HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA

tidak selalu harus melewati jenjang pendidikan formal, tetapi dapat melewati media massa dan kegiatan lembaga swadaya masyarakat. 30 4. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. B. Kewajiban Konsumen Selain memperoleh hak tersebut, sebagai balance, konsumen juga diwajibkan untuk: 1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; 2. beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; 3. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; 31 Hal ini dimaksudkan agar konsumen sendiri dapat memperoleh hasil yang optimum atas perlindungan konsumen danatau kepastian hukum bagi dirinya. 32 30 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit, hal. 33-40 31 Pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen 32 Gunawan Widjaja dan Ahmat Yani, Op. Cit, hal. 31

E. HAK DAN KEWAJIBAN PELAKU USAHA

Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen, memberikan pengertian pelaku usaha, sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “Pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. 33 33 Pasal 1 Ayat 3 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen 1. Hak Pelaku Usaha Untuk menciptakan kenyamanan barusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada para pelaku usaha diberikan hak sebagaimana diatur pada Pasal 6 UUPK. a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan; b. hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan; Universitas Sumatera Utara e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. 34 Selanjutnya, sebagai konsekuensi dari hak konsumen yang telah disebutkan pada uraian terdahulu, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajiban- kewajiban sebagai berikut: Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai dengan kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan, menunjukkan bahwa pelaku usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang danjasa yang diberikan kepada konsumen tidak atau kurang memadai menurut harga yang berlaku pada umumnya atas barang danjasa yang sama. Dalam praktik yang biasa terjadi, suatu barang danatau jasa yang kualitasnya lebih rendah daripada barang yang serupa, maka para pihak menyepakati harga yang lebih murah. Dengan demikian yang dipentingkan dalam hal ini adalah harga yang wajar. 2. Kewajiban Pelaku Usaha 35 34 Ibid Pasal 6 35 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 33 a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa, serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan; Universitas Sumatera Utara c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur, serta tidak diskriminatif; d. menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; e. memberi kesepakatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu, serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau diperdagangkan; f. memberi kompensasi, ganti rugi danatau jasa penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. 36 36 Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Kewajiban pelaku usaha beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan iktikad baik ini diatur dalam pasal 1338 ayat 3 Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan iktikad baik. Begitu pentingnya iktikad baik tersebut, sehingga dalam perjanjian antara para pihak, kedua belah yang membuat perjanjian harus mempunyai iktikad baik. Dalam UUPK pelaku usaha diwajibkan beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, sedangkan bagi konsumen diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. Universitas Sumatera Utara Dalam UUPK tampak bahwa iktikad baik lebih ditekankan pada pelaku usaha, karena meliputi semua tahapan dalam melakukankegiatan usahanya, sehingga dapat diartikan bahwa kewajiban pelaku usaha untuk beritikad baik dimulai sejak barang dirancangdiproduksi sampai pada tahap penjualan, sebaliknya konsumen hanya diwajibkan beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan oleh kemungkinan terjadinya kerugian bagi konsumen dimulai sejak barang drancangdiproduksi oleh produsen pelaku usaha, sedangkan bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat melakukan tranksasi dengan proddusen. 37 a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-udangan; Disamping hak dan kewajiban pelaku usaha diatas, ada beberapa larangan- larangan bagi pelaku usaha dalam menjalan usahanya. Larangan tersebut diatur dalam pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 12, pasal 13 dan pasal 17 UUPK. Namun, ketentuan pasal 8 merupakan satu-satunya ketentuan umum, yang berlaku secara genaral bagi kegiatan usaha dari para pelaku usaha di negara Republik Indonesia. Adapun larangan-larangan tersebut ialah: 1 Pelaku usaha dilarang memproduksi danatau memperdagangkan barang danatau jasa yang: 37 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op. Cit, hal. 44 Universitas Sumatera Utara b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut; c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya; d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalamlabel, etiket atau keterangan barang daatau jasa tersebut; e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolaan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang danatau jasa tersebut; f. Tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang danatau jasa tersebut; g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaanpemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana pernyataan “halal” yang dicantumkan dalam label; i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, beratisi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasandibuat; Universitas Sumatera Utara j. Tidak mencantumkan informasi danatau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 38 Secara garis besar larangan yang dikenakan dalam pasal 8 Undang-undang tersebut dapat kita bagi ke dalam dua larangan pokok, yaitu: 1. larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan standar yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan oleh konsumen; 2. larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, dan tidak akurat, yang menyesatkan konsumen. Larangan mengenai kelayakan produk, baik itu berupa barang danatau jasa pada dasarnya berhubungan erat dengan karakteristik dan sifat dari barang danatau jasa yang diperdagangkan tersebut. Kelayakan produk tersebut merupakan “standar minimum” yang harus dipenuhi atau dimiliki oleh suatu barang danatau jasa tertentu sebelum barang danatau jasa tersebut dapat diperdagangkan untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas. 39 38 Pasal 8 Ayat 10 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 39 Abdul Halim Barkatullah, Hukum Perlindungan Konsumen Bandung: Nusa Media, 2008, Hal. 41 Untuk itu, informasi menjadi suatu hal yang penting bagi konsumen. Informasi yang demikian tidak hanya datang dari pelaku usaha semata- mata, melainkan juga dari berbagai sumber lain yang dapat dipercaya, serta dapat Universitas Sumatera Utara dipertanggungjawabkan sehingga pada akhirnya konsumen tidak dirugikan, dengan membeli barang danatau jasa yang sebenarnya tidak layak untuk diperdagangkan. 40 a. Barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau metode tertentu, karakteristik tertentu,sejarah atau guna tertentu; Selain ketentuan-ketentuan larangan yang diatur dalam pasal 8 UUPK tersebut, ada beberapa ketentuan lain yang melarang bagi pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Ketentuan tersebut dikhususkan kepada pelaku usaha periklanan, untuk memberikan informasi yang jelas kepada konsumen supaya konsumen dapat memilih dengan baik barang danatau jasa yang cocok untuk dikonsumsi. Pasal 9 melarang setiap pelaku usaha untuk menawarkan, mempromosikan, mengiklankan maupun memperdagangkan suatu barang danatau jasa secara tidak benar, danatau seolah-olah: b. Barang tersebut dalam keadaan baik danatau baru; c. Barang danatau jasa tersebut telah mendapatkan danatau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesori tertentu; d. Barang danatau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi; 40 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Op. Cit, hal. 40 Universitas Sumatera Utara e. Barang danatau jasa tersebut tersedia; f. Barang tersebut tidak mengadung cacat tersembunyi; g. Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu; h. Barang tersebut berasaldaridaerah tertentu; i. Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain; j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung resiko atau efek samping tanpa keterangan yang lengkap; k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti. Dalam pasal 10 UUPK, pelaku usaha yang mewarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang untuk menawarkan, mempromosikan, mengiklankan, atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai: a. Harga atau tarif suatu barang danatau jasa; b. Kegunaan suatu barang danatau jasa; c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang danatau jasa; d. Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan; e. Bahaya penggunaan barang dan atau jasa. Pasal 12 berhubungan dengan larangan yang dikenakan bagi pelaku usaha yang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang danatau jasa Universitas Sumatera Utara dengan harga atau tarif khusus dalam suatu waktu dan dalam jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut sesungguhnya tidak bermaksud untuk melaksanaknnya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diklankan tersebut. Selanjutnya, ketentuan pasal 13 melarang pelaku usaha untuk menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan: a. Suatu barang danatau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang danatau jasa lain secara Cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak sebagaimana dijanjikannya; b. Obat-obat tradisional, suplemen makanan, alat-alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang danatau jasa lain. Pasal 17 secara khusus memberlakukan larangan bagi pelaku usaha periklanan untuk memproduksi iklan yang : a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan, dan harga barang danatau tarif jasa, serta ketetapan waktu penerimaan barang danatau jasa; b. Mengelabui jaminangaransi terhadap barang danatau jasa; c. Membuat informasi yang keliru, salah, atau tidak tepat mengenai barang danatau jasa; Universitas Sumatera Utara d. Mengeksploitasi kajadian danatau seseorang tanpa seizin yang berwenang atau persetujuan yang bersangkutan; e. Melanggar etika danatau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan. 41 41 Abdul Halim Barkatullah, Op.Cit, hal. 43-45 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 11

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 1

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 15

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 35

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan) Chapter III V

0 0 56

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 3