatan dari kedua belah pihak atas perjanjian. Pembayaran ini dipergunakan untuk pemilihan lokasi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai mulai beroperasinya usaha tersebut. b. Pembayaran selama berlangsungnya waralaba Pembayaran ini meliputi royalty, pembagian kelebihan harga yang telah ditetapkan oleh Pemberi Waralaba sebagai harga standar, biaya promosi, biaya jasa yang dalam hal ini adalah jasa administrasi dan bantuan pembukuan. c. Pembayaran atau pengoperan hak Penerima Waralaba kepada pihak ketiga Maksud dari pembayaran ini adalah bahwa Penerima Waralaba berhak mengalihkan hak pemegang waralabanya kepada calon Penerima Waralaba yang lain atas seizin Pemberi Waralaba, dalam hal ini Pemberi Waralaba mendapatkan bagian tertentu dari Penerima Waralaba. d. Penyediaan bahan baku Universitas Sumatera Utara Pemberi Waralaba berhak memasok bahan baku yang bermutu sesuai dengan kualitas standar.

D. PERKEMBANGAN WARALABA DI INDONESIA

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 11

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 1

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 15

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 35

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan) Chapter III V

0 0 56

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 3