PENGERTIAN WARALABA Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA FRANCHISE

A. PENGERTIAN WARALABA

Pada awalnya pengertian waralaba diatur pada pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba dan Pasal 1 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259MPPKEP71977 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba menyebutkan bahwa waralaba franchise adalah “perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa”. Kemudian seiring perkembangan zaman Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba dianggap tidak bisa lagi sebagai landasan pengaturan waralaba di Indonesia. Pada tahun 2007 terbitlah Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba menggantikan PP No. 16 Tahun 1997 sebelumnya. Akibat adanya pergantian Peraturan Pemerintah tersebut, maka pada pp No. 42 Tahun 2007 memberikan pengertian waralaba yang baru sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara “Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, yaitu: hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”. Franchise sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu francorum rex yang artinya “bebas dari ikatan”, yang mengacu pada kebebasan untuk memilih hak usaha. Sedangkan pengertia franchise berasal dari bahasa Prancis abad pertengahan, diambil dari kata “franc” bebas atau “francher’ membebaskan, yang secara umum diartikan sebagai pemberian hak istimewa. Dalam bahasa Inggris, franchise diterjemahkan dalam pengertian privilege hak istimewahak khusus. Pada awalnya, istilah franchise tidak dikenal kepustakaan hukum Indonesia. Hal ini dapat dimaklumi karena memang lembaga franchise sejak awal tidak terdapat dalam budaya atau tradisi bisnis masyarakat Indonesia. Namun, karena pengaruh globalisasi yang melanda di berbagai bidang, maka franchise kemudian masuk kedalam tatanan budaya dan tatanan hukum masyarakat Indonesia. Kemudian istilah franchise coba di Indonesiakan dengan istilah “waralaba” yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen LPPM. Universitas Sumatera Utara Waralaba berasal dari kata “wara” lebih atau istimewa dan “laba” untung sehingga waralaba berasal usaha yang memberikan laba lebih dan istimewa. 42 Franchise pada dasarnya adalah sebuah perjanjian mengenai metode pendistribusian barang dan jasa kepada konsumen. Franchisor dalam jangka waktu tertentu memberikan lisensi kepada franchisee untuk melakukan usaha pendistribusian barang dan jasa dibawah nama dan identitas franchisor dalam wilayah tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara yang ditetapkan franchisor. Franchisor memberikan bantuan assistance terhadap franchisee. Sebagai imbalannya franchisee membayar sejumlah uang berupa inntial fee dan royalty. 43 Franchise adalah hak istimewa untuk menggunakan nama atau untuk menjual produkjasa layanan. Hak itu diberikan oleh pengusaha pabrik untuk penyedia pada penjual eceran untuk menggunakan berbagai produk dan nama dengan berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui bersama dalam hubungan yang saling menguntungkan. Berikut ini defenisi waralaba franchise yang diuraikan oleh para ahli, yaitu: 44 Franchise dapat juga diartikan sebagai suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk franchisor memberikan kepada 42 Adrian Sutedi, Op. Cit, hal. 6-7 43 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus Jakarta: Prenada Media, 2004, hal. 83 44 Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012, hal. 75 Universitas Sumatera Utara individu atau perusahaan lain yang berskala kecil dan menengah franchisee, hak- hak istimewa untuk melaksanakan suatu sistem usaha tertentu dengan cara yang sudah ditentukan, selama waktu tertentu, disuatu tempat tertentu. 45 c. Waralaba merupakan suatu hubungan berdasarkan kontrak antara franchisor dengan franchisee. Franchisor menawarkan dan berkewajiban menyediakan perhatian terus-menerus pada bisnis waralaba melalui penyedian pengetahuan dan pelatihan. Franchisee beroperasi dengan menggunakan merek dagang, format, atau Defenisi waralaba juga diberikan oleh Institut Pendidikan dan Manajemen yang antara lain mendefenisikan waralaba sebagai berikut: a. Waralaba adalah suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, dimana sebuah perusahaan induk franchisor memberikan hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha dengan cara, waktu, dan lokasi tertentu kepada individu atau perusahaan lain franchisee yang berskala kecil dan menengah. b. Waralaba merupakan sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain yang berminat. Pemilik dari metode yang dijual ini disebut franchisor, sedangkan pembeli hak untuk menggunakan metode tersebut disebut franchisee. 45 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hal. 57 Universitas Sumatera Utara prosedur yang dipunyai serta dikendalikan oleh franchisor. Franchisee melakukan investasi dalam bisnis yang dimilikinya. 46 3. Franchise adalah lisensi dari pemilik merek dagang atau nama dagang yang mengizinkan orang lain untuk menjual produk atau jasa layanan di bawah nama atau merek tersebut. Menurut Johannes Ibrahim dan Lindawaty Sewu, menterjemahkan pengertian franchise dari Black’s Law Dictionary sebagai berikut: 1. Franchise adalah hak istimewa untuk melakukan hal-hal tertentu yang diberikan oleh pemerintah pada individu atau perusahaan yang terbentuk badan hukum, dan hak tersebut tidak dimiliki oleh penduduk pada umumnya. 2. Franchise adalah hak istimewa untuk menggunakan nama atau untuk menjual produkjasa layanan. Hak itu diberikan oleh pengusaha pabrik atau penyedia pada penjual eceran untuk menggunakan berbagai produk dan nama dengan berdasarkan syarat-syarat yang telah disetujui bersama dalam hubungan yang saling menguntungkan. 47 Dari sudut bisnis, ada beberapa pengertian waralaba. Juadir Sumardi, dalam konferensi pers mengenai konsep perdagangan baru yang dilaksannakan di Jakarta pada tanggal 25 Juni 1991, mengemukakan bahwa Franchise adalah sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada 46 Adrian Sutedi, Op.Cit, hal. 9 47 Johannes Ibrahim dan Lindawati Sewu, Hukum Bisnis dalam Persepsi Manusia Modern Bandung: Refika Aditama, 2004, hal. 116 Universitas Sumatera Utara pihak lain yang berminat. Pemilik dari metode ini disebut “franchisor”, sedangkan pembeli yang berhak untuk menggunakan metode ini disebut “franchisee”. 48 Dari sudut hak atas kekayaan intelektual, Ferro Sinambela mendefenisikan franchise adalah semua hak milik yang berhubungan dengan bidang usaha atau kepemilikan yang berhubungan daya pikir, seperti merek dagang, nama perusahaan, label perusahaan, model barang penemuan, hak cipta, hak paten, yang digunakan untuk tujuan penjualan barang-barang atau jasa-jasa kepada konsumen. 49 Dari sudut hubungan kemitraan usaha dan perjanjian, waralaba dapat didefenisikan sebagai berikut. Dalam bukunya, A. Abdurrahman menyebutkan, “secara umum waralaba yang dikenal dengan istilah franchise berarti suatu persetujuan atau perjanjian kontrak antara leveransir dan pedagang eceran atau pedagang besar, yang menyatakan bahwa yang tersebut pertama itu memberikan kepada yang tersebut terakhir itu suatu hak untuk memperdagangkan produknya, dengan syarat-syarat yang disetujui oleh kedua belah pihak”. 50 48 J. Sumardi, Aspek-aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional Bandung: Citra Aditya Bakti, 1995, hal. 16 49 F. Sinambela, Peranan Perjanjian Kerja Antara Pengusaha dan Pekerja Pada Perusahaan Waralaba Franchise di Kotamadya Medan Tesis Program Studi Ilmu Hukum-Program Pascasarjana USU, Medan, 2000, hal. 50 50 A. Abdurrahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan Jakarta: Pradnya Paramita, 1970, hal. 424 Semua pengertian yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa franchise pada dasarnya mengandung elemen-elemen pokok sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Franchisor yaitu pihak pemilikprodusen dari barang atau jasa yang telah memiliki merek tertentu serta memberikan atau melisensikan hak eksklusif tertentu untuk pemasaran dari barang atau jasa itu. b. Franchisee yaitu pihak yang menerima hak eksklusif itu dari franchisor. c. Adanya penyerahan hak-hak secara eksklusif dalam praktek meliputi berbagai macam hak milik intelektualhak milik perindustrian dari franchisor kepada franchisee. d. Adanya penetapan wilayah tertentu, franchise area dimana franchisee diberikan hak untuk beroperasi diwilayah tertentu. e. Adanya imbal prestasi dari franchisee kepada franchisor yang berupa Franchise Fee dan Royalties serta biaya-biaya lain yang disepakati oleh kedua belah pihak. f. Adanya standar mutu yang ditetapkan oleh franchisor bagi franchisee, serta supervisi secara berkala dalam rangka mempertahankan mutu. g. Adanya pelatihan awal, pelatihan yang berkesinambungan, yang diselenggarakan oleh franchisor guna peningkatan keterampilan.

B. BENTUK PERJANJIAN WARALABA

Dokumen yang terkait

Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

10 119 83

Pengoplosan Beras Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

11 144 123

Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Usaha Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang Ditinjau Dari Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

3 124 97

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN SMART LAUNDRY ATAS KELALAIAN PELAKU USAHA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN KONSUMEN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

1 2 72

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 11

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 1

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 15

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 35

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan) Chapter III V

0 0 56

Perlindungan bagi Konsumen Terhadap Usaha Waralaba (Franchise) Berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Studi pada Usaha Roti Cappie Medan)

0 0 3